Arus
modernisasi dan demokratisasi disegala bidang kehidupan telah mempengaruhi cara
pandang dan cara berpikir seluruh element masyarakat. Hubungan keakrabatan
antar etnis dan bahkan hubungan darah sekalipun terpisahkan oleh tembok
modernisasi dan demokrasi hari ini. Hubungan keakrabatan dan kekeluargaan yang
terjalin selama kurun waktu 1625 – 1819 (194 tahun) pun terputus hingga hari
ini. Hubungan kekeluargaan antara dua kesultanan besar dikawasan Timur
Indonesia yaitu Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima terjalin sampai pada
turunan yang ke- VII. Hubungan ini merupakan perkawinan silang antara Putra
Mahkota Kesultanan Bima dan Putri Mahkota Kesultanan Gowa terjalin sampai
turunan ke- VI. Sedangkan yang ke- VII adalah pernikahan Putri Mahkota
Kesultanan Bima dan Putra Mahkota Kesultanan Gowa. Berikut urutan pernikahan
dari silsilah kedua kerajaan ini :
1.
Sultan Abdul Kahir (Sultan Bima I)
menikah dengan Daeng Sikontu, Putri Karaeng Kasuarang, yang merupakan adik
iparnya Sultan Alauddin pada tahun 1625. dari pernikahan ini melahirkan Sultan
Abil Khair (Sultan Bima ke-II)
2.
Sultan Abil Khair (Sultan Bima ke-
II) menikah dengan Karaeng Bonto Je'ne. Adalah adik kandung Sultan Hasanuddin,
Gowa pada tanggal 13 April 1646. dari pernikahan ini melahirkan Sultan Nuruddin
(Sultan Bima ke-III) pada tahun 1651.
3.
Sultan Nuruddin (Sultan Bima ke-III)
menikah dengan Daeng Ta Memang anaknya Raja Tallo pada tanggal 7 mei 1684. dari
pernikahan tersebut melahirkan Sultan Jamaluddin (Sultan Bima ke-IV)
4.
Sultan Jamaluddin (Sultan Bima ke
IV) menikah dengan Fatimah Karaeng Tanatana yang merupakan putri Karaeng Bessei
pada tanggal 8 Agustus 1693. dari pernikan tersebut melahirkan Sultan Hasanuddin
(sultan Bima ke- V).
5.
Sultan Hasanuddin (Sultan Bima ke-
V) menikah dengan Karaeng Bissa Mpole anaknya Karaeng Parang Bone dengan
Karaeng Bonto Mate'ne, pada tanggal 12 september 1704. dari pernikahan ini
melahirkan Sultan Alaudin Muhammad Syah pada tahun 1707 (Sultan Bima ke- VI)
6.
Sultan Alaudin Muhammad Syah (Sultan
Bima ke- VI) menikah dengan Karaeng Tana Sanga Mamonca Raji putrinya sultan
Gowa yaitu Sultan Sirajuddin pada tahun 1727. pernikahan ini melahirkan Kumala
Bumi Pertiga dan Abdul Kadim yang kemudian diangkat menjadi Sultan Bima ke- VII
pada tahun 1747. ketika itu beliau baru berumur 13 tahun. Kumala Bumi Pertiga
putrinya Sultan Alauddin Muhammad Syah dengan Karaeng Tana Sanga Mamonca Raji
ini kemudian menikah dengan Abdul Kudus Putra Sultan Gowa pada tahun 1747. dan
dari pernikahan ini melahirkan Amas Madina Batara Gowa ke-II. Sementara Sultan
Abdul Kadim yang lahir pada tahun 1729 dari pernikahan dari pernikahannya
melahirkan Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke- VIII). Sultan Abdul Hamid (La
Hami) dilahirkan pada tahun 1762 kemudian diangkat menjadi sultan Bima tahun
1773.
7.
Sultan Abdul Kadim (Sultan Bima ke-
VII) dari pernikahannya (Istrinya tidak terlacak oleh dalam referensi sejarah
yang kami baca- mohon Maaf) melahirkan Sultan Abdul Hamid pada tahun 1762 dan
Sultan Abdul Hamid diangkat menjadi Sultan Bima ke- VIII pada tahun 1773.
8.
Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke-
VIII) dari pernikahannya (Istrinya tidak terlacak oleh dalam referensi sejarah
yang kami baca- Mohon Maaf) melahirkan Sultan Ismail pada tahun 1795. ketika
sultan Abdul Hamid meninggal dunia pada tahun 1819, pada tahun ini juga Sultan
Ismail diangkat menjadi Sultan Bima ke- IX
9.
Sultan Ismail (Sultan Bima ke- IX)
dari pernikahannya (Istrinya tidak terlacak oleh dalam referensi sejarah yang
kami baca- Mohon Maaf) melahirkan sultan Abdullah pada tahun 1827
10.
Sultan Abdullah (Sultan Bima ke- X)
menikah dengan Sitti Saleha Bumi Pertiga, putrinya Tureli Belo. Dari pernikahan
ini abdul Aziz dan Sultan Ibrahim.
11.
Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI)
dari pernikahannya melahirkan Sultan Salahuddin yang kemudian diangkat menjadi
Sultan Bima ke- XII pada tahun 1888 dan memimpin kesultanan hingga tahun 1917.
12.
Sultan Salahuddin (Sultan Bima ke-
XII) sebagai Sultan Bima terakhir dari pernikahannya melahirkan Abdul Kahir II
(Ama Ka'u Kahi) yang biasa dipanggil dengan Putra Kahi dan St Maryam Rahman
(Ina Ka'u Mari). Putra Kahir ini kemudian Menikah dengan Putri dari Keturunan
Raja Banten (Saudari Kandung Bapak Ekky Syachruddin) dan dari pernikahannya melahirkan
Bapak Fery Zulkarnae.
Sangat Ironi memang jika pada hari ini generasi baru dari
kedua Kesultanan Besar ini kemudian tidak saling kenal satu sama lain. Bahkan
pada zaman kerajaan, pertumbuhan dan perkembangan penduduk Gowa dan Bima
merupakan Etnis yang tidak bisa dipisahkan dan bahkan masyarakat Gowa pada
umumnya tidak bisa dipisahkan dengan Etnis Bima (Mbojo) sebagai salah satu
Etnis terpenting dalam perkembangan kekuatan kerajaan Gowa. Dari catatan
sejarah yang dapat dikumpulkan dan dianalisa, hubungan kekeluargaan antara kedua
kesultanan tersebut berjalan sampai pada keturunan ke- IX dari masing-masing
kesultanan, dan jika dihitung hal ini berjalan selama 194 tahun. Dari data yang
berhasil dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa hubungan kesultanan Bima dan Gowa
dengan pendekatan kekeluargaan (Darah) terjalin sampai pada tahun 1819. Analisa
ini berawal dari pemikiran bahwa ada hubungan darah yang masih dekat antara
Amas Madina Batara Gowa Ke- II anaknya Kumala Bumi Pertiga dengan Sultan Abdul
Hamid (Sultan Bima ke- VIII). Karena keduanya masih merupakan saudara sepupu
satu kali. Bahkan ada kemungkinan yang lebih lama lagi hubungan ini terjalin.
Yaitu ketika Sultan Abdul Hamid meninggal pada tahun 1819 dan pada tahun itu
juga langsung digantikan oleh putra mahkotanya yaitu Sultan Ismail sebagai
sultan Bima ke- IX. Karena Sultan Ismail ini kalau dilihat keturunannya masih
merupakan kemenakan langsungnya Amas Madina Batara Gowa Ke- II, jadi hubungan
ini ternyata berjalan kurang lebih 194 tahun.
Pada beberapa catatan yang kami temukan, bahwa pernikahan Salah satu Keturunan Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI) masih terjadi dengan keturunan Sultan Gowa. Sebab pada tahun 1900 (pada kepemimpinan Sultan Ibrahim), terjadi acara melamar oleh Kesultanan Bima ke Kesultanan Gowa. Mahar pada lamaran tersebut adalah Tanah Manggarai. Sebab Manggarai dikuasai oleh kesultanan Bima sejak abad 17. Namun, pada catatan sejarah tersebut tidak tercatat secara jelas.
Pada beberapa catatan yang kami temukan, bahwa pernikahan Salah satu Keturunan Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI) masih terjadi dengan keturunan Sultan Gowa. Sebab pada tahun 1900 (pada kepemimpinan Sultan Ibrahim), terjadi acara melamar oleh Kesultanan Bima ke Kesultanan Gowa. Mahar pada lamaran tersebut adalah Tanah Manggarai. Sebab Manggarai dikuasai oleh kesultanan Bima sejak abad 17. Namun, pada catatan sejarah tersebut tidak tercatat secara jelas.
0 komentar:
Posting Komentar