Desa Tonggorisa satu dari 12 Desa yang ada di Kecamatan Palibelo
Kabupaten Bima yang dimekarkan pada 23 September 2006. Pada awalnya Desa
Tonggorisa terdiri dari tiga wilayah dusun yang terpisahkan bukit yaitu
Dusun Tonggondoa, Dusun Tonggorisa dan Dusun Ragi.
Kampung Tonggorisa (Foto: Ronamasa/Ahyar) |
Konon cerita, awal mulanya nama Tonggorisa diambil dari nama seorang pengrajin bakulan yang bernama Risa.
Hasil kerajinan tangan Risa ini banyak diminati orang pada masanya
karena merupakan salah satu perabotan dapur yang sangat vital yang
berfungsi sebagai pengaman makanan dari gangguan seperti kucing, tikus
atau nyamuk. Perkakas ini dikenal dengan nama Tonggo. Berkat
keterampilan tangan Risa, nama kampung Tonggo mulai dikenal di
kampung-kampung tetangga lainnya sebagai tempat membeli Tonggo. Karya
Risa pun mulai terkenal dari pembeli yang sudah lebih dulu
memanfaatkannya.
Bila pengguna ini kedatangan tamu yang sempat melihat dan memperhatikan kegunaan alat ini lalu menanyakan tempat membelinya. Tuan rumah yang sudah merasakan manfaatnya lalu menjawab “Tonggo ini buatan Risa”. Dan lama kelamaan kedua kata ini disebut menjadi satu kesatuan kata yang tak terpisahkan yaitu Tonggorisa. Penggabungan kata-kata seperti ini juga dapat dipengaruhi kebiasaan orang Bima tempo dulu yang bertempat di pelosok pedalaman, cari gampang-gampanya saja menyebutkan sesuatu. Penyebutan Tonggorisa menjadi satu kesatuan bisa juga merupakan dampak dari kebiasaan tersebut.
Bila pengguna ini kedatangan tamu yang sempat melihat dan memperhatikan kegunaan alat ini lalu menanyakan tempat membelinya. Tuan rumah yang sudah merasakan manfaatnya lalu menjawab “Tonggo ini buatan Risa”. Dan lama kelamaan kedua kata ini disebut menjadi satu kesatuan kata yang tak terpisahkan yaitu Tonggorisa. Penggabungan kata-kata seperti ini juga dapat dipengaruhi kebiasaan orang Bima tempo dulu yang bertempat di pelosok pedalaman, cari gampang-gampanya saja menyebutkan sesuatu. Penyebutan Tonggorisa menjadi satu kesatuan bisa juga merupakan dampak dari kebiasaan tersebut.
Pengrajin Bedeg (Foto: Ronamasa/Ahyar) |
Entah, ini ada hubungannya dengan peninggalan keahlian Risa atau mungkin
hanya faktor kebetulan saja, namun ini adalah nyata. Kerajinan yang
benar-benar tradisional seperti yang dimiliki Risa tempo dulu saat ini
masih dilakoni orang Tonggorisa seperti anyaman Bedeg. Kerajinan
anyaman bedeg merupakan warisan yang sudah turun temurun bahkan sudah
ada sejak ratusan tahun silam. Kerajinan yang bahan utamanya bambu ini
sampai saat ini masih ditekuni 30 pengrajin setempat. Bedeg yang
diproduksi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat
akan tetapi juga masyarakat desa tetangga bahkan pesanan dari
kabupaten/kota tetangga.
Buah Srikaya Mbojo Bima (Foto:Ronamasa/Ahyar) |
Selain dikenal memiliki pengrajin lokal yang hebat tempo dulu,
Tonggorisa juga menyimpan lengenda yang dipercaya oleh orang tua-tua
tempo dulu. Lengenda Tampode yang berada di ujung barat
Tonggorisa dipercaya ada penunggu gaibnya sebagai penjaga pintu masuk
kampung Tonggorisa. Konon ceritanya, lengeda Tampode ini menampakan
misteriusnya, ketika pada jaman penjajahan, kolonial ingin masuk di
kampung ini untuk mencari sesuatu namun tidak berhasil karena tidak
menemukan pintu masuk hingga akhirnya nyasar ke wilayah lain. Tidak
hanya hal mistik saja, Desa yang jarak tempuh ke Ibukota kabupaten Bima
25 km ini memiliki hasil alam yang khas yaitu Garoso Mbojo
(Srikaya Bima). Garoso yang berasal dari perladangan Tonggorisa yang
musimnya hanya sekali dalam setahun(sekitar bulan pebruari atau maret),
selalu dicari oleh konsumen lokal(Bima)karena rasanya manis dan gurih.
Hasil tanaman ini sangat membantu dalam hal pendapatan petani karena
disamping pemasarannya yang sangat mudah, harga jualnyapun sangat
menguntungkan.
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar) |
Desa yang saat ini berpenduduk 793 KK dengan jumlah jiwa 2.583 jiwa
pada awal terbentuknya terdiri dari tiga dusun yaitu Desa Tonggondoa
yang berada di ujung barat, dusun Tonggorisa sebagai Ibukota desa dan
dusun Ragi berada di ujung paling timur Tonggorisa. Dalam hal penarikan
pendapatan desa seperti Pajak Bumi, desa yang ketiga dusunnya di batasi
bukit kecil ini menjangkau wilayah hingga pertengahan wilayah Bre Desa
Belo Kecamatan Palibelo. Namun sejak tahun 2007 Desa Tonggorisa hanya
terdiri dari dua wilayah karena Tonggondoa dimekarkan dan ditetapkan
sebagai desa definitif.
Seiring pertumbuhan dan pertambahan penduduk desa dan dibarengi pengembangan pembangunan serta pemetaan wilayah kabupaten Bima, desa yang curah hujan 300 mm kebersamaan kedua wilayah ini tidak bersama lagi. Ragi kemudian oleh pemerintah Kabupaten Bima ditetapkan sebagai Desa definitif pada tahun 2012 berdasarkan Perda Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2012.
Seiring pertumbuhan dan pertambahan penduduk desa dan dibarengi pengembangan pembangunan serta pemetaan wilayah kabupaten Bima, desa yang curah hujan 300 mm kebersamaan kedua wilayah ini tidak bersama lagi. Ragi kemudian oleh pemerintah Kabupaten Bima ditetapkan sebagai Desa definitif pada tahun 2012 berdasarkan Perda Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2012.
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar) |
Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin berkembang tidak
menyurutkan warga setempat untuk meninggalkan keterampilan tangan
warisan leluhurnya bahkan tetap dipertahankan dan dilestarikan walaupun
bentuk kerajinannya berbeda. Ini terlihat dari kemampuan sebagian warga
mencari peluang untuk peningkatan pendapatan rumah tangga. Keterampilan
baru yang ditekuni dan dikembangkan saat ini adalah pembuatan krupuk Singkong atau Ubi Jalar (impomoea batatas).
Seiring potensi pasar krupuk yang terus berkembang, pengrajin yang
berasal dari salah satu desa dari sembilan desa di Kecamatan Palibelo
Kabupaten Bima belum mampu menyediakan material secara mandiri di
wilayah desanya. Faktor keterbatasan kemampuan pengelolaan sumberdaya
alam setempat salah satu faktor yang mempengaruhinya. Guna memenuhi
material kerajinan yang bahan utamanya singkong ini, pengrajin
harus melintas kabupaten lainnya seperti Kabupaten Dompu dan Kota untuk
mencarinya. Walaupun jarak yang ditempuh hingga mencapai ratusan km
untuk mendapatkan materialnya tidak mengendorkan semangat pengrajin yang
saat ini mencapai 150 orang untuk tetap bertahan dengan profesinya. Desa pengrajin krupuk terbesar di kecamatan beribukota Teke yang
berletak di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat sampai saat ini belum
tersentuh sama sekali oleh pemerintah Kabupaten Bima baik memberikan
bantuan permodalan peningkatan usaha maupun apresiasi sebagai motivasi
terhadap pengrajin agar terus mengembangkan potensi diri yang telah
dimilikinya.
Secara geografis Desa yang dirintis Abu Tua Sude bersama masyarakatnya sejak ratusan tahun silam ini awalnya merupakan bagian dari Kecamatan Belo. Namun setelah terbentuknya Kecamatan Palibelo, desa yang saat ini luas wilayahnya 1.505 Ha berbatas wilayah:
Pada bagian akhir Potret Desa Tonggorisa ini penulis akan menyajikan nama-nama pemangku Kepala Pemerintahan Desa (Geralang dan Kepala Desa) Tonggorisa sejak berdirinya hingga saat ini, sebagai berikut:
Adanya Penjabat transisi ini merupakan dampak dari aspirasi sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan generasi kepemimpinan di wilayah Desa Tonggorisa. Pemilihan Kepala Desa Tonggorisa periode ini memang agak memanas dibanding pemilihan periode lainnya. Untuk meredam susuana yang dianggap akan dapat mengancam stabilitas kerukunan masyarakat akhirnya pemerintah mengambil kebijakan untuk mempending sementara pelaksanaan pemilihan.
Dan pada akhirnya keinginan generasi lain belum sepenuhnya mendapat restu dan simpati dari mayoritas penduduk Desa Tonggorisa. Hal ini terbukti hasil pemilihan dimenangkan keturunan kedua dari Abu Tua Sude yaitu M. Djafar H. Anwar sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin Desa Tonggorisa Periode 1995 - 2003. Pada pemilihan kali ini diikuti 3 calon yaitu : 1. H. M. Thayeb Rajak (Tonggondoa), 2. M. Djafar. H. Anwar (Tonggorisa), dan 3. Umar Arsyad (Ragi).
Nara sumber:
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar) |
Secara geografis Desa yang dirintis Abu Tua Sude bersama masyarakatnya sejak ratusan tahun silam ini awalnya merupakan bagian dari Kecamatan Belo. Namun setelah terbentuknya Kecamatan Palibelo, desa yang saat ini luas wilayahnya 1.505 Ha berbatas wilayah:
- Sebelah Barat: Desa Tonggondoa
- Sebelah Timur: Desa Ragi
- Sebelah Utara: Desa Nata
- Sebelah Selatan: Kota Bima
Pada bagian akhir Potret Desa Tonggorisa ini penulis akan menyajikan nama-nama pemangku Kepala Pemerintahan Desa (Geralang dan Kepala Desa) Tonggorisa sejak berdirinya hingga saat ini, sebagai berikut:
- H. SYAMSUDDIN ( ABU TUA SUDE )
- H. ANWAR H. SYAMSUDDIN (40 tahun)
- H. HASAN M. HAKIM (1962 – 1970)
- H. DRAJAK (1970 - 1978)
- H. DRAJAK (1978 - 1986)
- H. M. SIDIK H. ANWAR (1986 – 1994)
- H. ABDUL RAUF SAMI’UN (1994 – 1995) *
- M. DJAFAR H. ANWAR (1995 - 2003)
- GUFRAN H. M.SALEH, S.Sos (2003 – 2008)
- H. M. SIDIK H. ANWAR (2008 – 2014)
Adanya Penjabat transisi ini merupakan dampak dari aspirasi sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan generasi kepemimpinan di wilayah Desa Tonggorisa. Pemilihan Kepala Desa Tonggorisa periode ini memang agak memanas dibanding pemilihan periode lainnya. Untuk meredam susuana yang dianggap akan dapat mengancam stabilitas kerukunan masyarakat akhirnya pemerintah mengambil kebijakan untuk mempending sementara pelaksanaan pemilihan.
Dan pada akhirnya keinginan generasi lain belum sepenuhnya mendapat restu dan simpati dari mayoritas penduduk Desa Tonggorisa. Hal ini terbukti hasil pemilihan dimenangkan keturunan kedua dari Abu Tua Sude yaitu M. Djafar H. Anwar sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin Desa Tonggorisa Periode 1995 - 2003. Pada pemilihan kali ini diikuti 3 calon yaitu : 1. H. M. Thayeb Rajak (Tonggondoa), 2. M. Djafar. H. Anwar (Tonggorisa), dan 3. Umar Arsyad (Ragi).
Nara sumber:
- Syamsuddin M. Sidik (Aba Syam)
- Kamaluddin Mustakim (Uba Kama)
- H. M. Thayeb Abdollah (Abu Teo)
- Nurdin Muhammad (Ompu Deo)
- H. M.Sidik H. Anwar (Abu Sedo)
- Mansyur H. Mursalin (Ama Hawa)
0 komentar:
Posting Komentar