Profile
Biografi Iwann Fals,
biodata iwan fals, kehidupan iwan fals – Jangan mengaku Anda adalah anak
OI kalau tidak mengetahui siapa itu iwan fals, bagaimana sejarah
kehidupan iwan fals, serta biografi lengkap iwan fals. Iwan Fals
yang mempunyai nama Lengkap Virgiawan Listanto adalah salah satu penyanyi
legendaris Indonesia yang beraliran
balada dan country. Ia lahir di jakarta, kurang lebih 49
tahun silam atau tepatnya pada tanggal 3 September 1961. Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum ‘akar
rumput’. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar
diseluruh nusantara.
Para
penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada
tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal
dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals.
Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara
dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.
Mayoritas lagu-lagu Iwan memotret suasana sosial kehidupan Indonesia di
akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan
kehidupan itu sendiri, ternyata juga pernah aktif dalam kegiatan olahraga
sertapernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate
Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di
beberapa tabloid olah raga. Woowww Sungguh RUUUUUARRR BIASA “Bang Iwan”.
Biografi Iwan Fals
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di
Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya
makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan
waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih
muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu.
Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.
Selanjutnya, datang ajakan
untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda
motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama
rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam
Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani
profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta
fans fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival
musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum),
lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan
diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan
tertentu saja. Sampai
akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica,
Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap
lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy
Soemantri.
Iwan tetap menjalani
profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah,
kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati
dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat
masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan
di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan,
Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak
jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah,
karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal
kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah.
Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya,
sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya
tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas.
Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak
tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.
Rekaman lagu-lagu yang tidak
dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang
sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan
lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang
kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang
dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara. Beberapa konser musiknya pada
tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan
pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik
lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984
Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan
diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi
dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak
kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror. Hanya
segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini,
dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok
SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan
mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan
Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang
didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu
sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah
sepanjang sejarah musik Indonesia.
Setelah kontrak dengan SWAMI
yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata
(yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih
meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang
dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara
Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap
dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya,
dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada
setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo.
Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang
menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan
sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi
wakil dari produk tertentu.
Keluarga Iwan Fals
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan
mempunyai ayah Haryoso almarhum (kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosana (Mbak
Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu
Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.
Galang mengikuti jejak ayahnya
terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan
yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok
Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah
satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita
tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai
imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran
Galang (1 Januari 1982).
Nama Cikal sebagai putri kedua
juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun
1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anisa pada tahun
1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun
dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal
menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada
bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal
pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals
sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan
Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang,
Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai
aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album
Suara Hati yang didalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang
kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut
menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang
Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak
segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan
puitis. Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik
karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003,
Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani.
Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu
Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.
Di luar musik dan lirik,
penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia
Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia
berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan
jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan
kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat
jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong
bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi
penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals
yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals
Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.
KETIKA Galang lahir pada 1
Januari 1982 si bapak, yang perasaannya campur-aduk karena pertama kali
merasakan diri jadi ayah-merasa harus bertanggung jawab, merasa mencintai,
heran, bahagia, bangga punya keturunan dan sebagainya-menciptakan lagu berjudul
Galang Rambu Anarki. Lagunya cukup terkenal dan masuk album Opini (1982).
Galang tumbuh jadi anak
cerdas. Endi Aras sering main tembak-tembakan dengan Galang. Muhamad Ma’mun
punya karakter rekaan yang sering diceritakannya pada Galang. Namanya
“Gringgrong”-seorang jagoan “kayak Tarzan” yang bisa mengalahkan harimau, naik
kuda, dan mengalahkan musuh. Tiap kali Ma’mun datang menginap, cerita Gringgong
ditagih Galang. Di Condet hanya ada dua kamar, “Kalau saya nginep, Galang tidur
sama bapaknya,” kata Ma’mun.
Ketika beranjak remaja, Ma’mun
melihat Galang badannya bagus, berbentuk. Galang bukan tipe anak hura-hura.
Kalau minta uang paling buat bayar taksi pergi ke sekolah. “Untuk beli-beli dia
nggak punya uang,” kata Iwan. Galang juga besar tekadnya. Suatu saat Galang,
yang belum bisa menyetir mobil dan tak punya surat izin mengemudi, ingin bisa
mengendarai mobil. Solusinya? Galang mengendarai mobil sekaligus dari Jakarta
ke Pulau Bali!
Tapi kekerasan Galang suatu
hari membuat Iwan angkat tangan. Dia datang ke Ma’mun, “Mas gimana nih, Galang
nggak mau sekolah lagi?” “Terus maunya apa?” “Embuh, main musik atau buka
bengkel.”
Galang memutuskan keluar dari
SMP Pembangunan Jaya di Bintaro, yang terletak dekat rumah dan termasuk salah
satu sekolah mahal di Jakarta. Iwan sering pindah rumah dan waktu itu tinggal
di Bintaro. Hingga akhirnya di Leuwinanggung, ia sudah pindah rumah 12 kali.
Usia Galang 14 tahun dan sedang memproduksi rekamannya yang pertama bersama
kelompok Bunga. Iwan tak bisa berbuat banyak dan membiarkan Galang putus
sekolah.
Galang pernah juga kabur meninggalkan
rumah. Dalam pelarian, menurut Iwan, Galang melihat poster dan foto papanya di
mana-mana. “Dia merasa diawasi,” kata Iwan. Galang merasa tak bisa lari dan
kembali ke rumah. Suatu saat Iwan curiga. Iwan bertanya, “Lang, lu pakai ya?” “Mau apa tahu,
Pa?” kata Galang, ditirukan Iwan.
Iwan menganggap
dirinya sudah insyaf. Kok Galang yang memakai? Iwan merasa Galang meniru
papanya. Mula-mula rokok lalu obat. Endi Aras mengatakan Iwan agak teledor
kalau menyimpan ganja atau merokok.
Galang menerangkan dia hanya
mencoba. Rasanya pusing serta teler. “Ya udah, kalau sudah tahu ya udah,” kata
Iwan. Kebetulan Galang punya pacar, seorang cewek gaul bernama Ine Febrianti,
yang juga keberatan Galang memakai obat-obatan. Inne mendorong Galang tak
memakai obat-obatan. “Dia bukan pemakai. Dia sangat cinta pada keluarganya. Kontrol
diri sangat kuat,” kata Iwan.
Kamis malam 24 April 1997
sekitar pukul 11:00 malam Galang pulang ke rumah, setelah latihan main band.
Dia makan lalu pamit pada papanya mau tidur. Mamanya lagi tak enak badan. Iwan
masih mendengar Galang telepon-teleponan. Subuh sekitar 4:30 Kelly Bayu
Saputra, sepupu Galang yang tinggal di sana, mau mengambil sisir di kamar
Galang. Kelly memanggil Galang tapi tak bangun. Kelly mendekati Galang dan
menggoyang-goyangkan badannya. Lemas. Kelly kaget. Dia mengetuk kamar Yos. Yos
bangun dan menemukan Galang badannya dingin. “Saya turun ke bawah, panggil
Iwan,” kata Yos.
Keluarga heboh. Iwan terpukul
sekali. Pagi itu saudara-saudaranya datang. Mereka menghubungi semua kerabat
dan teman. Leo Listianto, adik Iwan, menelepon Ma’mun di Karawaci. “Saya masih
tidur, antara percaya, tidak percaya,” kata Ma’mun. Sepuluh menit kemudian,
Ma’mun ditelepon Dyah Retno Wulan, adiknya Leo, biasa dipanggil Lala, juga
memberitahu Galang meninggal. “Saya bengong,” kata Ma’mun. Dia segera menuju
Bintaro.
Fidiana menerima telepon dari Ari
Ayunir. Fidiana membangunkan Iwang Noorsaid, suaminya, “Wang, ini ada berita
duka … Galang meninggal.” Mereka agak tak
percaya karena beberapa hari sebelumnya pasangan ini bertamu ke Bintaro dan
melihat Galang mondar-mandir. Mereka mencoba telepon ke Bintaro tapi nada
sibuk. Mereka menelepon Herri Buchaeri, Endi Aras, dan beberapa rekan lain
sebelum naik mobil ke Bintaro.
Endi Aras mengatakan, “Pagi-pagi aku
dapat kabar. Iwang Noorsaid yang telepon.” Endi sampai di Bintaro sekitar pukul
5:30. “Aku ikut memandikan (jasad Galang),” kata Endi. Ketika Iwan memandikan
jasad anaknya, dia berujar berkali-kali, “Galang, kamu sudah selesai, Papa yang
belum … Lang, kamu sudah selesai, Papa yang
belum …..” Kalimat itu diucapkan Iwan berkali-kali. Ma’mun dirangkul Iwan.
“Jagain Mas, jagain anak-anak Mas,” kata Iwan, seakan-akan hendak mengatakan ia
sendiri kurang menjaga anaknya dengan baik.
“Yos histeris, menangis ketika
saya peluk. ‘Aduh, anak saya sudah meninggal mendahului saya,’” kata Fidiana.
Iwan tak banyak bicara, menunduk, menangis, dan hanya bilang “terima kasih”
kepada tamu-tamu. “Kepada kita dia nggak ngomong sama sekali,” kata Fidiana.
Galang dimakamkan di mana? Ada
usul pemakaman Tanah Kusir dekat Bintaro. Iwan emosional, ingin memakamkan
Galang di rumahnya. Bagaimana aturannya? Iwan pun memutuskan menelepon kyai
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dari Nahdlatul Ulama. Saat itu Gus Dur belum
jadi presiden Indonesia. Iwan menganggap Gus Dur “guru mengaji” yang terbuka,
tempat orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.
Gus Dur dalam telepon
menjelaskan dalam aturan Islam diperbolehkan memakamkan jenazah di rumah.
Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau keinginan keluarga. Tapi di Jakarta
tak bisa memakamkan orang di rumah sendiri karena keterbatasan lahan. “Di
Jakarta nggak boleh … kalau Bogor boleh.”
Kata “Bogor” itu mengingatkan
Iwan pada Leuwinanggung. Keluarga pun memutuskan Galang dimakamkan di
Leuwinanggung.
Menurut Harun Zakaria, seorang
tetangga Iwan di Leuwinanggung, yang juga menjaga kebun Iwan, dia dihubungi
Lies Suudiyah, ibunda Iwan. “Bu Lies datang ke sini. Dia bilang, ‘Cucunda
meninggal. Tolong di sini kuburannya,” kata Harun.
Jenazah
disemayamkan dulu di masjid Bintaro. Sekitar 2.000 jamaah salat Jumat di masjid itu ikut
menyembahyangkan Galang. Banyak seniman, tetangga, kenalan Iwan, dan Yos datang
menyampaikan duka. Setiawan Djody, W.S. Rendra, Ayu Ayunir, Jalu, Totok Tewel,
Jockie Suryoprayogo, juga tampak di sana. Spekulasi wartawan maupun pengunjung
memunculkan gosip bahwa dada Galang kelihatan biru. Galang digosipkan
overdosis. Ini merambat ke mana-mana karena tubuh Galang kurus ceking.
Orang sebenarnya tak tahu persis
penyebab kematian Galang karena tak ada otopsi terhadap jenazahnya. Kawan-kawan
Iwan memilih diam. Mereka merasa tak nyaman mengecek spekulasi overdosis kepada
orangtua yang berduka. Kresnowati pernah diberitahu Yos
bahwa penyebab kematian Galang penyakit asma. Fidiana mengatakan beberapa hari
sebelum kematian, Yos mengatakan Galang lagi sakit-sakitan. Iwan mengatakan
pada saya, fisik Galang “agak lemah” dan “Galang lemah di pencernaan.”
Pendidikan Iwan Fals
·
SMPN 5 Bandung
·
SMAK BPK Bandung
·
STP ( Sekolah
Tinggi Publisistik, sekarang IISIP )
·
Institut Kesenian Jakarta ( IKJ )
Diskografi
Tidak seluruh album yang dikeluarkan Iwan Fals berisi lagu baru. Pada
tahun-tahun terakhir, Iwan Fals sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu
lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Pada
tahun-tahun terakhir ini pula Iwan Fals lebih banyak memilih berkolaborasi
dengan musisi muda berbakat.
Banyak lagu Iwan Fals yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu tersebut
menjadi koleksi ekslusif para penggemarnya dan kebanyakan direkam secara live.
Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak dikomersialkan seperti lagu ‘Pulanglah’ yang
dinyanyikan khusus untuk almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya
direkam ulang dan dimasukkan kedalam album terbarunya yang beredar di tahun
2007.
Album
* Canda Dalam Nada (1979)
* Canda Dalam Ronda (1979)
* Perjalanan (1979)
* 3 Bulan (1980)
* Sarjana Muda (1981)
* Opini (1982)
* Sumbang (1983)
* Barang Antik (1984)
* Sugali (1984)
* KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
* Sore Tugu Pancoran (1985)
* Aku Sayang Kamu (1986)
* Ethiopia (1986)
* Lancar 1987 (1987)
* Wakil Rakyat (1988)
* 1910 (1988)
* Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988)
* Mata Dewa (1989)
* Swami I (1989)
* Kantata Takwa (1990)
* Cikal (1991)
* Swami II (1991)
* Belum Ada Judul (1992)
* Hijau (1992)
* Dalbo (1993)
* Anak Wayang (1994)
* Orang Gila (1994)
* Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
* Kantata Samsara (1998)
* Best Of The Best (2000)
* Suara Hati (2002)
* In Collaboration with (2003)
* Manusia Setengah Dewa (2004)
* Iwan Fals in Love (2005)
* 50:50 (2007)
* Canda Dalam Ronda (1979)
* Perjalanan (1979)
* 3 Bulan (1980)
* Sarjana Muda (1981)
* Opini (1982)
* Sumbang (1983)
* Barang Antik (1984)
* Sugali (1984)
* KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
* Sore Tugu Pancoran (1985)
* Aku Sayang Kamu (1986)
* Ethiopia (1986)
* Lancar 1987 (1987)
* Wakil Rakyat (1988)
* 1910 (1988)
* Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988)
* Mata Dewa (1989)
* Swami I (1989)
* Kantata Takwa (1990)
* Cikal (1991)
* Swami II (1991)
* Belum Ada Judul (1992)
* Hijau (1992)
* Dalbo (1993)
* Anak Wayang (1994)
* Orang Gila (1994)
* Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
* Kantata Samsara (1998)
* Best Of The Best (2000)
* Suara Hati (2002)
* In Collaboration with (2003)
* Manusia Setengah Dewa (2004)
* Iwan Fals in Love (2005)
* 50:50 (2007)
Singel
* Serenade (bersama Ritta Rubby) (1984)
* Kemesraan (bersama artis Musica) (1988)
* Percayalah Kasih (bersama Jockie Surjoprajogo dan Vina Panduwinata)
* Terminal (bersama Franky S.) (1994)
* Mata Hati (bersama Ian Antono) (1995)
* Orang Pinggiran (bersama Franky S.) (1995)
* Katakan Kita Rasakan (bersama artis Musica)
* Di Bawah Tiang Bendera (bersama artis Musica) (1996)
* Haruskah Pergi (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
* Selancar (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
* Tanam Tanam Siram Siram (Kampanye Indonesia Menanam) (2006)
* Marilah Kemari (Tribute to Titiek Puspa) (2006)
* Aku Milikmu (Original Soundtrack Lovers / Kekasih) (2008)
* Kemesraan (bersama artis Musica) (1988)
* Percayalah Kasih (bersama Jockie Surjoprajogo dan Vina Panduwinata)
* Terminal (bersama Franky S.) (1994)
* Mata Hati (bersama Ian Antono) (1995)
* Orang Pinggiran (bersama Franky S.) (1995)
* Katakan Kita Rasakan (bersama artis Musica)
* Di Bawah Tiang Bendera (bersama artis Musica) (1996)
* Haruskah Pergi (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
* Selancar (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
* Tanam Tanam Siram Siram (Kampanye Indonesia Menanam) (2006)
* Marilah Kemari (Tribute to Titiek Puspa) (2006)
* Aku Milikmu (Original Soundtrack Lovers / Kekasih) (2008)
Single Hits yang dibawakan penyanyi lain
* Maaf (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
* Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
* Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
* Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
* Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
* Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
* Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
* Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
* Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
* Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
* Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
* Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
* Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
* Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
* Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
Album kompilasi
* Tragedi
* Banjo & Harmonika
* Celoteh-celoteh
* Celoteh-celoteh 2
* Country
* Tembang Cinta (1990)
* Akustik
* Akustik Ke-2 (1997)
* Salam Reformasi (1998)
* Salam Reformasi 2 (1999)
* Prihatin (2000)
* Banjo & Harmonika
* Celoteh-celoteh
* Celoteh-celoteh 2
* Country
* Tembang Cinta (1990)
* Akustik
* Akustik Ke-2 (1997)
* Salam Reformasi (1998)
* Salam Reformasi 2 (1999)
* Prihatin (2000)
Film
* Damai Kami Sepanjang Hari (1985)
* Kantata Takwa – The Movie (1990)
* Kekasih (2008)
* Kantata Takwa – The Movie (1990)
* Kekasih (2008)
Lagu yang tidak beredar
* Demokrasi Nasi (1978)
* Semar Mendem (1978)
* Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
* Mbak Tini (1978)
* Siti Sang Bidadari (1978)
* Kisah Sapi Malam (1978)
* Mince Makelar (1978)
* Anissa (1986)
* Oh Indonesia (1992)
* Imelda Mardun (1992)
* Maumere (1993)
* Joned (1993)
* Merdeka (1995)
* Suhu (1997)
* Mencari Kata Kata (1998)
* Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
* Kemarau (2003)
* Lagu Sedih (2003)
* Kembali Ke Masa Lalu (2003)
* Harapan Tak Boleh Mati (2004)
* Saat Minggu Masih Pagi (2004)
* Repot Nasi (2005)
* Jendral Tua (2008)
* Semar Mendem (1978)
* Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
* Mbak Tini (1978)
* Siti Sang Bidadari (1978)
* Kisah Sapi Malam (1978)
* Mince Makelar (1978)
* Anissa (1986)
* Oh Indonesia (1992)
* Imelda Mardun (1992)
* Maumere (1993)
* Joned (1993)
* Merdeka (1995)
* Suhu (1997)
* Mencari Kata Kata (1998)
* Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
* Kemarau (2003)
* Lagu Sedih (2003)
* Kembali Ke Masa Lalu (2003)
* Harapan Tak Boleh Mati (2004)
* Saat Minggu Masih Pagi (2004)
* Repot Nasi (2005)
* Jendral Tua (2008)
Penghargaan
1. Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
2. Juara I Festival Musik Country (1980).
3. Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio’s.
4. Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio’s.
5. Penghargaan prestasi artis HDX 1987 – 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
6. Penyanyi pujaan, BASF, (1989).
7. The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 – 1989.
8. Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
9. Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia – 1999.
10. Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange.
2. Juara I Festival Musik Country (1980).
3. Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio’s.
4. Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio’s.
5. Penghargaan prestasi artis HDX 1987 – 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
6. Penyanyi pujaan, BASF, (1989).
7. The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 – 1989.
8. Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
9. Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia – 1999.
10. Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange.
Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
11. Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
12. Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII – 2000/2001.
13. Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio’s – Juni 2002.
14. 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
15. 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
16. Pemenang video klip terbaik edisi – Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I– 2002/2003.
17. Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio’s – Juni 2003.
18. Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio’s – November 2003.
19. 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
20. 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
21. Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
22. SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
23. SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
24. Anugrah Planet Muzik 2004.
25. Generasi Biang Extra Joss – 2004.
26. 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
27. SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
28. With The Compliment Of Metro TV.
29. Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.
11. Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
12. Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII – 2000/2001.
13. Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio’s – Juni 2002.
14. 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
15. 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
16. Pemenang video klip terbaik edisi – Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I– 2002/2003.
17. Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio’s – Juni 2003.
18. Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio’s – November 2003.
19. 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
20. 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
21. Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
22. SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
23. SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
24. Anugrah Planet Muzik 2004.
25. Generasi Biang Extra Joss – 2004.
26. 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
27. SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
28. With The Compliment Of Metro TV.
29. Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar