Buah Dada, Pusar, Dan Paha
Bentuk Semangat Keterbukaan
Wanita Moderen
Realitas kehidupan
saat ini menampakkan sosok yang begitu mengerikan, mengharukan, dan menakutkan.
Sebuah sosok yang begitu nampak Hiper bagi orang-orang yang berada di pihak
yang cinta akan moralitas ketimuran. Tapi sosok yang hiper ini dalam sudut
pandang semangat keterbukaan dianggap sebagai suatu hal yang wajar-wajar saja
atau malah sosok ini dipandang niscaya. Sosok yang hiper ini sudah terlanjur
menjadi wacana yang dominan dalam kehidupan keseharian kita, yang sudah
terbentuk sedemikian rupa oleh beberapa kekuasaan yang mendukungnya. Menurut
Yasraf Amir Piliang ada tiga logika kekusaan yang saling bertautan mendukung
wacana keterbukaan ini menjadi dominan dalam masyarakat, kekuasaan itu adalah
kekuasaan produsen, kekuasaan modal, Dan kekuasaan media massa.
Zaman keterbukaan
merupakan suatu hal yang dicita-citakan oleh umat manusia manapun, karena
dengan semangat keterbukaan ini manusia merasa bebas, merdeka, dan mendapatkan
otonominya dalam menafsirkan, menjalani, serta mengevaluasi kehidupannya yang
tentunya bersesuaian dengan jaman dan konteks sosial dimana mereka berada.
Semangat keterbukaan merupakan suatu jaman yang menandakan bahwa kesadaran umat
manusia dalam kesejatiannya akan mendapatkan tempat dalam kehidupan. Zaman ini
tidak lagi ditandai dengan semangat budaya Patriarki, yang ditandai dengan
model penaklukan terhadap suatu entitas di luar dari kediriannya, tapi zaman
ini juga diwarnai dengan budaya Matriarki, yang ditandai dengan gaya kelembutan
yang khas. Kehidupan ini ditandai dengan perpaduan yang saling melengkapi tanpa
melepaskan identitas kedirian masing-masing. Wanita di zaman ini juga
mendapatkan tempat untuk menyampaikan dan menyatakan eksistensi dirinya dengan
segala bentuk rasinoalitas yang dimilikinya. Semangat Kartiniisme merebak
bagaikan bunga Sakura di musim semi, wanita mendapatkan tempat dimana-mana,
mulai dari tingkat atas seperti jabatan Presiden sampai di tingkat paling bawah
sekalipun seperti menjadi buruh kasar di Proyek-proyek jalan. Dulu, kalau
seorang lelaki mempertanyakan bagaiman sosok wanita idamannya kepada seorang
teman lelakinya, maka yang akan terlintas dalam pikirannya adalah sosok wanita
yang mampu mengurusi dengan baik wilayah-wilayah domestik (dapur, sumur, dan
kasur). Tapi sekarang sangatlah susah mencari wanita idaman yang seperti itu.
Wanita sekarang tidak lagi relevan untuk mengurusi wilayah-wilayah domestik
saja tapi seorang wanita haruslah berada di wilayah publik pula.
Semangat emansipasi yang didukung
oleh gerakan-gerakan feminisme dan gerakan –gerakan gender membawa wanita
kederajat yang tinggi. Wanita tidak bisa lagi dipandang sebagai alibi kaum
lelaki, wanita tidak cocok lagi dilihat sebagai sosok yang lemah yang tidak
memiliki kekuatan apa-apa. Wanita tidak lagi harus tinggal di rumah sebagai
perabot atau sebagai alat pajangan, wanita telah mendapatkan tempat di
lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, di Televisi, di Bioskop, apalagi
di Mall, jelasnya adalah wanita ada dimana-mana.
Zaman memang berubah, tapi apakah
memang betul-betul berubah, jangan-jangan perubahan itu hanya menyangkut
wilayah permukaan saja tapi tidak menyentuh hal yang subtantif sifatnya. Wanita
memang menempatkan dirinya dimana-mana, eksis dalam segala bidang kehidupan,
bebas menyuarakan suara hatinya, lantang dalam gerak langkahnya, dan berani
dalam penampilan berpakaiannya, tapi apakah betul segala kemerdekaan,
kebebasan, dan otonomi yang dimilikinya melaju diatas rel-rel kesadarannya.
Di kehidupan sebelum kita di dunia,
seekor ular membujuk Hawa untuk memakan buah Khuldi, Hawapun tergoda.Hawa
membujuk Adam untuk memetik buah Khuldi yang disinyalir oleh banyak orang
sebagai buah pengetahuan, nampak jelas bahwa dengan inisiatif Hawalah yang
membawa Adam dan keturunannya kelak mendapatkan pengetahuan akan benar dan
salah, baik buruknya sesuatu, telanjang dan kemaluannya. Adam mendapatkan
kemanusiaannya. Umat manusia wajiblah untuk berterimakasih kepada ular Dan
Hawa, karena melaluinya Adam dan keturunannya menjadi manusia seutuhnya. Cerita
itu adalah suatu hal yang dianggap mitos oleh sebagian orang, tapi melalui
cerita itu, kita dapat memperbandingkannya dengan alur cerita kehidupan
sekarang. Ideologi Kapitalisme sebagai ularnya, wanita sebagai Hawanya, dan
lelaki adalah Adamnya. Tapi kehidupan sekarang tidak mencerminkan subtansi dari
cerita tersebut. Kapitalisme memang betul membujuk wanita dan lelaki untuk
larut dalam logikanya, tapi sayangnya arah pembujukan itu tidak mengarah lagi
kepada nilai-nilai kemanusiaan. Manusia baik wanita maupun lelaki tidak lagi
bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, telanjang dan kemaluan,
semuanya bergerak pada keinginan logika Kapitalisme.
Kapitalisme dengan mengusung
kategori kemoderenan menjadikan manusia larut dalam ketidaksadarannya, ia
dengan ganasnya merubah tatanan keinginan menjadi tatanan kebutuhan. Wanita
dengan pakaian yang tertutup yang berada di Twenty One atau di Mall akan
dianggap primitif, karena budaya Twenty One Dan Mall menuntut seorang wanita
untuk berpakaian sedikit terbuka, Buah dada harus menonjol dengan baju ketat,
pusar harus kelihatan, dan paha putihpun harus sedikit dipamerkan. Seorang
lelaki tidak lagi harus bersusah payah untuk mengintip disela-sela jendela,
dibalik tirai, atau di atas loteng kamar wanita, cukuplah dia ke Twenty One,
Mall, SMU-SMU, atau dunia Kampus pastilah dia akan melihat paha putih, buah
dada, dan pusar yang diinginkannya.
Sederetan wanita dengan tubuh yang
semampai, baju ketat tanpa lengan, dan rok pendek, atau celana ketat dengan
sedikit pengetahuan marketing akan lebih mendapatkan tempat dikehidupan dewasa
ini dibanding dengan wanita yang memilih berpakaian tertutup dengan tidak
menonjolkan tonjolan tubuhnya sedikitpun, bertubuh bongsor dengan segudang pengetahuan
filosofis yang dimiliki. Kehidupan dewasa ini lebih berpihak pada keterbukaan
tubuh wanita dibanding dengan keterbukaan pengetahuan yang dimiliki wanita yang
bertubuh bongsor dengan pakain tertutupnya. Zaman ini, kerja tidak ditandai
lagi dengan kerja fisik, tapi kerja ditandai dengan kerja image, dan wanita
dengan buah dada, pusar, dan paha putihlah sebagai imagenya (Fukuyama).
Kenyataan ini, dengan jelas dapat disaksikan tidak hanya di dunia virtual saja
tapi kita bisa melihatnya di Mall-mall, wanita dengan sedikit berani dan agak
tersipu mengeksploitasi dirinya sendiri, kasihan!
Kehidupan manusia ditandai dengan kesadarannya dalam menentukan
pilihan hidupnya. Dengan kesadarannya manusia dikatakan berbudaya yang
diperhadapkan dengan sikap alamiahnya. Tapi kehidupan sekarang tidak memberikan
pilihan hidup, ia bergerak secara linear saja, konsekuensinya adalah manusia
hanya mengadopsi realitas yang ada diluar dirinya. Segala bentuk kehidupan yang
lagi mapan dilumatnya tanpa filteralisasi lagi, takut akan ungkapan kuno,
primitif, atau ketinggalan zaman yang akan disandangnya. Keinginan untuk
memakai baju ketat, celana ketat, rok pendek, telepon selular, mobil mewah,
Putauw, dan segala bentuk citraan lainnya menjadi kebutuhan dikalangan muda
sekarang. Menurut Lacan keinginan akan pencitraan itu yang kemudian menjadi
kebutuhan diproduksi oleh mesin-mesin hasrat manusia, lalu kalau memang betul
mesin hasrat manusialah yang menentukan kehidupannya dimanakah letak kesadaran
rasionalitasnya yang dijunjung tinggi dizaman pencerahan dulu.
Di Zaman pencerahan manusia
mendapatkan tempat lagi setelah sekian lama terbelenggu oleh kungkungan
peradaban yang ditandai dengan sifat Kosmosentris dan Teosentrisnya. Katanya,
pada peradaban tersebut manusia hanya sebagai pengikut, penonton, dan hamba
sahaya oleh alam dan Tuhan, manusia hanya bisa manggut dan mengiyakan apa kata
alam dan Tuhan, apa yang diinginkan oleh alam, manusia haruslah mengikuti,
kalau tidak manusia akan tersingkir dengan sendirinya. Tapi peradaban itupun
runtuh seiring dengan kesadaran rasionalitas manusia yang menampakkan nyalinya,
jadilah manusia yang menentukan nasib kehidupannya sendiri. Roda kehidupan
terus berputar sampai pada suatu titik dimana kita hidup sekarang. Kehidupan
yang tadinya ditandai dengan semangat rasionalitas seolah memutar haluan lagi,
kehidupan manusia kembali ditentukan oleh realitas yang berada di luar dirinya.
Kehidupan ini tidak lagi dibentuk oleh kesadaran rasionalitasnya tetapi oleh
kehendak naluriahnya, Scopenhouwer seorang filosof skeptis mengatakan bahwa
kehidupan ini tidaklah dibentuk oleh kesadaran manusia melainkan oleh kehendak
butanya akan sesuatu hal di luar dirinya. Manusia berada pada tingkat
alamiahnya lagi, ia bagaikan seorang anak kecil meniru, latah, menjadi Xerox,
menjadi mimesis.
Wanita yang berada di Mall sama saja
wanita yang bergelut di dunia kampus baik dalam segi pengetahuaannya apalagi
dalam gaya berbusananya, yang dipentingkan adalah bagaimana dia bisa disanjung
atau menjadi bahan gosip oleh lelaki, bagaimana ia bisa menjadi artis idolanya,
atau bagaimana ia bisa bisa memakai produk-produk baru yang tentunya berkelas
dan bermerek. Sangat jarang wanita yang berpenampilan ala Britney atau Madonna
yang berpengetahuan cemerlang, yang memikirkan tentang dehumanisasi yang
terjadi sekarang, malah mereka menjadi pengusung dehumanisasi itu sendiri,
sangat jarang wanita memikirkan eksploitasi kediriannya, malah mereka
menyambutnya dengan suka cita yang luar biasa. Apakah dengan menggunakan busana
yang menonjolkan buah dada, dengan tampilan pusar dan lengan putih, serta
pinggul yang montok dan paha putih adalah bentuk atau identitas yang
menampilkan eksisten dirinya, atau apakah keterbukaan busana itu merupakan
cita-cita yang diinginkan oleh Hawa atau Kartini dulu, Semoga!
Kehidupan zaman ini memang menuntut
buah dada, pusar, dan paha putih. Kita harus menyadari itu meskipun agak
sedikit terpaksa. Wanita memang terpaksa menerima itu sebagai tuntutan zaman
kalau tidak, enyah kau dari kehidupan ini! kata seorang gadis kepadaku. Harapan
kita semoga wanita menyadari dan memaknai kehidupannya dengan semangat
kesadaran rasionalitasnya, meskipun itu hanya dalam pikirannya. Kamu harus adil
(bebas) sejak dari pikiranmu, latihlah terus menerus hingga ia membekas dalam
prilakumu (Pramudya Ananta Toer).
0 komentar:
Posting Komentar