Senin, 23 Juni 2014

Sejarah Terbentuknya Desa Tonggorisa Palibelo Bima, NTB

Desa Tonggorisa satu dari 12 Desa yang ada di Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima yang dimekarkan pada 23 September 2006. Pada awalnya Desa Tonggorisa terdiri dari tiga wilayah dusun yang terpisahkan bukit yaitu Dusun Tonggondoa, Dusun Tonggorisa dan Dusun Ragi.

Kampung Tonggorisa
Kampung Tonggorisa (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Konon cerita, awal mulanya nama Tonggorisa diambil dari nama seorang pengrajin bakulan yang bernama Risa. Hasil kerajinan tangan Risa ini banyak diminati orang pada masanya karena merupakan salah satu perabotan dapur yang sangat vital yang berfungsi sebagai pengaman makanan dari gangguan seperti kucing, tikus atau nyamuk. Perkakas ini dikenal dengan nama Tonggo. Berkat keterampilan tangan Risa, nama kampung Tonggo mulai dikenal di kampung-kampung tetangga lainnya sebagai tempat membeli Tonggo. Karya Risa pun mulai terkenal dari pembeli yang sudah lebih dulu memanfaatkannya.

Bila pengguna ini kedatangan tamu yang sempat melihat dan memperhatikan kegunaan alat ini lalu menanyakan tempat membelinya. Tuan rumah yang sudah merasakan manfaatnya lalu menjawab “Tonggo ini buatan Risa”. Dan lama kelamaan kedua kata ini disebut menjadi satu kesatuan kata yang tak terpisahkan yaitu Tonggorisa. Penggabungan kata-kata seperti ini juga dapat dipengaruhi kebiasaan orang Bima tempo dulu yang bertempat di pelosok pedalaman, cari gampang-gampanya saja menyebutkan sesuatu. Penyebutan Tonggorisa menjadi satu kesatuan bisa juga merupakan dampak dari kebiasaan tersebut.

Pengrajin Bedeg
Pengrajin Bedeg (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Entah, ini ada hubungannya dengan peninggalan keahlian Risa atau mungkin hanya faktor kebetulan saja, namun ini adalah nyata. Kerajinan yang benar-benar tradisional seperti yang dimiliki Risa tempo dulu saat ini masih dilakoni orang Tonggorisa seperti anyaman Bedeg. Kerajinan anyaman bedeg merupakan warisan yang sudah turun temurun bahkan sudah ada sejak ratusan tahun silam. Kerajinan yang bahan utamanya bambu ini sampai saat ini masih ditekuni 30 pengrajin setempat. Bedeg yang diproduksi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat akan tetapi juga masyarakat desa tetangga bahkan pesanan dari kabupaten/kota tetangga.

Buah Garoso Mbojo Bima
Buah Srikaya Mbojo Bima (Foto:Ronamasa/Ahyar)
Selain dikenal memiliki pengrajin lokal yang hebat tempo dulu, Tonggorisa juga menyimpan lengenda yang dipercaya oleh orang tua-tua tempo dulu. Lengenda Tampode yang berada di ujung barat Tonggorisa dipercaya ada penunggu gaibnya sebagai penjaga pintu masuk kampung Tonggorisa. Konon ceritanya, lengeda Tampode ini menampakan misteriusnya, ketika pada jaman penjajahan, kolonial ingin masuk di kampung ini untuk mencari sesuatu namun tidak berhasil karena tidak menemukan pintu masuk hingga akhirnya nyasar ke wilayah lain. Tidak hanya hal mistik saja, Desa yang jarak tempuh ke Ibukota kabupaten Bima 25 km ini memiliki hasil alam yang khas yaitu Garoso Mbojo (Srikaya Bima). Garoso yang berasal dari perladangan Tonggorisa yang musimnya hanya sekali dalam setahun(sekitar bulan pebruari atau maret), selalu dicari oleh konsumen lokal(Bima)karena rasanya manis dan gurih. Hasil tanaman ini sangat membantu dalam hal pendapatan petani karena disamping pemasarannya yang sangat mudah, harga jualnyapun sangat menguntungkan.

Kerajinan Tangan krupuk Singkong
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Desa yang saat ini berpenduduk 793 KK dengan jumlah jiwa 2.583 jiwa pada awal terbentuknya terdiri dari tiga dusun yaitu Desa Tonggondoa yang berada di ujung barat, dusun Tonggorisa sebagai Ibukota desa dan dusun Ragi berada di ujung paling timur Tonggorisa. Dalam hal penarikan pendapatan desa seperti Pajak Bumi, desa yang ketiga dusunnya di batasi bukit kecil ini menjangkau wilayah hingga pertengahan wilayah Bre Desa Belo Kecamatan Palibelo. Namun sejak tahun 2007 Desa Tonggorisa hanya terdiri dari dua wilayah karena Tonggondoa dimekarkan dan ditetapkan sebagai desa definitif.

Seiring pertumbuhan dan pertambahan penduduk desa dan dibarengi pengembangan pembangunan serta pemetaan wilayah kabupaten Bima, desa yang curah hujan 300 mm kebersamaan kedua wilayah ini tidak bersama lagi. Ragi kemudian oleh pemerintah Kabupaten Bima ditetapkan sebagai Desa definitif pada tahun 2012 berdasarkan Perda Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2012.

Pengrajin krupuk Singkong
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin berkembang tidak menyurutkan warga setempat untuk meninggalkan keterampilan tangan warisan leluhurnya bahkan tetap dipertahankan dan dilestarikan walaupun bentuk kerajinannya berbeda. Ini terlihat dari kemampuan sebagian warga mencari peluang untuk peningkatan pendapatan rumah tangga. Keterampilan baru yang ditekuni dan dikembangkan saat ini adalah pembuatan krupuk Singkong atau Ubi Jalar (impomoea batatas).

Pengrajin krupuk Singkong
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Seiring potensi pasar krupuk yang terus berkembang, pengrajin yang berasal dari salah satu desa dari sembilan desa di Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima belum mampu menyediakan material secara mandiri di wilayah desanya. Faktor keterbatasan kemampuan pengelolaan sumberdaya alam setempat salah satu faktor yang mempengaruhinya. Guna memenuhi material kerajinan yang bahan utamanya singkong ini, pengrajin harus melintas kabupaten lainnya seperti Kabupaten Dompu dan Kota untuk mencarinya. Walaupun jarak yang ditempuh hingga mencapai ratusan km untuk mendapatkan materialnya tidak mengendorkan semangat pengrajin yang saat ini mencapai 150 orang untuk tetap bertahan dengan profesinya. Desa pengrajin krupuk terbesar di kecamatan beribukota Teke yang berletak di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat sampai saat ini belum tersentuh sama sekali oleh pemerintah Kabupaten Bima baik memberikan bantuan permodalan peningkatan usaha maupun apresiasi sebagai motivasi terhadap pengrajin agar terus mengembangkan potensi diri yang telah dimilikinya.

Secara geografis Desa yang dirintis Abu Tua Sude bersama masyarakatnya sejak ratusan tahun silam ini awalnya merupakan bagian dari Kecamatan Belo. Namun setelah terbentuknya Kecamatan Palibelo, desa yang saat ini luas wilayahnya 1.505 Ha berbatas wilayah:
  • Sebelah Barat: Desa Tonggondoa
  • Sebelah Timur: Desa Ragi
  • Sebelah Utara: Desa Nata
  • Sebelah Selatan: Kota Bima
Desa Tonggorisa yang kini sudah terpisah dari tiga wilayah perkampungan terpisahkan masing-masing bukit pada bulan Maret 2012 membeli swadaya sebidang tanah sebagai lokasi kuburan/TPU (Tempat Pemakaman Umum). Dana yang terkumpul sebanyak Rp. 11 juta berasal dari sumbangan sukarela masyarakat untuk membayar sebidang tanah kebun berlokasi sekitar Rade Na'e. Hal ini ditempuh masyarakat Tonggorisa karena sudah mengajukan proposal bantuan dana dari pemerintah kabupaten Bima beberapa kali namun tidak ada kesanggupan hingga pembayaran dilakukan.

Pada bagian akhir Potret Desa Tonggorisa ini penulis akan menyajikan nama-nama pemangku Kepala Pemerintahan Desa (Geralang dan Kepala Desa) Tonggorisa sejak berdirinya hingga saat ini, sebagai berikut:
  1. H. SYAMSUDDIN ( ABU TUA SUDE )
  2. H. ANWAR H. SYAMSUDDIN (40 tahun)
  3. H. HASAN M. HAKIM (1962 – 1970)
  4. H. DRAJAK (1970 - 1978)
  5. H. DRAJAK (1978 - 1986)
  6. H. M. SIDIK H. ANWAR (1986 – 1994)
  7. H. ABDUL RAUF SAMI’UN (1994 – 1995) *
  8. M. DJAFAR H. ANWAR (1995 - 2003)
  9. GUFRAN H. M.SALEH, S.Sos (2003 – 2008)
  10. H. M. SIDIK H. ANWAR (2008 – 2014)
*Penjabat transisi (Sekretaris Desa Tonggorisa)

Adanya Penjabat transisi ini merupakan dampak dari aspirasi sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan generasi kepemimpinan di wilayah Desa Tonggorisa. Pemilihan Kepala Desa Tonggorisa periode ini memang agak memanas dibanding pemilihan periode lainnya. Untuk meredam susuana yang dianggap akan dapat mengancam stabilitas kerukunan masyarakat akhirnya pemerintah mengambil kebijakan untuk mempending sementara pelaksanaan pemilihan.

Dan pada akhirnya keinginan generasi lain belum sepenuhnya mendapat restu dan simpati dari mayoritas penduduk Desa Tonggorisa. Hal ini terbukti hasil pemilihan dimenangkan keturunan kedua dari Abu Tua Sude yaitu M. Djafar H. Anwar sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin Desa Tonggorisa Periode 1995 - 2003. Pada pemilihan kali ini diikuti 3 calon yaitu : 1. H. M. Thayeb Rajak (Tonggondoa), 2. M. Djafar. H. Anwar (Tonggorisa), dan  3. Umar Arsyad (Ragi).

Nara sumber:
  1. Syamsuddin M. Sidik (Aba Syam)
  2. Kamaluddin Mustakim (Uba Kama)
  3. H. M. Thayeb Abdollah (Abu Teo)
  4. Nurdin Muhammad (Ompu Deo)
  5. H. M.Sidik H. Anwar (Abu Sedo)
  6. Mansyur H. Mursalin (Ama Hawa)
Terima kasih atas kujungan anda di desa Tonggorisa. Semoga dapat menambah wawasan nusantara anda.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar