Kamis, 11 Oktober 2012

Botox Untuk Awet Mudah


Botox adalah racun hasil mikroba Clostridium botulinum, yang biasanya ditemukan pada makanan kaleng yang rudah rusak. Botox ini sudah dikenal sejak lebih dari satu abad lalu. Dalam tiga dekade terakhir, orang mengeksplorasi potensi racun itu untuk obat. Pada prinsipnya, botox ini dapa melumpuhkan sistem penyampaian pesan didalam tubuh sehingga menghalangi kontraksi otot. Racun ini dapat melumpuhkan dan bahkan mematikan. Namun, pada dosis yang sangat rendah, botox ini dapat dipakai untuk mengendurkan otot yang tegang. Relaksasi otot juga membantu menghilangkan keriput, terutama diwajah sehingga botox pun laris sebagai obat awet muda. The Asian Wall Streer Journal (April 2002) melaporkan penjualan botox tahun 2001 mencapai 309,5 juta dolar AS (sekitar Rp 2.847 milyar), yang sepertiganya digunakan untuk kecantikan. Dijakarta sudah banyak dokter kulit yang menggunakan botox untuk terapi wajah.
Tahun 1989, FDA menyetujui terapi botox. Jika diinjeksikan keotak yang sedang berkonsetrasi, botox akan terikat pada ujung Neuromuskular dan mengganggu pelepasan asetilkolin sehingga menghambat kotraksi otot. Dalam kecantikan, botox digunakan untuk menghilangkan keriput sudut mata, di antara alis, dan dahi. Botox juga dapat digunakan untuk menghilangkan lipatan dalam leher. Bahkan, racun ini juga dapat mencegah produksi keringat berlebihan. Aplikasi botox dalam medis ini juga tidak kalah banyak. Penderita stroke dengan gangguan motorik dapat diatasi dengan terapi botox. Botox digunakan untuk terapi cerebral palsy (CP) dan menghilangkan sakit kepala seeprti migrain. Botox yang diinjeksikan di dahi tidak hanya merelaksasi otot, tetapi diduga menghambat pembebasan Neurotransmiter yang berhubungan dengan rasa sakit.
Efek botox tergantung pada dosis dan bersifat temporer. Sel saraf dapat balik kembali menghasilkan asetilkolin setelah tiga bulan. Terapi botox ini biasanya berlangsung 10 sampai 15 menit. FDA menganjurkan injeksi botox tidak lebih dari selang tiga bulan dengnan dosis efetif yang paling rendah. Terapi botox harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan terkontrol karena kelainan dapat menyebabkan difusi botox dan berdampak fatal. Efeksamping yang dapat terjadi adalah sakit kepala, infeksi saluran pernapasan, dan gejala influenza sebagai reaksi alergi. Ada kemungkinan terbentuknya antibodi terhadap botox sehingga pasien kebal pada terapi berikutnya. Saat ini biaya terapi botox sekitar enam juta rupiah dirasa sangat mahal bagi sbagian besar masyarakat. Jika botox diproduksi di dalam negeri, maka biayanya mungkin akan turun sehingga dapat dijangkau oleh banyak pasien cacat mental maupun stroke. Jadi, tidak sekadar untuk awet muda saja.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar