Rabu, 06 Februari 2013

Arti Sebuah Pendidikan



Saat ini, pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, manusia membutuhkan pendidikan untuk menuju taraf hidupnya yang lebih baik. Pendidikan adalah suatu proses perubahan tingkat laku melalui pembelajaran dan ilmu yang dimilikinya. Tapi, ketika berbicara di masa lampau, manusia itu terkadang berpikir bahwa pendidikan itu tidak penting.
Nach .... inilah dikisahkan dalam drama ini, ada orang tua  yang tidak mengerti tujuan pendidikan, malah mereka mengatakan bahwa pendidikan tidak penting, sehingga dibuat dalam bentuk drama dengan judul arti sebuah pendidikan oleh Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan ke-46 Posko 3 Kandoka, yang diperankan oleh:
-       Navi sebagai ayahnya imran
-       Ifah sebagai istri Navi
-       Barak sebagai ayahnya sahra yang tidak lain adalah sahabat Navi
-       Hera sebagai istri barak
-       Sahra sebagai anak barak yang masih SMA
-       Imran sebagai putra tunggal dari keluarga navi dan ifha
-       Ani sebagai pembaca naskah
Selamat menyaksikan
Di sebuah Dusun terpencil jauh dari perkotaan, hiduplah keluarga yang rukun nan bahagia yang tidak lain adalah keluarga Navi berserta istrinya. Suatu hari, mereka berbincang-bincang di teras rumah tentang anaknya yang berada di kota menuntut ilmu.
Ifah     : Pa.... (dengan nada mesra) dah 4 bulan, anak kita belum pulang, saya merasa bagai sayur tanpa garam. Tidak enak rasanya, keluarga tidak pernah lengkap. Lagian imran kan  anak satu-satunya kita, Pa... saya kesepian......
Navi    : Ah ... mama. Masa sih kesepian.... kan bapak di sini, ada ji aku mah yang setia selalu menemanimu heheheh ......
Ifah     : Bukan itu masalah pa....anak kita..... anak kita. Jangan-jangan ada apa-apa ma dia, napa tidak pernah pulang selama ini, dulu kan setiap 2 bulan dia dah pulang. Nach ... sekarang dah 4 bulan.
Navi    : Tenang.... tenang mah. Semua akan baik-baik saja.
Ifah     : Ya ... pa, moga-moga tidak terjadi apa-apa.
Di sisi lain juga, hiduplah keluarga sekina dan warahma bersama anaknya yang bernama barak dan istri yang bernama Hera yang merupakan sahabat Navi.  Ternyata barak minim pengetahuan tentang pendidikan. Mereka berbincang di kolong rumah bersama anaknya sahra. Sahra  adalah seorang belia dan cerdas yang masih sekolah di SMA.
barak  : Nak .... dah kuliah nanti, bagaimana kalau kamu dinikahkan saja ketika ada lelaki yang melamar...... ? (sambil tersenyum kepada Anaknya).
Sahra  : pua’ .... aku minta maaf, aku belum mau menikah ..... (wajah muram)
barak  : Loch ..... Napa anakku?? (sambil membelai rambut anaknya)
Sahra  : Belum pua’!! Aku mau lanjut sekolah dulu.
Hera   : pa .... kalau anak belum mau, jangan dipaksakan pa.....
barak : Ah mah.... tidak ada gunanya sekolah. Hanya menghabiskan uang saja untuk bayar SPP. Coba liat banyak orang bisa dapat kerja tampa sekolah. Coba liat kakakmu di kampung bisa bekerja di sebuah toko, bisa jadi petani seperti pua’. 
Sahra  : Ah .... pua’ dech. Pua’ ... Justru itu pendidikan sangat dibutuhkan penunjang kita. Kita bisa mengatur kehidupan kita lebih baik lagi.
Sahra menjelaskan tentang pendidikan itu namun ayahnya tidak mengerti tujuan pendidikan. 

Pada saat itu juga si Navi bersama istrinya ingin berkunjung ke rumah sahabatnya si Barak yang kebetulan tetangga dusun di seberang Sungai dan langsung berangkat. Selang beberapa waktu mereka tiba di rumahnya Barak.
Navi    : (tok ... tok ... tok ......) Assalamu Alaikum .....
Barak dan Sahra                   : Waalaikum mussalam ......
Navi    : wah .... bapak sama anak lagi ngapain ???
Barak : Tidak ... pak. Sahra Ngelotot pengen lanjutkan sekolahnya katanya kehidupan lebih baik jika pendidikan kita tinggi.
Navi    : oh .... gitu masalahnya ya, gini kalau saya, biarkan saja anaknya lanjut sekolah untuk melanjutkan cita-cita.
sahra  : (mengangguk-angguk) Ya betul itu pua’. Pua’ aja yang tidak mengerti pendidikan!
Barak : Nak ... itu aku suruh menikah soalnya demi kebaikanmu juga, nanti keburuh tuami pua’, kau belum menikah, aku pengen lihat kau bahagia.  
Navi    : wan...., saya juga dulu berpikiran seperti itu tapi setelah saya pikir-pikir mungkin juga pendidikan itu dibutuhkan anak. Lagian kita berdua kan tidak punya sekolah, tidak bisa membaca. Jadi, apa salahnya kita sekolahkan anak kita .
Barak : Jadi, .... gimana ini kawan ??
Navi    : Jadi, sekolahkan saja selesaikan sampai dia sarjana.  
Akhirnya orang tua Sahra mengalah. Sahra kelihatan bahagia sekali setelah itu. Selanjutnya setelah tamat di SMA Sahra melanjutkan ke jenjang S1 di perguruan Tinggi di kota.
Satu tahun kemudian, Sahra melewati masa kuliah hari demi hari. Suatu hari, dia ke perpustakaan kampus. Di dalam ruang perpustakaan, dia mengambil beberapa buku untuk referensi tugas. Tiba-tiba Imran datang dan langsung di dekat meja Sahra.  
Imran : (Sekilas melihat langsung menyapa) hey ......
Sahra  : (sambil kerja tugas) hey juga
Imran : btw bisa kenalan gak ???
Sahra  : boleh !!! (tunduk lihat buku)
Imran : Saya Imran (sambil mengajukan tangan ke depan Sahra)
Sahra  : Saya Sara (wajah malu-malu)
Imran             : gi kerja tugas  ya?
Sahra  : ya ... nich. Aku pusing kerja ini, aku malas hitung-hitung gini.
Imran             : oh .... coba aku lihat, siapa tau, aku bisa bantu. (sambil mengambil buku Sahra) oh .... mudah ini ....
Sahra  : Kerjakan Maka pale .... . Btw jurusan apakikah ??
Imran             : (tersenyum) jurusan Matematika ... kita iya ...
Sahra  : Jurusan Bahasa Inggris.
Kemudian cerita di singkat, akhirnya mereka saling mengenal lebih jauh dan menjalin hubungan serius. Lanjut cerita, imran mendapat kerja di sebuah instansi dan sahra pun baru saja wisuda, keduanya akan kembali ke daerah masing-masing. Setiba di rumahnya, mereka disambut oleh orang tuanya.
Imran             : Assalamu alaikum ... pak
Navi    : Waalaikum mussalam ... nak (dengan wajah gembira dan kagum), nak akhirnya kamu dah berhasil juga?
Imran             : Trima kasih, pak berkat doa dan dukungannya saya berhasil.
Singkat cerita ayah dan anaknya masuk ke dalam ruang makan dan setelah makan mereka istrirahat. Keesokan harinya, mereka keluar di teras kemudian berbincang-bincang.
Navi    : Nak ... kan kamu dah dapat kerja. Bagaimana kalau kamu dicarikan jodoh ... kebetulan bapak punya sahabat di dusun seberang yang punya anak perempuan, bagaimana kalau kamu dinikahkan nak ....
 
Imran             : oh .... tidak bissaaaa.... jangan, jangan, jangan ..... ini bukan jaman sitti nurbaya. Pokoknya saya tidak setuju dengan perjodohan ini.
Navi    : Ah .... gitu sih, loch g mau... jangan gitu anakku.
Imran : Minta maaf pa, saya sudah punya pilihan sendiri.
            Imran tidak mengerti bahwa yang dijodohkannya ada pacarnya sendiri yaitu Sahra.
Disisi lain, di rumahnya Barak juga terjadi perbincangan. Dengan sangat gembira, mereka menyambut anaknya.
Hera   : (Sambil mencium pipi anaknya) hey anak dah pulang ??
Barak : ternyata dah sarjana anakku, tidak sia-sia mencetak kamu (Sambil mencubit pipi Sahra).
Sahra  : ih ...pua’  dan indo sayang ...... betul aku dah sarjana.
Hera   : Masuk ..... masuk ... (sambil menarik tangannya).
Barak             : tunggu dulu indo .... apanya yang masuk..... hehehe
Hera   : Ah ....pua’, suka bercanda deh.
            Setelah itu mereka istirahat, menenangkan diri karena kecapaian. Dan akhir cerita keluarga menghubungi sahabatnya untuk menbicarakan perjodohan ini dan kemudian sahabatnya pun setuju dengan rencana Navi. Cerita singkat, prosesi perjodohan segera dilaksanakan. Kemudian imran menyetujui kemauan orang tuanya dan merelakan pilihannya menjadi sebatas kenangan dan Sahra pun menerima perjodohan itu.
            Keluarga Navi datang ke rumah sahabat itu untuk melamar.
Navi    : tok .... tok ....Assalamu alaikum ...
Barak dan istrinya : Wassalam ... masuk ...
Navi    : ya makasih....
Barak             : Kayaknya penting ini??
Navi    : seperti itulah kiranya.
Mereka membicarakan pelamaran itu. Barak memanggil anaknya untuk dipertemukan dengan Imran.
Barak             : Sahra .... kesini nak!! 
Imran             : (langsung berdiri setelah melihat Sahra keluar) Ah ... napa kamu ada disini ??
Sahra  : (wajah heran) kita sendiri untuk apa kesini ?
Imran             : Saya mau melamar calon istri.
Sahra : Siapa calon istrinya??
Imran             : oh ... ternyata kamulah calonnya... alhamdulillah...
Ujung cerita Imran dan Sahra bertemu di plaminan dan kedua keluarga itu bahagia sekali.
By: Ardiansyah, Editor: Andi Nuraini Anti.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar