Jumat, 22 Maret 2013

Peranan Guru Terhadap Dunia Pendidikan


Hasil penelitian tokoh pendidikan dari USA, John Goodlad menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran dan hasil mereka (Trianto, 2005: 36). Pendapat ini jelas dapat diterima karena ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh para guru. Alsan tersebut pun sangat logis karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik siswa sehingga perannya dapat menebarkan motivasi hasil. 
Pada hakikatnya, dalam proses interaksi belajar mengajar, guru adalah sosok yang memegang peranan penting dalam memberikan pelajaran dan siswa adalah anak yang menerima pelajaran. Oleh karena itu, kegiatan dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa ini semua, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif dan profesional.
Sedangkan ruh sebuah lembaga pendidikan adalah kualitas proses belajar-mengajar yang diciptakan dan kualitas produks yang dihasilkan. Sebuah upaya membangun lembaga pendidikan yang efektif dan bonavid, apapun bentuknya, menjadi tidak bermakna bila tidak diikuti dengan upaya menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi setiap siswa. Sebab suasana kundusif itu-lah merupakan bagian dari embrio pendidikan yang akan berakibat pada hasil belajar.
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual atau-pun kolektif-klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Semua ini berarti memberi penegasan bahwa seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi (kecakapan) sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas (Djamarah, 2000: 33).
Guru adalah ujung tombak kegiatan pengajaran di sekolah yang langsung berhadapan dengan peserta didik. Tanpa adanya peranan guru maka kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan semestinya. Dengan demikian, keberhasilan suatu pembelajaran berakar kuat pada proses substansial bagaimana metode dan model pembelajaran yang dikembangkan sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang menakjubkan, terutama dalam mencapai target kunci membangun manusia yang seutuhnya.
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru semestinya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Inilah yang menjadi eksistensi guru profesional dibutuhkan untuk melakukan sebuah terobosan baru bagi proses pembelajaran siswa.
 
Kemampuan dan kecakapan sangat dituntut bagi seorang guru.Oleh karenanya, seorang guru harus memiliki kecakapan dan keahlian tentang keguruan. Kemampuan dan kecakapan merupakan modal dasar bagi seorang guru dalam melakukan kegiatan atau tugasnya. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan kegiatan belajar, terutama sekali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit, terutama sekali untuk guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memfokuskan pada pemahaman dan peningkatan hasil belajar secara baik. Perencanaan pengajaran, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan evaluasi pengajaran merupakan serangkaian kegiatan dalam mengelola pembelajaran yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru atau sebagai statndar kompetensi seorang guru. Kompetensi dalam proses interaksi belajar mengajar dapat pula menjadi alat motivasi ekstrinsik, guna memberikan dorongan dari luar diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah umum, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Atas mengingat maupun Sekolah Kejuruan masih banyak para siswa memperoleh hasil belajar yang rendah.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar