Senin, 30 Desember 2013

Kontroversial Tahun Baru 2014


Menyambut Tahun baru 2014 adalah dengan cara kita merenungi segala perbuatan dosa-dosan kita yang pernah kita lakukan pada tahun 2013, dan juga untuk merefiw kembali tentang apa yang akan kita lakukan pada tahun 2014, seperti : Jika pada tahun 2013 kita hanya bisa menghafal Al-Qur’an sebanyak satu Jus, maka di Tahun 2014 ini harus ada target yang harus kita capai yaitu harus menghafal Al-Qur’an sebanyak Dua Jus bahkan lebih, itulah harus kita lakukan untuk memaknai tahun baru 2014, bukan sebaliknya berfoya-foya dan mengisi tahun baru dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
 
Saya mendengar dari perbincangan beberapa para dosen yang memiliki perhatian khusus terhadap tingkah laku para remaja saat ini, mereka memperbincangkan tentang kesalapahaman para remaja dalam memaknai tahun baru 2014 dengan ditandai meningkatnya pembelian kondom sebanyak 30% pada hari Ha Mines 3 Tahun Baru 2014, pembelian tersebut dilakukan oleh para Remaja pada malam hari sekitar Jam 10 Malam keatas diberbagai Apotik, hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak etis untuk dijadikan sebuah kebudayaan, karna akan merusak moralitas generasi bangsa Indonesia, kalau hal itu sampai terulang kembali sampai pada taraf keseringan, maka tunggulah kehancuran moralitas generasi bangsa Indonesia yang berindikasi pada hancurnya moralitas bangsa Indonesia yang notabenennya sebagai mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam hal ini akan menjadi tanggungjawab kita semua dalam mengatasi masalah ini, ini semua lantaran kebijakan Menteri kesehatan terlalu dini yang menambah keruhnya persoalan tersebut, dengan kebijakan melegalkan kondom beredar serta mengempangekan atau membagikan kondom secara gratis dikalangan anak-anak dan remaja, kebijakan Menteri kesehatan tersebut terlalu dini tanpa melakukan survey terlebih dahulu atau mengkaji lebih dalam lagi tentang dampak ketika kebijakan tersebut dikeluarkan, kebijakan tersebut tidak seharusnya dikeluarkan mengingat NKRI memiliki penduduk mayoritas beragama islam, karna tanpa dikeluarkan kebijakan tersebut masih ada saja para remaja membeli kondom secara Ilegal dan secara rahasia, apalagi melegalkan masalah kondom tersebut

Terkait masalah diatas masih banyak hal-hal yang tidak lupuk dari pendengaran dan penglihatan saya selama saya berada di Kota Propinsi, seperti masalah menutup Aurat, kebebasan dalam bergaul (Laki-Laki dan Perempuan Sama Rata), bonceng sini bonjeng sana dengan pelukan yang erat, kalau dipandang dari jarak jauh tidak kelihatan bahwa diatas motor itu ada Dua orang sakin presnya diatas motor, ini yang menjadi broblematikan bagi saya dan saya sangat sedih ketika yang bukan agama kita memberikan pernyataan bahwa “Orang Islam Tidak ada bedanya dengan Kami”, apakah kita tidak malu ketika Agama kita disamakan dengan agama yang lain,,,,?

Rabu, 25 Desember 2013

H. Ferry Zulkarnain, ST. Meninggal Dunia

H. Ferry Zulkarnain, ST
Haji Ferry Zulkarnain, ST, Bupati Bima Nusa Tenggara Barat sekitar pukul 01.00, Kamis (26/12) meninggal dunia di Klinik Sari Farma Kota Bima dalam usia 49 tahun. Laporan dari Bima menyebutkan, putra mahkota Sultan Bima tersebut diduga terkena serangan jantung.

 
Muchlis Murtalib, salah seorang yang pernah menulis buku almarhum bersama M.Dahlan Abubakar menjelaskan, Rabu (23/12) Ferry Zulkarnain meninjau suasana banjir di Tente akibat air bah yang meluap melintasi Dam Pela Parado. Pada saat berkunjung Ferry juga memberi bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana banjir tersebut.
Kembali dari meninjau, mungkin karena kelelahan dan memiliki riwayat penyakit jantung disertai memikirkan nasib rakyatnya yang terkena bencana banjir, dia merasa kesehatan kurang fit dan langsung dibawa ke Klinik Sari Farma Bima untuk memperoleh pertolongan medis. Tetapi informasi lain menyebutkan, pada pukul 04.00 dilarikan ke RSUD Bima di Raba. Namun, nyawanya tidak tertolong. 
 
Pada pukul 07.20. Ferry Zulkarnain dijemput Al Khalik.
Jenazahnya akan dikebumikan Jumat (27/12) di Bima, sementara hari ini jasadnya disemayamkan di Pendopo Bima untuk memberi kesempatan kepada masyarakat menyampaikan ucapan dukacita.
 
Ferry Zulkarnain dilahirkan di Jakarta 1 Oktober 1964. Dia meninggalkan istri Indah Damayanti Putri dan seorang anak laki-laki Muhammad Putra Ferryandi Ferry menyelesaikan pendidikan dasar di SDN No.4 Mataram, SMPN 40 Jakarta, SMA YMII Jakarta, dan Universitas Al Azhar Mataram.
Semasa hidupnya pernah aktif di organisasi seperti wakil Bendahara DPD II Partai Golkar Kabupaten Bima (1994-1998), Wakil Ketua II DPD Partai Golkar Kabupaten Bima (1998-2003), dan Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Bima (2003-2008).
Jabatan di pemerintahan: Anggota DPRD Kabupaten Bima (1997-1999/2002), anggota DPRD Kota Bima (2003-2005), dan Bupati Bima (2005-2010 dan 2008-2015).
Selama menjabat Bupati, Ferry Zulkarnain lebih banyak berada di tengah rakyatnya ketimbang di kediamannya di Kota Bima. Kepala Desa Kanca Kecamatan Parado, Drs.Kaharuddin menjelaskan, hanya pada malam Jumat saja Ferry berada di Kota Bima untuk zikiran keluarga. Selebihnya mengelilingi desa-desa dan bermalam di desa.
 
Ferry mulai terjun ke dunia politik pada usia 31 tahun. Kesederhanaannya mewarisi sifat ayahnya Putra Abdul Kahir, Sultan yang juga menjabat Bupati Bima pada tanggal 2 Oktober 1950 hingga 1967. Ferry lahir dari pasangan Putra Kahir-Jubaidah dan merupakan anak sulung. Ferry kecil tidak banyak dikenal orang Bima, karena dia menghabiskan masa-masa balitanya di luar Kabupaten Bima.
Ferry yang menggaet Drs.Usman A.K. sebagai Wakil Bupati mememangi pemilihan bupati pada tahun 2005, mengalahkan Drs.H.Zainul Arifin, incumbent, yang maju ke gelanggang lagi. Pasangan Ferry-Usman menggaet suara dominan, sehingga pemilihan hanya berlangsung satu putaran. Pada periode kedua, Ferry menggaet H.Syafaruddin sebagai wakil bupati.
 
Di periode I pemerintahannya, Ferry tidak sedikit menunai cobaan, terutama datang dari mereka yang tidak puas dengan kepemimpinannya. Rangkaian unjuk rasa tidak pernah berhenti. Pada periode kedua, gelombang unjuk rasa kian marak lagi. Yang paling krusial dan brutal terjadi di Kecamatan Lambu, saat para demonstran menguasai Pelabuhan Sape yang menghubungkan NTB dengan NTT dengan menggunakan kapal penyeberangan. Antrian panjang truk bermuatan kebutuhan Hari Natal dan Tahun Baru di NTT tertahan beberapa hari di Pelabuhan Sape. Beberapa orang tewas dalam kejadian yang bermula karena protes terhadap kehadiran perusahaan tambang di Kecamatan Lambu tersebut, setelah aparat keamanan membuka paksa akses pelabuhan di ujung timur Pulau Sumbawa tersebut.
 
Gara-gara unjuk rasa itu, Ferry Zulkarnain melunak. Dia menghentikan pengoperasian perusahaan tambang yang ditengarai menyengsarakan rakyat itu karena merusak lingkungan. Padahal, di daerah lain banyak juga kegiatan pertambangan beroperasi dan ironisnya, ada juga warga Bima mencari penghidupan di sana. Misalnya saja di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu, NTB. Aktivitas transportasi kendaraan yang lalu lalang mengangkut bahan baku hasil tambang tersebut merupakan pemandangan rutin saban hari di kecamatan itu, seperti yang saya saksikan Desember 2011.(dear).
 

Minggu, 22 Desember 2013

Cerita Rakyat Bima Kec. Sape

 Cerita Folklore ini berasal dari sebuah kecamatan dikabupaten Bima yaitu kecamatan Sape. Dimana cerita ini konon katanya berasal dari mitos warga setempat, yang mempercayai bahwa apa bila memakan ikan Bangkolo (bahasa Bima) tersebut, masyarakat setempat akan mengalami gatal-gatal dan bencana alam terjadi. Mitos ini berasal dari cerita, dimana pada zaman dahulu kala, pimpinan tertinggi di zaman kerajaan Bima di sebut “Ncuhi”, Tiap-tiap Ncuhi ini menduduki daerah kekuasaan masing-masing. Seperti Ncuhi Tabe Bangkolo, Ncuhi Monta, Ncuhi Kabuju, Ncuhi Lambu, Ncuhi Dara, dan lain-lain.
Konon katanya, dalam Adat dan tradisi Ncuhi, mereka berhura-hura ingin bertamasya ke Ncuhi Lambu untuk mengadakan acara makan-makan dan berpesta pora dengan menggunakan perahu layar, menuju daerah kekuasaan ncuhi lambu melewati transportasi laut .
Setelah acara makan-makan dan pesta pora semua Ncuhi sempat beristirahat sampai Ncuhi Tabe Bangkolo terbawa tidur. Pada saat Ncuhi Tabe Bangkolo tertidur nyenyak timbul niat jahat Ncuhi lain untuk tidak membangunkan Ncuhi Tabe Bangkolo dan di biarkan tertinggal sendirian. Beberapa saat kemudian Ncuhi Tabe Bangkolo terbangun kemudian melihat dan monoleh kearah kiri-kanannya ternyata keaadaan sudah sepi. Melihat kejadian
dan keadaan ini Ncuhi Tabe Bangkolo larut dalam kesedihan, ditengah kesedihannya datanglah seekor ikan yang biasa warga Bima sebut uta Bangkolo (ikan Bangkolo). Beberapa saat kemudian, ikan tersebut mengagetkannya dengan berkata,“mengapa Ncuhi murung dan bersedih?” Lalu Ncuhi Tabe Bangkolo menjawab dengan wajah kecewa dan tersedu, “Saya dikerjain, ditipu dan di tinggal pergi oleh Ncuhi lain.
Melihat kesedihan yang menerpa Ncuhi tersebut, hati ikan itu tersentuh sehingga berniat menolong Ncuhi dan mengantarkannya kembali ke wilayah kekuasaannya. Ikan tersebut menyuruh Ncuhi Tabe menaiki tubuhnya dengan memegang siripnya. Namun Ncuhi Tabe merasa ragu dengan ajakan ikan tersebut, “Saya takut nanti ditengah perjalanan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan didalam diri saya”. Kemudian ikan bangkolo meyakinkan Ncuhi agar meyakini kesaktiannya, “Ncuhi tak perlu takut, asalkan Ncuhi memenuhi syarat yang saya minta”.
“Apa syaratnya?” jawab Ncuhi dengan nada riang. “Suatu waktu jikalau melihat ikan sejenis saya, Ncuhi haram untuk memakannya. Namun apabila perjanjian ini di langgar, maka Ncuhi akan mendapatkan ganjaran yang membuat mu menyesal seumur hidup.” Lanjut ikan tersebut. Akhirnya timbullah kesepakatan antara Ncuhi Tabe dan ikan Bangkolo, tanpa berpikir panjang lagi Ncuhi Tabe memegang sirip ikan itu, maka berangkatlah mereka menyebrangi lautan seberang.
Tidak disangka, sesampai didaratan wilayah kekuasaannya, ternyata Ncuhi Tabe lebih duluan tiba dari pada Ncuhi lain yang menumpangi perahu tadi. Kemudian Ncuhi Tabe berdiri di tepi pantai dan melihat kearah perahu yang datang ternyata para Ncuhi yang pergi meniggalkannya waktu di Ncuhi Lambu, belum sampai didaratan. Beberapa saat kemudian, rombongan dalam perahu tersebut semkin mendekat, dari kejauhan para Ncuhi dalam perahu tersebut merasa bingung dan takut akan kesaktian Ncuhi Tabe. Kemudian mereka berniat untuk minta maaf atas kekhilafan yang mereka perbuat, dengan hati yang tulus Ncuhi Tabe menerima permintaan maaf dari ncuhi-ncuhi tersebut. Sehingga, semakin akrab dan damailah yang terjalin kehidupan mereka.
Dalam menjalani kehidupan yang damai itu, muncullah hubungan asmara antara kedua anak Ncuhi, yaitu Ncuhi Tabe dan Ncuhi Lambu. Setelah beberapa senggang waktu terjalin hubungan yang baik, muncul niat anak Ncuhi Lambu untuk melamar atau meminang kekasihnya yaitu anak Ncuhi Tabe, sampai ada kesepakatan kedua Ncuhi tersebut. Tidak lama kemudian, kira-kira dalam waktu satu bulan dilaksanakanlah acara pernikahan kedua anak Ncuhi itu, dan pada hari pengantaran mahar semua barang dan benda di antar, salah satu barang mahar yang diantar adalah ikan Bangkolo kering. Dalam proses masak memasak, dibagian dapur, ikan bangkolo itu hendak di potong-potong oleh keluarga Ncuhi, namun dengan mengejutkan ikan tersebut tidak bisa terpotong meskipun menggunakan parang dan pisau yang tajam. Sehingga salah satu dari juru masak keluarga Ncuhi tersebut memasukkan ikan itu ke tabe (wajan), yang berukuran sangat besar. Dalam keadaan tidak terpotong, beberapa saat kemudian muncullah kejadian aneh di mana ketika ikan bangkolo kering itu di masukin ke tabe atau dalam bahasa Indonesia disebut wajan, secara spontan ikan itu meloncat keluar tabe dan langsung mengenai anak Ncuhi yang masih kecil yang berdiri di dekat tabe (wajan), dan beberapa saat kemudian tewas seketika, sehingga membuat acara bahagia itu dirundung duka. Melihat kejadian ini, Ncuhi Tabe tidak habis pikir dan mengapa sampai terjadi hal seperti ini.
Dikala duka melanda dihari bahagia itu. Pikir punya pikir, teringatlah oleh Ncuhi Tabe pada suatu saat dimana dirinya berjanji/bersumpah dengan seekor ikan bangkolo yang pernah menolong dirinya dulu. Tanpa ia sadari sumpah dan janji tersebut telah ia langgar.. dan atas kejadian itu munculllah seribu penyesalan dari lubuk hati Ncuhi. Dan dari sumpah yang telah dilanggar tersebut, masyarakat diwilayah kekuasaan Ncuhi Tabe mengalami penyakit kulit seperti, gatal-gatal, panu, dan lain-lain. Sehingga diyakini sampai sekarang, bahwa ikan tersebut sangat keramat dan masyarakat takut untuk memakannya.

Sabtu, 21 Desember 2013

Ucapan Selamat Untuk Ibu

Hay teman, disini kami hanya ingin berbagi suka cita yang sebentar lagi kita akan menghadapi yang namanya hari ibu. Kami akan berbagi beberapa ucapan selamat hari ibu terbaru 2013. Yap, Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Kalau Ayah mempunyai slogan yaitu Surganya Ibu di bawah kaki Ayah, tetapi slogan Ibu adalah Surganya Anak di bawah kaki Ibu. Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. 

Sumber : himassila-makassar.blogspot.com

Rabu, 18 Desember 2013

Kisah Seorang Anak Penjual Bakso

Kisah Nyata ( Siti Penjual Bakso berusia 7 Tahun )
mohon baca sampai selesai ..


Siti, seorang bocah yatim yang ditinggal mati ayahnya sejak usia 2 tahun. Kini Siti berumur 7 tahun. Sehari-hari sepulang
sekolah Siti masih harus berkeliling kampung menjajakan bakso.



Karena... ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong rombong bakso. Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat.



Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalanannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi. Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis, upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali digulung-gulungnya.



Sampai di rumah, Siti tak mendapati siapapun. Ibunya jadi buruh mencangkul lumpur di sawah milik orang lain. Tak setiap hari ia mendapat upah uang tunai. Terkadang ia hanya dijanjikan jika kelak panenan berhasil ia akan mendapatkan bagi hasilnya. Setiap hari kaki Ibunda Siti berlumur lumpur sampai setinggi paha. Ia
hanya bisa berharap kelak panenan benar-benar berhasil agar bisa mendapat bayaran.



Hari itu Siti ingin bisa makan kangkung. Ia pergi ke rumah tetangganya, mengetuk pintu dan meminta ijin agar boleh
mengambil kangkung. Meski sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan Ibunya untuk selalu minta ijin dulu pada pemiliknya. Setelah diijinkan, Siti langsung berkubang diempang untuk memetik kangkung, sebatas
kebutuhannya bersama Ibunya. Petang hari Ibunya pulang. Siti menyerahkan 2000 perak yang didapatnya. Ia bangga bisa
membantu Ibunya. Lalu Ibunya memasak kangkung hanya dengan garam. Berdua mereka makan di atas piring seng tua, sepiring nasi tak penuh sepiring, dimakan berdua hanya dengan kangkung dan
garam. Bahkan ikan asin pun tak terbeli, kata Ibunda Siti.



Bayangkan, anak sekecil itu, pulang sekolah menenteng beban berat jualan bakso keliling kampung, tiba di rumah tak ada makanan. Kondisi rumahnya pun hanya sepetak ruangan berdinding kayu lapuk, atapnya bocor sana-sini. Sama sekali tak layak disebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian sendiri menunggu
Ibunya pulang hingga petang hari. Sering Siti mengatakan dirinya kangen ayahnya. Ketika anak-anak lain di kampung mendapat kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja di kota, Siti suka bertanya kapan ia dapat kiriman. Tapi kini Siti sudah paham bahwa ayahnya sudah wafat. Ia sering mengajak Ibunya ke makam
ayahnya, berdoa disana. Makam ayahnya tak bernisan, tak ada uang pembeli nisan.



Hanya sebatang kelapa penanda itu makam ayah Siti. Dengan rajin Siti menyapu sampah yang nyaris menutupi makam ayahnya. Disanalah Siti bersama Ibunya sering menangis sembari memanjatkan doa. Dalam doanya Siti selalu memohon agar dberi kesehatan supaya bisa tetap sekolah dan mengaji. Keinginan Siti
sederhana saja : bisa beli sepatu dan tas untuk dipakai sekolah sebab miliknya sudah rusak.



" Ya Allah , mudahkan rezeki adik ini , berilah dan cukupkanlah makanan , pakaian , tempat tinggal kepada adik ini, sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Rezeki "

Jumat, 13 Desember 2013

Peta Obyek Wisata Alam dan Budaya Lokal Daerah Bima

Jika Anda ingin hari libur anda bersama keluarga menyenangkan, lokasi yang ada digambar bawah ini patut anda kunjungi bersama keluarga, dijamin pasti menyenangkan, selain obyek wisatanya yang menyenangkan juga tersedia berbagai kuliner khas Daerah Bima yang bisa anda cicipin sambil menikmati indahnya Panorama Taman Wisata dan Ole Ole Khas Daerah Bima yang sangat Memuaskan untuk Anda bawa pulang bersama keluarga..

Jika Anda sudah bosan berkeliling melihat pemandangan Taman Wisata Alam Daera Bima Serta Tempat Peninggalan Bersejarah pada jaman Kesultanan Bima. Anda Bisa berkunjung ketempat penjualan Ole Ole Khan Daerah Bima (Pusat Jajan Kota Bima) yang tidak jauh dari Lokasi Taman Wisata Alam dan Purba, lokasinya seperti yang termuat dalam gambar dibawah ini :


Profil Museum Mbojo


PEMERINTAH KABUPATEN BIMA
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
UNIT PELAKSANA TEHNIS DAERAH ( UPTD ) MUSEUM ASI MBOJO
Alamat : Jln. Sultan Ibrahim No. 02 Kota Bima Telp. (0374) 45201

PROFILE  MUSEUM ASI MBOJO

1.  NAMA OBJEK                          :  Museum Asi Mbojo
2.  GARIS OBJEK                          :  Wisata Budaya
3.  LOKASI                                    
               -  Alamat                           :  Jln. Sultan Ibrahim No.2
               -  Desa / Kecamatan          :  Kel. Paruga Kec. Rasanae Barat
               -  Kabupaten / Kota          :  Bima
               -  Propinsi                          :  Nusa Tenggara Barat
               -  Jarak dari Ibukota          :  -  Kabupaten / Kota    =  4 KM
                                                            -  Propinsi                   =  430 KM

4.  KONDISI OBJEK
               -  Luas Areal Objek           :  -  Luas Situs          :  30,728 M  (1,67 M  dan  148 M)
                                                         :  -  Luas Bangunan  :  428 M  (6 M dan 18 M)
            -  Aksesibilitasi                  : Transportasi Laut, Darat, Udara (0,5 KM dari semua                                Hotel dan Losmen
               -  Operasional                    :  Sudah
              
-  Status Pemilikan Tanah                :  Negara
        
5.  SARANA DAN PRASARANA :
      Air, listrik, pintu masuk / keluar (Lare – Lare), pos jaga, tempat parkir, kamar kecil, ruang informasi, ruang peragaan, fitrin, jalan setapak, bangku taman, tempat sampah, lampu taman, sumur / PAM, saluran air bersih, tempat penyimpanan peralatan, pagar, papan nama.
      Jumlah ruangan : keseluruhan berjumlah 21 ruangan terdiri dari 2 lantai, lantai bawah 12 ruangan terdiri dari 3 ruangan kantor, 1 ruangan benda – benda pusaka, 1 ruangan rapat dan sisanya ruangan pamer. Lantai atas 10 ruangan terdiri dari 1 ruangan kerja Sultan, 1 kamar tidur Sultan, 4 kamar tidur Putri, 1 kamar tidur Bung Karno, 1 kamar Putra, 1 ruangan keterampilan..
   
 
6.  KETERANGAN / PROFIL OBJEK
      Museum Asi Mbojo adalah bekas Istana Karajaan/Kesultanan Bima. Istana Bima dibangun pada Tahun 1927 – 1930 dibangun oleh arsitek dari Ambon  yang bernama Mr. Obzicter Rehatta dengan perpaduam konstruksi Eropa dan Tradisional. Istana ini juga memiliki sebuah tiang bendera yang bermakna atau Monumental. Tiang bendera yang berbentuk tiang perahu yang sekaligus untuk memperingati pembubaran Angkatan Laut dari Kerajaan Bima pada abad ke- 18 tahun 1789. Istana Bima sekarang sudah lama menjadi Museum. Pada tanggal 11 Agustus 1989 dialih fungsikan menjadi Museum Asi Mbojo yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat H. Warsito dan Bapak Bupati Bima H. Oemar Harun, BSc .  Pada tanggal 14 Januari  1997 diadakan renovasi dan penataan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan yang diresmikan oleh Bapak Bupati Bima Adi Haryanto. Di Museum Asi tersimpan koleksi benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan/Kesultanan Bima yang terbuat dari emas seperti : Mahkota Kerajaan, Keris – Keris Pusaka Payung Kerajaan, Senjata, Tongkat, Perlengkapan Kuda Kerajaan, Pakaian Adat serta barang – barang lain yang digunakan oleh Sultan/Raja  untuk kegiatan sehari – hari. Di areal Museum Asi Mbojo ini pula terdapat sebuah Sumur yang konon dulunya digunakan oleh Putri dari Khayangan sebagai tempat Permandian, Sumur tersebut bernama ” Sumur Ompu Toi” masyarakat sekitar percaya bahwa airnya dapat memberikan khasiat salah satunya Awet Muda. Pada tahun 2009 Museum Asi Mbojo menjadi Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima.

7.  KONDISI PEGAWAI
      Jumlah Pegawai keseluruhan 30 Orang terdiri dari 8 PNS, 4 Honda, dan 18 Sukarela.

8.  TANAMAN DALAM OBJEK
      Mangga, Sawo, Palem, Jambu, Bidara, Rumput, dan Bunga.

                                                                             
                                                                                                  



                                         Kepala                                 
                        UPTD MUSEUM ASI MBOJO 




                        H. SARIFUDDIN, S.Sos                   Nip.196102211984011001                                 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda