Rabu, 06 Februari 2013

Sistem Pendidikan Tinggi



A.    SEJARAH SEKOLAH
Sekolah pada zaman Plato merupakan tempat rekreasi di mana pada zaman itu sekolah hanya di gunakan sebagai pengisi waktu kosong  untuk bertukar pikiran. Ini di kenal dengan istilah Taman Akademos (sekolah yang santai). Di mana pendidikan sangat menghargai manusia (Humaniora/memanusiakan manusia)

Sekolah mulai diformalkan ketika melihat keahlian yang dihasilkan ternyata di arahkan  untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga lebih dicirikan dengan :
  1. Paradigma Positivisme dimana paradigma sains memandang ilmu itu bebas nilai yang berarti tidak ada subjektifitas manusia untuk lahirnya suatu ilmu.
  2. Ilmu yang dikembangkan yaitu ilmu-ilmu exacta (dicirikan dengan diceraikannya ilmu-ilmu yang bersifat humaniora dengan exacta).
  3. Menyebabkan manusia teralienasi (terasingkan oleh diri manusia/merasa asing terhadap diri sendiri).

B.     IDEOLOGI PENDIDIKAN
Ideologi pendidikan terbagi atas:
1.      Konservatisme Pendidikan
Konservatisme pendidikan dicirikan dengan :
a.       Ilmu bebas nilai
Contoh : Nuklir tidak punya kaitan dengan yang lainnya.
b.      Fundamentalisme pendidikan dimana tujuan pendidikan melestarikan nilai nilai lama yang dianggap agung.
Contoh : sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan
c.       Intelektualisme pendidikan dimana pendidikan diarahkan untuk mengembangkan potensi didik dan dilaksanakan secara konservatif dalam artian tidak ada ruang-ruang kritis melihat realitas sebenarnya.
Dimana pelajar/mahasiswa dianggap sebagai botol kosong yang perlu diisi sehingga pelajar/mahasiswa hanya sebagai obyek dan guru/dosen sebagai subjek (pusat kebenaran) dan metode pengajaran yang digunakan yaitu pedagogi (satu arah). Hal ini menyebabkan hilangnya nilai-nilai kritisme sehingga semakin jauhnya nilai-nilai kemanusiaan yang mana pada awalnya pendidikan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan (Ilmu Humaniora)
d.      Konservatisme pendidikan dimana nilai-nilai kemapanan yang ada dalam masyarakat ditarik ke sekolah
 Contoh : perengkingan di sekolah memburu prestise yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2.      Liberalisme
Liberalisme pendidikan dicirikan dengan:
a.       Ilmu tidak bebas nilai.
Contoh : Nuklir punya kaitan dengan yang lainnya.
b.      Tujuan pendidikan yaitu bagaimana merubah struktur nilai yang ada dalam masyarakat baik itu politik, sosial, dan sebagai mana dengan asumsi sekolah sebagai tempat memanusiakan manusia
c.       Mengangkat derajat individu/mengangkat potensi kemanusiaan idividu (ideologi kritis dimana manusia kritis terhadap realitas dan metode yang digunakan yaitu andregogi/dua arah di mana pelajaran sebagai objek dan pelajar/mahasiswa serta guru/dosen sebagai subjek). Tokoh-tokoh penganut hal ini diantaranya Paulo Freire dan Mutadha Muthari.
d.      Anarkisme pendidikan (Ivan Illich) dimana dipandang bahwa sekolah hanya sebagai penjara manusia dengan berdasar bahwa sekolah telah jauh dari pengertian dasarnya. Sehingga cita-citanya yaitu masyarakat tampa sekolah.


C.     SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA
Sistem pendidikan Indonesia pada masa orde baru dilandasi 2 (dua) hal yaitu:
a.       Developmentalisme.
Developmentalisme berarti pembangunan yang berarti akan dilahirkan tenaga-tenaga ahli untuk membangun dengan mengutamakan skill sehingga metode pengajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah terbungkus oleh kapitalisme yang dicirikan dengan :
-          Individualisme.
-          Materialisme
-          Kesadaran semu/terberi
-          Keseragaman pola piker
Dan hal ini memberikan dampak pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Akibat dari hal tersebut menyebabkan pendidikan semakin jauh dari pengertian sebelumnya dan wajar saja pendidikan Indonesia tertingal jauh dari negara-negara lain.
b.      Masyarakat agraris.
Masyarakat agraris ditandai dengan mentalisme agraris dimana dicirikan dengan :
-          Feodalisme : orang-orang yang memiliki gelar sangat dihargai. Misalnya gelat kebagsawanan, akademik dan lain-lain.
-          Primordialisme : nilai-nilai kesukuan diutamakan
-          Fanatisme : mengedepankan nilai-nilai simbolik seperti merasa hebat ketika mendapat peringkat pertama dalam kelas.
Nilai-nilai diatas diserap ke dalam pendidikan Indinesia dan halini menyebabkan pendidikan Indonesia mengalami fatalisme. Jadi wajar saja ketika gelar akademik jadi tolak ukur mahar kawin seorang wanita atau sebalinya,pelajar-pelajar melakukan tawuran, para mahasiswa berperang antar jurusan/fakultas, peringkat pertama atau index prestasi yang tinggi jadi suatu kebanggaan.
Hal inilah yang menuntut lahirnya suatu ideologi pendidikan yang kembali pada dasarnya yaitu memanusiakan manusia, adanya suasana keterbukaan, kebebasan (inklusifme pendidikan.)
Dimana terbuka ruang-ruang kritis sehingga cita-cita Plato yang memandang sekolah sebagai tempat rekreasi dapat kembali sehingga sekolah tidak menakutkan lagi, pelajaran-pelajaran menjadi hobby bukan suatu keharusan dan ilmu-ilmu yang dihasilkan tidak pernah menceraikan antara ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu exacta.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar