Selasa, 04 September 2012

Kenapa Istana Bima Disebut ASI ?


Kalau di Jogjakarta disebut Kerathon karena disitu adalah tempat tinggal Ratu. Sedangkan di Bima bernama Asi. Asi secara Etimologi berarti Mengeluarkan dari dalam perut baik melalui mulut maupun alat kelamin. Secara Terminologi berarti Rumah  atau bagian yang berfungsi sebagai pusat Pemerintahan, Peradilan, Pengembangan Agama dan Budaya serta tempat tinggal Raja/Sultan beserta keluarganya. Dari dua tinjauan di atas jelas bahwa Asi adalah tempat untuk mengeluarkan keputusan-keputusan penting kerajaan dengan konsep filosofi Tohompa Ra Ndai Sura Dou Labo Dana(  Kepentingan Rakyat harus didahulukan daripada kepentingan pribadi atau golongan).

Menurut Sejarahwan M. Hilir Ismail, dalam perjalanan sejarah Bima terdapat 9 buah Asi yang didirikan sepanjang Sejarah. Dan Asi Pertama dibangun di sekitar bukit Parapimpi Kota Bima ( Stasion RRI Mataram Bima sekarang), kemudian ada juga Asi yang dibangun di sekitar Kampung Pane dan sekitarnya. Namun Asi yang monumental adalah Istana Bima yang sekarang beralih fungsi menjadi Museum Asi Mbojo di pusat kota Bima dan di kota Raba yaitu di Kantor DPRD Kota Bima di sebelah timur jalan Ishaka Abdullah Raba. Dua Asi tersebut dibangun pada tahun 1927 oleh Arsitek Ambon bernama Obzizter Rehatta pada masa Sultan Ibrahim.
Pembangunan Asi tersebut berlangsung selama 3 tahun dan Sultan Ibrahim sementara tinggal di Asi Bou (rumah Panggung) yang ada di sebelah timur Asi Mbojo sekarang. Asi yang ada pusat Kota Bima menjadi tempat tinggal Sultan Ibrahim bersama Istri mudanya dan pusat Pemerintahan Kesultanan Bima. Sedangkan Asi yang di Raba juga dibgunakan sebagai kantor Sultan dan tepat tinggal bersama Istri pertamanya.
Dalam perkembangan sejarah, Asi Mbojo pernah beberapa kali berubah fungsi terutama setelah meninggalnya Sultan Muhammad Salahuddin. Bangunan bersejarah ini pernah menjadi Gedung Daerah, Asrama Kompi, Kampus sunan Giri, Jadi tempat penampungan orang-orang PKI dan barulah pada tahun 1986, Bupati Bima saat itu H. Umar Harun, Bsc mengusulkan agar Asi Mbojo menjadi Museum. Perangkat dan peninggalan Kerajaan dan Kesultanan Bima juga pada masa sakitnya Sultan Muhammad Salahuddin dititipkan kepada Pemerintah Swapraja Bima yang saat itu dijabat oleh Abidin Ishaka. Hal itu dilakukan untuk mengamankan seluruh asset milik Kesultanan Bima. Namun pada perkembangan selanjutnya, koleksi itu sudah banyak yang hilang. Sampai saat ini hanya beberapa saja benda-benda pusaka itu yang dapat disaksikan  oleh generasi-generasi Dana Mbojo.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar