Pendididkan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Dengan pendidikan akan meninggikan manusia dan merendahkan
manusia yang lain, manusia akan dianggap berharga bila memiliki
pendidikan yang berguna bagi sesamanya.
Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang beranggapan
bahwa pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja, tetapi dalam
kenyataanya pendidikan berlangsung seumur hidup melalui
pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam kehidupanya. Hal ini
menunjukan bahwa pendidikan berlangsung tanpa batas yaitu mulai sejak
lahir sampai kita meninggal dunia.
1. Pengertian
Pendidikan seumur hidup bukan suatu sistem pendidikan yang
berstruktur, melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar yang menjiwai
seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada. Dalam kenyataan hidup
dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa hakikatnya orang belajar seumur
hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak
sama.
Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses
pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang
dilahirkan hingga meninggal dunia. Pendeknya tidak ada batas usia yang
menunjukkan seseorang tidak mungkin dan tidak dapat belajar. Proses
pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non
formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah,
dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Jika seorang petani tua
berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam,
pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan itu
adalah pertanda bawa belajar itu tidak dibatasi oleh usia.
Untuk indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai
dimasyarakat melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo.
Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip
pembangunan nasional, antara lain :
- Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang ).
- Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan, butir (d) ).
Dasar dari pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan,
bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam
maupun diluar sekolah.
2. Dasar
Dasar-dasar pemikiran pendidikan seumur hidup (long life education) :
a. Tinjauan ideologis
Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi
yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan
seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup.
b. Tinjauan ekonomis
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk :
- Meningkatkan produktivitasnya
- Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
- Memungkinkan hidup dalam lingkunganyang sehat dan menyenangkan
- Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak secara tepat
c. Tinjauan sosiologis
Pendidikan seumur hidup yang dilakukan
oleh orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan.
Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah.
d. Tinjauan Filosofis
Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
e. Tinjauan Teknologis
Semakin maju jaman semakin berkembang pula
ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan
seumur hidup akan semakin mudah. Begitu pula sebaliknya.
f. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai
pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup yang
disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan
alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur
hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
3. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup :
- Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
- Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
4. Alasan Pendidikan Seumur Hidup diperlukan
a, Alasan Keadilan
Terselengaranya pendidikan seumur hidup
secara meluas dikalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan
yang memungkinkan terwujudnya keadilan social. Masyarakat luas dengan
berbagai stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh
pendidikan. Selanjutnya berarti pula persamaan social, ekonomi, dan
politik. Hinsen menunjukkan konteks yang lebih luas yaitu dengan
terselenggaranya pendidikan seumur hidup yang lebih baik akan membuka
peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan
internasional. Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan
statemen bahwa pendidikan seumur hidup pada prinsipnya dapat
mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan
ketidakadilan social.
b. Alasan Ekonomi
Persoalan pendididkan seumur hidup
dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan pendidikan, produktivitas kerja,
dan peningkatan GNP. Di Negara sedang berkembang biaya untuk perluasan
pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tak
tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan
pembangunan dirasakan , sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya
dirasakan menjadi penghambat. Tidak terkecuali di Negara yang sudah maju
teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas
pendidikan dan jenis-jenis pendidikan. Beberapa Negara maju merasakan
beratnya beban biaya penyelenggaraan pendidikan itu. Beberapa
alternative dilakukan untuk mengatasi mengatasi masalah pembiayaan itu
antara lain dengan cara memperbesar daya serap sekolah misalnya dengan
system double shift, memperpendek masa pendidikan, meningkatkan
pendayagunaan teknologi pendidikan, mendiseminasikan inovasi-inovasi
pendidikan, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut
pendidikan seumur hidup yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep
baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan
pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar.
c, Alasan Perkembangan IPTEK
Pertumbuhan teknologi menyebabkan
peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada meningkatnya usia
harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Di segi lain muncul
pendekatan-pendekatan baru dan perubahan orientasi dalam proses belajar
mengajar, konsep pengembangan tingkah tingkah laku, perubahan peran guru
dan siswa, munculnya berbagai tenaga kependidikan nonguru,
pendayagunaan sumber belajar yang semakin bervariasi, dan
lain-lain.Kesemuanya itu mengandung potensi yang kaya bagi
terselenggaranya pendidikan sepanjang hidup.
d. Alasan Faktor Sosial yang berhubungan
denga perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam
kaitannya dengan perkembangan iptek
Perkembangan iptek yang demikian pesat
yang telahmelanda Negara maju dan Negara-negara berkembang memberi
dampak yang besar terhadap terjadinya perubahan-perubahan kehidupan
social ekonomi dan nilai budaya.
Fungsi pendidikan yang seharusnya
diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya seperti fungsi
ekonomi, rekreasi dan lain-lain, lebih banyak diambil alih oleh
lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarg,
khususnya oleh sekolah. Dengan diambil alihnya sebagian tigas pendidikan
oleh sekolah, banyak orang tua yang mengira bahwa seluruh tugas
pendidikan sudah ditangani secara tuntas oleh sekolah, sehingga orang
tua hanya tinggal menunggu hasilnya. Sebaliknya sekolah menganggap bahwa
pendidikan afektif sepenuhnya menjad tanggung jawab orang tua.
Ketidaksinkronan konsep pendidikan di lingkungan keluarga dengan
pendidikan di sekolah tersebut menimbulkan kesenjangan. Kesenjangan
tersebut dapat diisi melalui penyelenggaraan pendidikan seumur hidup
yang bersifat menembus batas-batas kelembagaan.
Jika dahulu masa anak dan remaja diartikan
sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang
dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua
kelompok usia tersebut sudah menjadi kabur. Semakin hari banyak remaja
yang berumah tangga dan bekerja, sedangkan di pihak lain semakin banyak
orang dewasa yang bersekolah. Garis pemisah yang kukuh antara kedua
macam kelompok tersebut berabad-abad telah dipertahankan di dalam
kiehidupan bermasyarakat. Berkat kemajuan perkembangan iptek banyak hal
yang dahulunya hanya menjadi hak istimewa kelompok dewasa, seperti hak
untuk membuat keputusan atas sesuatu yang menjadi pilihan anak, telah
beralih kepada kelompok anak dan remaja sendiri.
Situasi demikian juga terdapat pada
hubungan antara pekerjaan dengan pimpinan. Pola umum tentang hubungan
social antara pekerja dengan pimpinan yang dahulu harus dipegang ketat
sudah menjadi longgar. Pekerja di masa mendatang mungkin harus melakukan
peran social yang saat ini dianggap hanya cocok untuk atasan.
Gejala social lain yang juga memiliki arti
penting, yaitu meningkatnya emansipasi wanita. Emansipasi wanita yang
telah berlangsung demikian pesat telah mengubah konsep tentang dunia dan
peran wanita, demikian pula peran pria sebagai pencari nafkah. Banyak
posisi yang dahulu hanya cocok untuk pria, sekarang diisi oleh wanita,
dan sebaliknya.
e. Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan
iptek di satu sisi dalam skala besar meminta pekerjaan tangan diganti
dengan mesin, tetapi disisi yang lain juga member andil kepada munculnya
pekerjaan-pekerjaan baru yang banyak menyerap tenaga kerja dan
munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan
menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
Untuk dapat menangani pekerjaan-pekerjaan
yang menuntut persyaratan-persyaratan baru seseorang harus berkemauan
untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara
terus-menerus. Kondisi seperti ini mengandung implikasi bahwa pendidikan
seumur hidup merupakan alternative yang dapat mengantisipasi pemecahan
masalah-maslah yang dihadapi oleh pekerja-pekerja di masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar