Minggu, 24 Maret 2013

Keruntuhan Teori Evolusi



Keruntuhan Teori Evolusi Tentang Dinosaurus
Oleh : Ardiansyah

Salah satu cerita yang begitu menarik perhatian kita saat ini adalah cerita tentang dinosaurus. Karena dinosaurus sudah musnah, maka data yang digunakan untuk membahas hanya melalui fosil-fosil saja. Kelihatannya dinosaurus dalam bentuk fosil, memiliki tubuh yang besar sekali dan tampak menakutkan, sehingga binatang-binatang fosil itu dinamakan sebagai 'Dinosaurus' oleh seorang Inggris, Richard Owen pada 1842. Kata itu kata komposisi yang berasal dari kata-kata Yunani, yaitu 'deinos' yang berarti 'menakutkan' dan 'sauros' yang berarti 'kadal', sehingga binatang itu berarti 'kadal raksasa' yang tergolong dalam jenis reptilia.
Walaupun telah terbukti secara ilmiah tentang keberadaan dinosaurus di atas permukaan bumi serta sampai berapa lama binatang tersebut melangsungkan kehidupannya di bumi, namun terdapat pendapat-pendapat yang berbeda-beda antara para ilmuwan.
Menurut deskripsi rekaman tentang dinosaurus dalam ensaklopedia Encarta yang dibuat Microsoft, dinosaurus adalah sejenis reptilia yang sudah musnah dan yang telah diam di bumi selama selang waktu antara 250 juta tahun sampai 65 juta tahun yang lalu. Perhitungan umur ini berdasarkan asumsi yang dikemukakan oleh teori evolusi. Fosil dinosaurus ditemukan pertama kali oleh Dr. Gideon pada tahun 1822, dan kemudian pada tahun 1842 binatang fosil itu dinamakan 'dinosaurus' yang berarti kadal raksasa.
Pada akhir zaman abad ke-18, di sebuah lembah yang terletak di dekat Grand Canyon di Provinsi Arizona, sekelompok pengunjung serta Hubber yang memiliki jabatan kepala kehormatan Museum Ilmu Purbakala di Oakland menemukan lukisan di batu yang menunjukkan dinosaurus bersama dengan manusia. Selain hal tersebut di sungai Paluxi yang terletak di dekat Glen Rose di Texas, fosil jejak kaki dinosaurus ditemukan bersama-sama dengan fosil jejak kaki manusia. Di sini timbul pertanyaan, jika dinosaurus hidup di bumi pada masa antara 230 juta tahun yang lalu dan 65 juta tahun yang lalu seperti yang dikemukakan dalam teori evolusi, bagaimana manusia dapat menggambarkan lukisan dinosaurus yang belum pernah dia lihat dan bagaimana fosil jejak kaki dinosaurus itu dapat ditemukan bersama dengan fosil jejak kaki manusia dalam lapisan tanah yang lama? Karena itu perkiraan umur fosil yang diperhitungkan menurut evolusi tersebut sangat sulit dipercayai.
Memasuki akhir abad ke-20, ilmu pengetahuan tentang kehidupan berkembang secara luar biasa, sehingga penganalisaan jejak makhluk hidup yang hidup di bumi menjadi sesuatu yang biasa meski hal tersebut merupakan sesuatu yang lama sekalipun. Namun, cara pendekatannya sering didasarkan asumsi evolusi, sehingga analisanya pun sering tergantung pada asumsi teori evolusi. Meskipun pendekatannya dilakukan dengan cara demikian, hasil pembahasan atau analisa tentang jejak makhluk hidup di bumi pada masa yang lalu tersebut sering bertentangan secara langsung dengan suatu hasil analisa yang didapat melalui hipotesis evolusi.
Yang Pertama di antaranya adalah penemuan tulang dinosaurus yang belum menjadi fosil. Tyrannosaurus Rex disebut raja dinosaurus. Pada awal tahun 1992 sekelompok ilmuwan dari Universitas Provinsi Montana melaporkan adanya sebagian dari tulang kaki dalam dinosaurus tersebut yang belum menjadi fosil. [M. Morell. Science 261, pp. 160-162 (1993)]
Mary Schweitzer yang sedang belajar dalam program S3 pada waktu itu menemukan sel darah ketika membahas potongan-potongan tipis dari tulang dinosaurus melalui mikroskop. Jikalau benar perhitungan usia evolusi, maka tulang tersebut berumur paling tidak 650 juta tahun. Dalam usia yang begitu tua, bagaimana sel-sel darah itu masih terdapat di dalam tulang dinosaurus? Hal tersebut benar-benar membuktikan kesalahan asumsi teori evolusi yang mengatakan bahwa dinosaurus telah musnah dalam kurun waktu yang sekian juta tahun yang lalu. Sebaliknya laporan ini membuktikan bahwa dinosaurus punah dalam kurun waktu yang tidak begitu lama.
Yang kedua adalah bahwa 'heme containing compound' atau 'hemohlohin breakdown products 'yang sebenamya berada di dalam sel darah merah dikeluarkan dari tulang dinosaurus tersebut. [M. H. Schweitzer et al., Proc. Natl. Acad. Sci., USA 94, 6291-6296 (1997)].
Hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah adalah pengantar oksigen di dalam hewan berdarah panas (warm-blooded), namun yang mengejutkan kita adalah bahwa bagaimana hemoglobin yang seharusnya berada di hewan berdarah panas terdapat di dalam tulang dinosaurus yang dianggap reptilia, yaitu hewan berdarah dingin. Dengan diketahuinya bahwa dinosaurus bertelor, evolusionis berpikir bahwa dinosaurus digolongkan ke dalam reptilia yang berdarah dingin.
Menurut teori evolusi, jenis reptilia mengalami proses evolusi, lain berubah menjadi jenis burung atau mamalia. Jikalau hal ini benar, maka hancurlah fondasi tentang asumsi evolusi yang mengatakan bahwa jenis dinosaurus melalui evolusi berubah menjadi burung atau mamalia.
Yang ketiga adalah membandingkan gen yang diambil dari dinosaurus dengan jenis makhluk hidup lain. Evolusionis berpikir bahwa dinosaurus termasuk klasifikasi reptilia yang bertelor yang mengalami evolusi untuk menjadi burung menurut pohon system evolusi.
Pada tahun 1994, dilaporkan bahwa DNA dari tulang dinosaurus yang ditemukan di Provinsi Utah dapat diambil dengan teknik amplikasi DNA (DNA amplification technique). [S. R. Woodward et al., Science 266, pp 1229-1232 (1994)]
Hasil analisa susunan struktur DNA (Mitochondrial Cytochrome b) menunjukkan kemiripan dengan mamalia daripada burung atau reptilia dari segi homology. Kadang-kadang hasil itu menunjukkan kebersamaan dengan apa yang dimiliki manusia sampai kadar 88%. Dari hasil analisa tersebut, kelompok ilmuwan yang menyertai Hedges &Schweitzer mengklaim bahwa gen manusia terkontaminasi saat percobaan amplikasi DNA dinosaurus itu dilakukan. Namun, karena percobaan dilakukan secara independen oleh tim penelitian lain, misalnya tire Henikoff dan tim Allard, mengemukakan juga bahwa dinosaurus lebih dekat pada mamalia daripada burung, [S.B. Hedges et al., Science 268, p. 1191 (1995), S. Henikoff Science 268, p.1192 (1995), M. W. Allard et al., Science 268, p. 1192 (1995)] maka begitu diragukan kebenaran ilmiah dari asumsi teori evolusi yang mengatakan bahwa dinosaurus terklasifikasikan untuk menuju ke jenis burung dalam pohon sistem evolusi.
Walaupun beberapa laporan mengemukakan secara ilmiah seperti diatas, namun para evolusionis mempertahankan keyakinannya tentang masa keberadaan dinosaurus, yakni berada dalam kurun waktu antara 230 juta tahun yang lalu dan 65 juta tahun yang lalu, selain itu mereka tidak mau mempercayai fakta bahwa manusia berada bersama dengan dinosaurus pada masa yang sama. Mereka langsung membuat kesimpulan tentang hasil yang bertentangan dengan hipotesa teori evolusi dengan mengungkapkan bahwa DNA dinosaurus yang dipakai untuk percobaan terkontaminasikan oleh manusia.
Sebenarnya pemikiran bahwa susunan DNA dinosaurus menunjukkan kemiripan dengan burung berdasarkan asurnsi bahwa Archaeopteryx yang dianggap 'missing link' atau nenek-moyang burung sedang mengalami transisi dari reptilia ke burung. Asumsi tersebut salah sama sekali karena fosil-fosil burung biasa pun ditemukan di dalam lapisan tanah yang sama di mana Archaeopteryx muncul.
Sampai sekarang evolusionis masih mencari dinosaurus yang berbulu yang kemungkinan dapat menjembatani antara reptilia dan burung melalui dukungan jurnal 'National Geographic'.
Pada musim gugur tahun 1999, berita yang mungkin begitu menggembirakan para evolusionis dilaporkan. Yaitu, pada 15 Oktober 1999, 'National Geographic Society' menawarkan waktu wawancara kepada para wartawan di Washington D.C. Mereka melaporkan bahwa fosil dinosaurus yang berbulu ditemukan yang bernama 'Archaoeraptor Liaoningensis'. Laporan tersebut ditulis di dalam magazine 'National Geographic' untuk bulan 11, 1999 dengan judul 'Feathers for T.rex? New bird-like fossils are missing links in dinosaur evolution".
Menurut artikel itu, "Binatang yang ditemukan kelihatan badannya seperti ayam kalkun. Binatang ini adalah benar-benar 'missing link' yang menjembatani untai evolusi yang terhilang di antara dinosaurus evolution. Makhluk hidup fosil tersebut hidup di bumi pada waktu antara 140 juta tahun dan 120 juta tahun yang lalu."
Analisa demikian dan mekanisme bagi Archaoeraptor tersebut diberikan oleh Steven Czerkas yang bekerja di "The Dinosaur Museum (Monticello, Utah)" dan Xinh Xu yang bekerja di "The Institute of Vertebrate Paleontology (Beijing, China)" dengan dukungan 'National Geographic'. Laporan tersebut dikira benar secara ilmiah. Kesimpulan tentang jenis Dinosaurus sebagai yang berbulu dari pembahasan fosilnya, dilakukan oleh Philip J. Curie yang bekerja di 'The Royal Tyrell Museum of Palaentology (Drumhellern Alberta).
Dengan demikian begitu luar biasa kejutannya kepada umum dari laporan yang diberitakan oleh 'National Geographic Society'. Laporan tersebut ditayangkan secara langsung oleh media massa tanpa tafsiran apapun dan jurnal-jurnal yang menunjukkan foto fosil itu diterbitkan. Apa lagi sebuah studio radio di Kanada melakukan wawancara khusus dengan Philip Curie selama beberapa waktu.
Namun, tidak lama, mimpi evolusi yang masih hijau tersebut mulai hancur. Menjelang bulan Januari tahun 2000, kepalsuan tentang fosil Archaoeraptor terbongkar. Pertanyaan-pertanyaan yang sangat tajam dilemparkan oleh Storrs L. Olson yang bekerja di "Smithonian Institution" sebagai ketua bagian jenis burung. Pertanyaannya adalah bahwa sesuatu dari fosil tersebut disusun secara sengaja dan diambil dari binatang-binatang yang lebih dari satu. Akhirnya, fosil itu dibuktikan sebagai kepalsuan yang dimainkan oleh Xing Xu yang dengan sengaja menyatukan dua fosil yang berbeda, yaitu fosil dinosaurus dan fosil burung. Sehingga, sekarang ini ilmuwan yang terkenal, Philip J. Curie yang bekerja di "The Royal Tyrell Museum of Paleontology" merasa malu sekali. Oslon dari Smithonian Institution memberi tafsirannya tentang penipuan itu sebagai berikut: "Sebenarnya origin dinosaurus yang berbulu dan yang mempunyai dua kaki adalah sesuatu yang diciptakan melalui keyakinannya sendiri yang sebenarnya hanya merupakan prasangka saja yang dilakukan oleh para ilmuwan yang memaksakan orang lain untuk menerima idenya melalui Jurnal Nature" (salah satu jurnal sains yang memimpin ide evolusi) dan juga 'National Geographic Society' (salah satu asosiasi yang paling merangsang suasana kepercayaan evolusi kepada umum) agar orang lain mengikuti keyakinan mereka.
Peristiwa ini benar-benar menunjukkan betapa besar praduga para evolusionis tersebut. Begitu jelas betapa tidak masuk akal dan betapa tebalnya pakaian yang menutup pemikiran mereka dengan praduga tentang asumsi bahwa dinosaurus sebagai salah satu jenis reptilia yang muncul di dunia pada 230 juta tahun yang lalu dan hidup selama 140 juta tahun sampai dengan 65 juta tahun yang lalu. Sebenarnya pra-hipotesa tentang terjadinya proses evolusi secara dari reptilia ke burung dan perkiraan perhitungan umur tidak berdasarkan fakta ilmiah, hanya merupakan praduga saja. Walaupun sejak munculnya teori evolusi Darwin semua data tentang dinosaurus diceritakan seperti sesuatu yang membuktikan evolusi, namun hasil penelitian akhir-akhir ini yang dilakukan dalam bidang ilmu budaya dan masyarakat membuktikan bahwa hipotesis teori evolusi yang memerlukan banyak 'missing link' tidak masuk akal, sebaliknya hal tersebut mendukung apa yang tertulis dalam Al Qur'an mengenai penciptaan makhluk hidup, yaitu penciptaan makhluk hidup yang dilakukan dalam bentuk lengkap sejak awal.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar