A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan Islam di
Indonesia telah berlangsung sejak masuk-nya Islam ke Indonesia. Dari waktu ke
waktu telah terjadi perkembangan dan dinamikanya. Banyak pikiran-pikiran yang
berkembang di seputar pendidikan Islam di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka,
pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam dunia
pendidikan, ada yang berbentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan ada
pula kebijakan yang di keluarkan oleh menteri pendidikan Nasional. salah satu
di antara Undang-Undang tersebut adalah yang menjelaskan tentang pendidikan dan
fungsinya yaitu:
Undang-Undang
sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat 1 No.20 Tahun 2003,
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan yang di
perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara[1].
Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. [2]
Hakikat pendidikan
adalah pembentukan manusia ke arah yang di cita-citakan. Dengan demikian
pendidikan Islam adalah proses pembentukan manusia ke arah yang di cita-citakan
Islam. Proses membentuk manusia yang di
cita-citakan merupakan pekerjaan besar dan
mulia sehingga tanggung jawabnya tidak terletak pada pemerintah saja akan tetapi
pada keluarga dan segenap masyarakat di sekitarnya.
Keluarga sebagai wahana
pertama dan utama dalam pembentukan manusia dan masyarakat yang berkualitas
sangat dituntut peranannya sejak dini. Upaya- upaya menanamkan nilai keimanan,
ketakwaan, moral yang baik, budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab sosial
dan kebangsaan, tidak akan berhasil tanpa keterlibatan keluarga baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Pendidikan tidak akan berarti jika manusia tidak berada
di dalamnya. Hal ini disebabkan karena manusia merupakan subjek dan sekaligus
objek pendidikan.[3]
Oleh karena itu, dalam hidup ini belum
pernah didengar suatu masa yang luput dari pembahasan tentang pendidikan, baik
pada tingkat pendidikan tinggi, maupun tingkat pendidikan yang paling rendah,
semua ikut andil dalam membicarakan mengenai pendidikan, karena memang
pendidikan merupakan masalah yang tidak pernah selesai( unfinished agenda).[4]
Al-Qur’an dan hadis yang menjadi sumber utama ajaran Islam dan
pendidikan Islam banyak sekali memberikan dorongan pada pemeluknya untuk
menciptakan pola hidup yang maju melalui pendidikan, sehingga dengan pendidikan
yang maju, kesejahteraan yang menjadi cita-cita bangsa bisa diraih dengan baik.
Dalam pada itu , pendidikan merupakan salah satu jalan tol yang ditempuh untuk
meningkatkan derajat dan martabat kemanusian bagi kehidupan dunia dan
akhirat. sehingga fungsi hamba dan khalifah yang melekat pada diri
manusia dapat di aktualisasikan dan direalisasikan secara optimal.[5]
Pendidikan tersebut terlaksana dengan berbagai macam dan bentuk di tengah
masyarakat sebagai usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia secara
pribadi maupu masyarakat pada umumnya.
Pendidikan
merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidkan
mustahil manusia kerkembang sesuai dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju,
sejahtera, dan bahagia menurut konsep Islam. Peranan pendidikan sangat penting
dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, baik dari segi kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, dan peradabannya. Pendidikan berkembang dari bentuknya yang
sederhana ke bentuknya yang sangat kompleks sejalan dengan perkembangan budaya
tempat pendidikan itu berlangsung. Dalam masyarakat yang sederhana, ketika
kebutuhan terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan hidup, maka
pendidikan berlangsung secara intuitif dan tradisional[6].
Menurut
hemat penulis pendidikan yang sarat dengan metode, tujuan, serta model
pendidikan yang sesuai dengan masyarakat
saat ini. Pada kehidupan masyarakat yang
semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang semakin tinggi, pendidikan
ditujukan bukan hanya pada pembinaan keterampilan, juga pengembangan kemampuan-kemampuan teoritis dan
praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Oleh karena itu, faktor daya
pikir manusia menjadi penggerak terhadap daya-daya lainnya untuk menciptakan
peradaban dan kebudayaan yang semakin maju pula. Dengan demikian antara
pendidikan dan masyarakat terus berkompetisi untuk maju. Itulah salah satu ciri
dari masyarakat yang dinamis, karena antara pendidikan dan masyarakat harus
terjadi proses interaksi, karena pendidikan menjadi tumpuan kemajuan
perkembangan hidup bermasyarakat yang mampu meningkatkan derajat dan
martabatnya, baik bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti. Sehingga derajat
dan martabatnya sebagai khalifah dimuka bumi dapat diraih berkat usaha
pendidikan yang bercorak Islami. Pendidikan merupakan sarana yang sangat
strategis dan ampuh dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa. dengan
pendidikan, seseorang akan memiliki bekal pengetahuan untuk memasuki lapangan
kerja. Pendidikan menjadikan seseorang berilmu pengetahuan, dengan ilmu dan
iman, seseorang akan terangkat derajatnya sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an.
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä
#sÎ)
@Ï%
öNä3s9
(#qßs¡¡xÿs?
Îû
ħÎ=»yfyJø9$#
(#qßs|¡øù$$sù
Ëx|¡øÿt
ª!$#
öNä3s9
(
#sÎ)ur
@Ï%
(#râà±S$#
(#râà±S$$sù
Æìsùöt
ª!$#
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
öNä3ZÏB
tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré&
zOù=Ïèø9$#
;M»y_uy
4
ª!$#ur
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
×Î7yz
ÇÊÊÈ
Terjemahannya: Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadillah:58/11).[7]
Kehadiran
Agama Islam diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan bathin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang
bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara baik
dalam pengertian yang seluas-luasnya.
Petunjuk-petunjuk
agama Islam mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam
sumber ajaran-Nya al-Qur’an dan hadis, tanpak sangat ideal dan agung. Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat seimbang
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, manusia senantiasa
mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokrasi,
berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalisme, mencintai
kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia atau bermoral dan
bersikap positif. Pendidikan adalah suatu yang esensial bagi manusia. Melalui
pendidikan, manusia bisa belajar menghadapi alam semesta demi mempertahankan
kehidupannya. Karena pentingnya pendidikan, islam menempatkan pendidikan pada
kedudukan yang urgen dan tinggi dalam doktrin Islam. Hal ini bisa dilihat dalam
al-Qur’an yang banyak menjelaskan arti pendidikan bagi kehidupan umat manusia
sebagai hamba Allah swt. dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah swt. menciptakan manusia agar menjadi tujuan akhir
segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepada Allah swt.
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Terjemahannya: Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia supaya mereka ibadahku (QS.
Az-dzariyyah :51/56).[8]
Pendidikan Islam
sebagai sebuah sistem dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat
penting. pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang, pendidikan diakui
sebagai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktivitas manusia.
Dengan bantuan pendidikan manusia berkebudayaan dan dengan proses pendidikan
itu pula menuju suatu tingkat
perkembangan kepribadian agar manusia kreatif dan produktif dalam menciptakan
kebudayaan. Secara teknis juga tujuan pendidikan adalah membudayakan manusia
atau membina manusia supaya memiliki kebudayaan.
Menurut hemat penulis Pendidikan benar-benar merupakan latihan
fisik, mental dan moral bagi individu-individu, supaya mereka menjadi manusia
yang berbudaya dan bermoral sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia
dan menjadi warga negara yang berarti dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan memang merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan
yang di selenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan semakim baik dan berkualitas
pula bangsa tersebut. Tidak berlebihan
kalau dikatakan bahwa setiap reformasi dan pembaruan dalam Islam harus dimulai
dengan pendidikan.
Kita sering mendengar
rumus sosial bahwa kalau kita ingin memajukan sebuah bangsa, nomor satu
utamakan pendidikan, nomor dua utamakan pendidikan, dan nomor tiga hargailah
dan muliakanlah guru. Karena itu, para
pemerhati dan pengembang pendidikan Islam tidak henti-hentinya untuk
memperbincangkan masalah tersebut. Yakni dari sekian banyak permasalahan yang
merupakan tantangan terhadap dunia Islam dewasa ini, maka masalah pendidikan
yang paling menantang. Masa depan dunia Islam tergantung kepada cara bagaimana
dunia Islam menjawab dan memecahkan tantangan ini. Pernyataan ini
menggarisbawahi bahwa masa depan Islam di Indonesia juga tergantung kepada bagaimana cara umat Islam merespons dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang berkembang di Indonesia, terutama
dalam konteks pengembangan sistem pendidikan Islam di masa depan[9].
Banyak tantangan yang
di hadapi oleh pendidikan Islam, mulai dari masalah etika dan moralitas hingga
berbagai isu nasional dan global, masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah
kehidupannya, namun di sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih
tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Dunia modern
saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh kemerosotan akhlak yang
benar-benar berada pada taraf yang mengkhawatirkan.
Gejala kemerosotan
akhlak tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa kalangan dewasa, melainkan juga
telah minimpa kalangan pelajar tunas-tunas muda. Orang tua, para pendidik, dan
mereka yang berkecimpung dalam bidang Agama dan sosial, banyak mengeluhkan
terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala,
mabuk-mabukan, tawuran, pesta obat-obatan terlarang. [10]
Tingkah laku
penyimpangan yang di tunjukkan oleh sebagian generasi muda harapan masa depan
bangsa itu sunngguhpun jumlahnya sepersekian persen dari jumlah pelajar secara
keseluruhan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik sebagai
hasil didikkan itu, justru malah menunjukkan tingkah laku yang buruk.
Melihat
gejala yang menimpa umat Islam di Indonesia tersebut sebagai dampak dari
modernisasi dan globalisasi yang semakin maju dan berkembang. Maka Pendidikan
Islam sebagai sarana yang efektif untuk
mengatasi kemerosotan akhlak tersebut, diharapkan menghasilkan manusia yang
selalu menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak mulia serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban
bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam
menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan
masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan
yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data.[11] Berarti jawaban terhadap rumusan masalah penelitian adalah inti suatu
penelitian. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa rumusan masalah adalah
batasan-batasan bagi peniliti terhadap apa yang akan diteliti (objek
penelitian).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka dibuat rumusan masalah yang
sekaligus menjadi batasan objek penilitian ini, yaitu:
1.
Bagaimana urgensi pendidikan Islam pada siswa kelas VIII
MTs di Pondok Pesantren Ulil Albab Simpasai
Lambu Kab. Bima?
2.
Bagaimana moralitas siswa kelas VIII MTs
di Pondok Pesantren Ulil Albab Simpasai
Lambu Kab.
Bima?
3.
Adakah kaitannya pendidikan Islam dengan
moralitas siswa kelas VIII MTs di Pondok Pesantren Ulil Albab Simpasai Lambu Kab. Bima?
C. Hipotesis
Bertolak dari
pemikiran diatas maka adapun hipotesisnya
yaitu di duga bahwa pendidikan Islam
sangat urgen dalam menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia pada siswa
kelas VIII MTs di Pondok Pesantren Ulil Albab
Simpasai Lambu Kab.Bima. karena pendidikan Islam
memiliki konsep dasar yang kokoh dan sempurna
dalam hal membina dan menanamkan keimanan dan nilai moral atau akhlak mulia
untuk keselamatan dunia dan akhirat.
D.
Definisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel
diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap
variabel-variabel atau kata-kata, dan istilah-istilah teknis yang terkandung
dalam judul.[12] Pengertian operasional
variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Urgensi
Pendidikan Islam
Urgensi Pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini adalah pentingnya
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. serta berakhlak mulia dan memiliki
moralitas yang baik sebagai manifestasi dari pendidikan Islam. Peningkatan
potensi spiritual mencakup pengenalan,pemahaman, penghayatan, pengamalan dan
penanaman nilai-nilai ke-Islam-an, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi
spiritual dan moralitas tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk dan khlalifah Allah Swt di muka bumi.
Pendidikan Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama
Islam diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia,serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, saling menghargai, disiplin, harmonis
dan produktif, baik personal maupun sosial sebagai pengejewantahan nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi Muslim, yang berisi
pengamalan sepenuhnya akan ajaran Allah swt dan Rasul-Nya. Akan tetapi, pribadi
Muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan pengajaran dan
pendidikan Islam baik secara formal, informal dan nonformal. Untuk mengetahui
lebih jelas tentang pendidikan Islam, dasar dan tujuannya akan dipaparkan
pembahasannya satu persatu oleh penulis pada bagian tinjauan pustaka.
2.
Moralitas
Moralitas yang dimaksudkan adalah kepribadian siswa
yang berdasarkan nilai-niai Agama Islam, memilih, memutuskan dan berbuat serta
bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai Islam. Karena itulah, maka tujuan
pembentukan sikap moral merupakan bagian yang sangat urgen dalam pendidikan
Islam. Konsep pendidikan Islam terhadap moralitas siswa adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan norma dan nilai Agama Islam menuju kepada
terbentuknya moralitas yang baik menurut
ajaran Islam.
Namun secara spesifik, moralitas bagi siswa adalah
agar siswa dapat mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan
yang buruk, agar siswa dapat lebih tertarik mengikuti perangai-perangai yang
lebih baik dalam paradigma Islam. Moralitas bukanlah sekedar pemberi isyarat
mana yang baik dan mana yang buruk. Namun yang terpenting adalah bagaimana
mengamalkan dalam mengarungi kehidupan sehari-hari dalam bentuk
kebajikan-kebajikan yang mendatangkan kemaslahatan bagi sesama khalifah Allah swt
di muka bumi.
E. Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang moralitas siswa kelas VIII MTs di Pondok
Pesantren Ulil Albab Simpasai Lambu Kab.
Bima
b. Untuk
mengetahui urgensi pendidikan Islam dan kaitanya dengan moralitas Siswa
kelas VIII MTs di Pondok Pesantren Ulil Albal Simpasai Lambu Kab. Bima.
c. Supaya
penulis mengetahui keterkaitan
pendidikan Islam dengan moralitas Siswa
kelas VIII MTs di Pondok Pesantren Ulil Albab Simpasai Lambu Kab. Bima.
2.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. kegunaan
ilmiah, yaitu menambah khazanah pengetahuan penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
b. Meningkatkan
pengetahuan agar penulis serta para khalayak banyak melakukan kajian mendalam
tentang teori-teori pendidikan Islam kontemporer
c. Kegunaan
praktis, dengan selesainya penelitian ini, maka akan dituangkan ke dalam bentuk
karya tulis ilmiah yang diharapkan dapat menjadi sumbangsih moril kepada para
pembaca.
F.
Garis
Basar Isi Skripsi
Untuk memperoleh
gambaran umum dari keseluruhan rangkaian pembahasan skripsi ini, maka penulis
perlu mengemukakan garis besar isi skripsi yang terdiri dari lima bab sebagai
berikut:
Bab pertama
pendahuluan, yang terdiri dari dari latar belakang masalah yang menguraikan
hal-hal yang melatar belakangi timbulnya permasalahan, dan selanjutnya muncul
rumusan masalah yang berisi tiga pokok permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini, selanjutnya hipotesis yang menerangkan tentang jawaban
sementara penulis tentang objek penelitian kemudian menjelaskan pengertian
judul atau definisi operasional supaya lebih jelas pokok permasalahan yang akan
diteliti, selanjutnya mengungkapkan tujuan dan manfaat dari permasalahan
tersebut dan terakhir adalah gari besar isi skripsi
Bab kedua adalah
membahas tentang kajian pustaka yang berisi tentang pengertian pendidikan Islam, dasar dan tujuan pendidikan
Islam serta urgensi pendidikan Islam
dan kaitanya dengan moralitas
Bab ketiga adalah
membahas tentang metode atau cara yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya
jenis dan lokasi penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data
Bab keempat merupakan
gambaran inti yang mengemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan Urgensi pendidikan Islam dan kaitannya dengan moralitas
siswa Kelas VIII MTs di Pondok
Pesantren Ulil Albab Simpasai Lambu Kab. Bima.
Bab
kelima sebagai bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan implikasi
penelitian dalam bentuk saran-saran.
G.
Urgensi Pendidikan
Islam dan Kaitannya Dengan Moralitas
1. Islam
dan hubungannya dengan Pendidikan
Pembicaraan
seputar Islam dan pendidikan tetap menarik, terutama dalam kaitanya dengan
upaya membangun sumber daya manusia muslim. Islam sebagai agama dan pandangan
hidup yang diyakini mutlak kebenaranya akan memberikan arah dan landasan etis
dan pendidikan moral. Islam dan pendidikan bagaikan dua sisi sekeping mata
uang. Artinya, Islam dan pendidikan memiliki hubungan filosofis yang sangat
mendasar baik secara ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Pendidikan merupakan suatu perbuatan dan tindakan. walaupu pendidikan
merupakan suatu perbuatan dan tindakan,
namun bukan suatu tindakan dan perbuatan yang sekedar lahiriah, bukan sekedar
rangkaian gerak, bukan pula perilaku kosong tanpa makna. Islam datang membawa
misi pendidikan yang kuat dan terang untuk kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat kelak.
Hubungan Islam dengan pendidikan merupakan suatu hal yang niscaya
berlangsung secara kontekstual dengan nilai-nilai, karena Islam sebagai agama
wahyu mengandung sistem nilai yang menjadi pedoman hidup umat manusia dalam
segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Nilai yang terkandung
dalam ajaran Islam akan senantiasa di pahami dan di amalkan baik secara
individu maupun sosial, selalu dipengaruhi oleh sistem nilai, baik nilai
kultural maupun nilai keagamaan.
1.
Pendidikan
Islam dan Moralitas
Secara teorits, pendidikan Islam sebagai disiplin
ilmu merupakan konsepsi pendidikan yang mengandung berbagai teori yang
dikembangkan dari wawasan yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan hadis.
Pendidikan Islam dilihat dari segi sistem, proses, dan produk yang diharapkan
maupun dari tugas pokoknya untuk membudayakan umat manusia supaya mengamalkan
Islam secara kaffah agar bahagia
dunia dan akhirat.
Sejarah panjang pendidikan Islam mulai dari era
Rasul hingga kini tujuannya membimbing dan mendidik manusia supaya menjadi
insan yang beriman, takwa dan berakhlak mulia karena memang Rasul diutus
membawa misi profetis dan humanis untuk seluruh alam
[2] Ibid.
[3]
Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Pendidikan era Rasulullah Sampai Indonesia, (cet.I;
Jakarta: kencana prenada media group,2007),
h. 5.
[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam: Integrasi
Jasmani, Rohani, dan Qalb Memanusiakan Manusia, (cet.III; bandung:remaja
rosda karya,2008) , h. 40.
[5] H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, edisi revisi, (cet.I;
Jakarta: bumi aksara,2003), h. 2.
[7] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Cet. IX; Bandung:
Sygma Examedia Arkanleema,2009). h. 543.
[10] H.Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, (Cet.4;Jakarta:Kencana, 2010), h. 106.
[11]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D, (Cet. VI; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 55.
[12]Qadir Gassing, dan Wahyuddin Halim, ed., Pedoman Karya
tulis Ilmiah, (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2008), h. 10.
0 komentar:
Posting Komentar