Kamis, 11 Oktober 2012

Suara Gorengan


Angin sepoi-sepoi menghembus di daerah pegunungan yang cukup dingin dan menyejukan. Hamparan pegunungan indah, hijau dan luas itu melengkapi indahnya panorama desa yang terkenal dengan petani padi.
Namun daerah ini tampaknya kurang mendapat pendidikan agama. Berdasarkan informasi itulah, sekelompok pengurus pesantren dari luar kota dengan menggunakan mobil mendatangi desa tersebut. Mereka langsung menuju rumah tokoh kampung setempat.
“Assalamu’alaikum”, salam mereka. “Wa’alaikumsalam”, jawab Pak Jamaluddin. Setelah mereka dipersilahkan duduk, seorang dari mereka memulai pembicaraan. “Pak Jamaluddin, tujuan kami datang ke sini untuk menugaskan para santri kami yang ingin melaksanakan study tour ke desa ini”. “Oh iya saya selaku tokoh di desa ini merasa terhormat dan bahagia dengan kabar ini” ujarnya.
Perbincangan pun makin asyik dan hangat. Kegembiraan diantara keduanya terpancarkan dari wajah dan cara mereka berbicara. Hingga sekitar 3 jam lebih mereka berbincang-bincang, namun tidak ada satupun hidangan yang dikeluarkan. Rombongan dari pesantren ini mulai gelisah.
Di tengah-tengah kegelisahan mereka, Pak Jamaluddin berkata. “Bagaimana kalau anda sekalian mendengarkan qosidah yang akan saya bawa”. Kemudian dengan nada kesal seorang diantara mereka berkata. “Maaf pak! Bukannya kami tidak mau mendengarkan suara anda yang merdu itu, tapi kami lebih ingin mendengarkan suara ikan anda digoreng.”

Sumber : Majalah Cahaya Nabawiy no.75



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar