Makna Hidup
Salam hangat tuk raga
yang berlumuran perihnya dosa....
Mendiang rembulan pergi tatkala waktu menggeser senyum dari peraduan angkasa,, membuat jiwa hanyut dalam lautan duka akan nestapa,, goresan luka dari dinamika hidup yang apatis kala melangkah tersandung pijakan alam yang membongkah dalam balutan tawa yang membuat bising nurani... hentakan kaki pergi begitu saja memikul asa yang tak kunjung reda bak hujan di taman lazuardi...
pesona harapan akbar yang menari dalam imajinasi peri kecil semakin terngiang kala raga terbaring bersama malam yang kelam,, penantian akan peraduan semu tak jua menjamak hidup kala maut tersenyum sembari melambaikan tangan dengan bendera Ilaiah... memuja kalbu yang goyah berharap dapat berdiri dengan luka yang menganga seraya memeluk tangis akan kerinduan....
mentari pagi seakan enggan bersilaturahmi manakala jiwa mencari lorong hitam tak berujung sebagai hempasan ilusi akan langkah yang tertatih.. enyahlah jasad jikala zaman berteriak lantang dalam lantunan sabda sejarah yang menggema menduduki podium sukma kelalaian manusia pasif,, bicara bersama tak lagi maknawi ketika nyanyian surgawi menghentakkan bibir yang terkatup kaku...
berlari mengejar cita yang teruntai lewat benang ikhtiar kala munajat beterbangan lewat kepakan sayap bidadari firdaus,, aroma pedih berhembus kala akal termenung dalam gua pikiran yang hanya terdengar dalam bumi yang kosong tak berpenghuni.. titik khayali menjelma dalam rutininitas hidup yang monoton seraya menyampaikan pesan perpisahan kala senyum merekah di padang kesempurnaan....
berharap tuk merebahkan diri tanpa apa-apa.....
Mendiang rembulan pergi tatkala waktu menggeser senyum dari peraduan angkasa,, membuat jiwa hanyut dalam lautan duka akan nestapa,, goresan luka dari dinamika hidup yang apatis kala melangkah tersandung pijakan alam yang membongkah dalam balutan tawa yang membuat bising nurani... hentakan kaki pergi begitu saja memikul asa yang tak kunjung reda bak hujan di taman lazuardi...
pesona harapan akbar yang menari dalam imajinasi peri kecil semakin terngiang kala raga terbaring bersama malam yang kelam,, penantian akan peraduan semu tak jua menjamak hidup kala maut tersenyum sembari melambaikan tangan dengan bendera Ilaiah... memuja kalbu yang goyah berharap dapat berdiri dengan luka yang menganga seraya memeluk tangis akan kerinduan....
mentari pagi seakan enggan bersilaturahmi manakala jiwa mencari lorong hitam tak berujung sebagai hempasan ilusi akan langkah yang tertatih.. enyahlah jasad jikala zaman berteriak lantang dalam lantunan sabda sejarah yang menggema menduduki podium sukma kelalaian manusia pasif,, bicara bersama tak lagi maknawi ketika nyanyian surgawi menghentakkan bibir yang terkatup kaku...
berlari mengejar cita yang teruntai lewat benang ikhtiar kala munajat beterbangan lewat kepakan sayap bidadari firdaus,, aroma pedih berhembus kala akal termenung dalam gua pikiran yang hanya terdengar dalam bumi yang kosong tak berpenghuni.. titik khayali menjelma dalam rutininitas hidup yang monoton seraya menyampaikan pesan perpisahan kala senyum merekah di padang kesempurnaan....
berharap tuk merebahkan diri tanpa apa-apa.....
- Ardiansyah Bima –
0 komentar:
Posting Komentar