Perjalanan Luar Biasa Sang Nyamuk

Proses perkembangan nyamuk
merupakan salah satu aspek yang paling mengesankan dan mengagumkan. Berikut ini
adalah kisah singkat tentang transformasi makhluk hidup dari seekor larva renik
melalui beberapa tahap menjadi seekor nyamuk:
Telur nyamuk, yang
berkembang dengan diberi makan darah, ditelurkan nyamuk betina di atas daun
lembap atau kolam kering selama musim panas atau musim gugur. Sebelumnya, si
induk memeriksa permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor halus di
bawah perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia mulai bertelur.
Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu milimeter, tersusun dalam satu
baris, secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies bertelur dalam
bentuk tertentu, saling menempel sehingga menyerupai sampan. Sebagian kelompok
telur ini bisa terdiri atas 300 telur.
Telur-telur berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap
warnanya, lalu menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan
perlindungan bagi larva, agar tak terlihat oleh burung atau serangga lain.
Selain telur, warna kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan lingkungan,
sehingga mereka lebih terlindungi.
Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui
berbagai proses kimia rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk
tersebut tidak mengetahui proses-proses di balik perubahan warna dalam tahap
perkembangan nyamuk. Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini. dengan kemampuan
sendiri. Tidak mungkin pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk telah
diciptakan dengan sistem ini sejak mereka pertama kali muncul.
Menetasnya Telur
Seusai masa inkubasi, larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva, yang terus-menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi sempit, sehingga mereka tidak bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba saatnya untuk pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi sampai selesai berkembang.
Metode makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam
air, dengan menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin.
Pusaran ini membuat bakteri atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya.
Sambil bergantung terjungkir di dalam air, larva bernapas melalui pipa udara
yang mirip “snorkel” yang digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan
kental yang mencegah masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk bernapas.
Singkatnya, makhluk hidup ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan
rumit yang berhubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Jika tidak
memiliki pipa udara, ia tidak akan mampu bertahan hidup. Jika tidak ada cairan
kental, pipa pernapasannya akan dipenuhi air. Pembentukan dua sistem ini pada
dua waktu yang berbeda akan menyebabkan kematian pada tahap ini. Ini
menunjukkan bahwa keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh sejak awal. Dengan kata lain, ia telah diciptakan.
Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda
dengan sebelumnya. Pada tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir,
yaitu tahap kepompong. Kepompong yang mereka tempati menjadi sangat
sempit. Ini berarti sudah tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari kepompong.
Makhluk yang keluar dari kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit
dipercaya bahwa kedua wujud ini adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk
yang sama. Sebagaimana yang terlihat, proses perubahan ini terlalu rumit dan
sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun nyamuk betina….
Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya
pernapasan, sebab lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa
udara akan tertutup. Sejak tahap ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan
lubang ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja muncul pada bagian depan
tubuhnya. Oleh karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air sebelum
pergantian kulit. Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap
terbang, lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh,
kaki, dada, sayap, perut, dan matanya yang besar.
Kepompong tersebut tersobek
di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah bocornya air ke dalam
kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang tersobek ini ditutupi suatu
cairan kental khusus, yang berfungsi melindungi kepala nyamuk dari sentuhan
air. Ini saat yang sangat penting. Karena ia dapat jatuh ke
air dan mati akibat tiupan angin, nyamuk harus memanjat ke atas air dan hanya
kakinya yang boleh menyentuh permukaan air. Ia berhasil.
Bagaimana nyamuk pertama
kali mendapatkan “kemampuan” bertransformasi seperti ini? Mungkinkah sebuah
larva “memutuskan” untuk berubah menjadi seekor nyamuk setelah berganti kulit
tiga kali? Tentu tidak! Sangatlah jelas bahwa makhluk hidup mungil ini, yang
dijadikan perumpamaan oleh Allah, telah diciptakan sedemikian secara khusus.
Sistem Pernapasan
Dalam sistem
pernapasannya, larva mengisap udara dengan menggunakan pipa berongga yang
didorong ke atas permukaan air. Sementara itu, larva menggantung terjungkir di
bawah air. Suatu cairan kental mencegah masuknya air ke lubang yang digunakan
larva untuk bernapas.
Gnats during
their pupal stages = Nyamuk dalam tahap kepompong
Ketika nyamuk
keluar dari air, kepalanya tidak boleh menyentuh air sama sekali. Jika tidak
bernapas satu saat saja, napasnya akan terputus. Angin sepoi atau riak kecil
pada permukaan air pun dapat berakibat fatal bagi nyamuk.
Bagaimana Nyamuk Mengindra Dunia Luar?
Nyamuk
dilengkapi dengan penerima panas yang sangat peka. Mereka mengindra segala
sesuatu di sekitar mereka dalam berbagai warna menurut panasnya, sebagaimana
terlihat pada gambar di sebelah kanan. Karena pengindraannya tidak bergantung
pada cahaya, nyamuk sangat mudah menentukan letak pembuluh darah dalam ruangan
yang gelap sekalipun. Penerima panas pada nyamuk cukup peka untuk mendeteksi
perbedaan suhu hingga sekecil 1/1000°C.
Teknik Mengisap Darah Yang Menakjubkan
Teknik nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang
mengatur kerja sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci.
Setelah mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik
dengan bibir pada belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi
bungkus khusus yang membuka selama proses pengisapan darah.
Tidak seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara
menghunjamkan belalainya dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh
rahang atas yang setajam pisau dan rahang bawah yang memiliki gigi yang
membengkok ke belakang. Nyamuk menggerakkan rahang bawah maju-mundur seperti
gergaji dan mengiris kulit dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat diselipkan
melalui irisan pada kulit ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran
berakhir. Sekarang waktunya nyamuk mengisap darah.
Namun, sebagaimana kita
ketahui, luka seringan apa pun pada pembuluh darah akan menyebabkan tubuh
manusia mengeluarkan enzim yang membekukan darah dan menghentikan kebocoran.
Enzim ini tentunya menjadi masalah bagi nyamuk, sebab tubuh manusia juga akan
segera bereaksi membekukan darah pada lubang yang dibuat nyamuk dan menutup
luka tersebut. Artinya, nyamuk tidak akan bisa mengisap darah lagi.
Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia
menyuntikkan cairan khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini menetralkan enzim pembeku darah. Maka, nyamuk dapat mengisap
darah yang ia butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa gatal dan bengkak
pada titik yang digigit nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan darah
ini.
Ini tentulah sebuah proses yang luar biasa dan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana nyamuk tahu dalam tubuh manusia ada enzim pembeku?
2. Untuk memproduksi cairan
penetral enzim tersebut, nyamuk perlu mengetahui struktur kimianya. Bagaimana
ini bisa terjadi?
3. Andaipun entah bagaimana nyamuk mendapatkan pengetahuan itu (!),
bagaimana ia memproduksi cairan tersebut dalam tubuhnya sendiri dan membuat
“rantai teknis” yang dibutuhkan untuk mentransfer cairan tersebut ke
belalainya?
Jawaban semua pertanyaan ini telah jelas: tidak mungkin nyamuk bisa
melakukan semua hal di atas. Ia tidak pula memiliki akal, ilmu kimia, ataupun
lingkungan “laboratorium” yang diperlukan untuk memproduksi cairan tersebut.
Yang kita bicarakan adalah seekor nyamuk yang hanya beberapa milimeter
panjangnya, tanpa akal ataupun kecerdasan, itu saja!
Jelaslah bahwa Allah, Tuhan dari langit dan bumi dan segala sesuatu yang
ada di dalamnya, telah menciptakan nyamuk dan manusia, dan memberikan
kemampuan-kemampuan luar biasa dan menakjubkan tersebut kepada nyamuk.
“Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah.
Dialah Yang Mahabesar, Maha Bijaksana. Kekuasaan dari langit dan bumi adalah
miliknya. Ia memberikan hidup dan menjadikan mati. Ia memiliki kekuasaan atas
segala sesuatu.” (QS. Al Hadid: 1-2)
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia,” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl:
68-69)
Lebah
Madu
Hampir semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh
manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa
dari penghasilnya, yaitu lebah madu.
Sebagaimana kita ketahui, sumber makanan lebah adalah nektar, yang tidak
dijumpai pada musim dingin. Oleh karena itulah, lebah mencampur nektar yang
mereka kumpulkan pada musim panas dengan cairan khusus yang dikeluarkan tubuh
mereka. Campuran ini menghasilkan zat bergizi yang baru—yaitu madu—dan
menyimpannya untuk musim dingin mendatang.
Sungguh menarik untuk dicermati bahwa lebah menyimpan madu jauh lebih
banyak dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Pertanyaan pertama yang muncul
pada benak kita adalah: mengapa lebah tidak menghentikan produksi berlebih ini,
yang tampaknya hanya membuang-buang waktu dan energi? Jawaban untuk pertanyaan
ini tersembunyi dalam kata “wahyu” yang telah diberikan kepada lebah, seperti
disebutkan dalam ayat tadi.
Lebah memproduksi madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga
untuk manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri
untuk melayani manusia; sama seperti ayam yang bertelur setidaknya sebutir
setiap hari kendatipun tidak membutuhkannya dan sapi yang memproduksi susu jauh
melebihi kebutuhan anak-anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar