Rabu, 08 Januari 2014

Misteri Ruma Jai La Mangge

Ilustrasi Gambar : Romanti Bima
Secara tidak sengaja saya melintas di jalan dusun Bontoranu desa Rada Bolo-Bima beberapa waktu lalu dan menemukan kompleks Makam yang sudah dipagar dan ditetapkan menjadi situs Cagar Budaya. Hanya ada 4 nisan di makam ini dan di tengahnya terdapat makam dengan batu nisan yang agak tinggi dan lonjong. Penduduk sekitar meyakini bahwa makam yang berada di samping barat jalan desa Rada ini sebagai seorang sakti yang bernama Ruma Jai La Mangge. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Ruma Jai La Mangge adalah seorang sakti dari tanah Gowa yang bisa berjalan di atas air. Karena terlalu lama mengembara di lautan, sekujur tubuhnya dipenuhi Tiram dan berbagai jenis binatang laut. Orang ini lah yang mendirikan kampung bontoranu dan melindungi warga dari berbagai serangan musuh. Ruma Jai La Mangge, masih memiliki keturunan di Bontoranu dan masih ada hubungan keluarga dengan Raja-raja Sanggar.

Siapakah Ruma Jai La Mangge ? Menurut saya, nama itu bukan nama sebenarnya. Besar kemungkinan bahwa makam ini adalah makam Karaeng bontomaranu, salah seorang bangsawan Gowa yang berjuang bersama Sultan Bima II Abdul Khair Sirajuddin (1640-1684). Bersama Karaeng Popo, Bontomaranu menolak isi perjanjian Bongaya dan pulang ke Bima mengikuti jejak Abdul Khair Sirajuddin. Tiga pejuang itu kemudian menyerang kapal-kapal VOC di perairan laut Flores, mendirikan Benteng Asa Kota, dan menyerang orang-orang Bugis di sepanjang pesisir barat teluk Bima mulai dari Bontokape hingga Bajo soromandi karena dianggap membantu Belanda. Mereka dicap sebagai Bajak Laut dan menjadi penghalang perdagangan Belanda di nusantara timur. Tentu hipotesa ini masih perlu dikaji lagi.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar