Minggu, 22 Desember 2013

Cerita Rakyat Bima Kec. Sape

 Cerita Folklore ini berasal dari sebuah kecamatan dikabupaten Bima yaitu kecamatan Sape. Dimana cerita ini konon katanya berasal dari mitos warga setempat, yang mempercayai bahwa apa bila memakan ikan Bangkolo (bahasa Bima) tersebut, masyarakat setempat akan mengalami gatal-gatal dan bencana alam terjadi. Mitos ini berasal dari cerita, dimana pada zaman dahulu kala, pimpinan tertinggi di zaman kerajaan Bima di sebut “Ncuhi”, Tiap-tiap Ncuhi ini menduduki daerah kekuasaan masing-masing. Seperti Ncuhi Tabe Bangkolo, Ncuhi Monta, Ncuhi Kabuju, Ncuhi Lambu, Ncuhi Dara, dan lain-lain.
Konon katanya, dalam Adat dan tradisi Ncuhi, mereka berhura-hura ingin bertamasya ke Ncuhi Lambu untuk mengadakan acara makan-makan dan berpesta pora dengan menggunakan perahu layar, menuju daerah kekuasaan ncuhi lambu melewati transportasi laut .
Setelah acara makan-makan dan pesta pora semua Ncuhi sempat beristirahat sampai Ncuhi Tabe Bangkolo terbawa tidur. Pada saat Ncuhi Tabe Bangkolo tertidur nyenyak timbul niat jahat Ncuhi lain untuk tidak membangunkan Ncuhi Tabe Bangkolo dan di biarkan tertinggal sendirian. Beberapa saat kemudian Ncuhi Tabe Bangkolo terbangun kemudian melihat dan monoleh kearah kiri-kanannya ternyata keaadaan sudah sepi. Melihat kejadian
dan keadaan ini Ncuhi Tabe Bangkolo larut dalam kesedihan, ditengah kesedihannya datanglah seekor ikan yang biasa warga Bima sebut uta Bangkolo (ikan Bangkolo). Beberapa saat kemudian, ikan tersebut mengagetkannya dengan berkata,“mengapa Ncuhi murung dan bersedih?” Lalu Ncuhi Tabe Bangkolo menjawab dengan wajah kecewa dan tersedu, “Saya dikerjain, ditipu dan di tinggal pergi oleh Ncuhi lain.
Melihat kesedihan yang menerpa Ncuhi tersebut, hati ikan itu tersentuh sehingga berniat menolong Ncuhi dan mengantarkannya kembali ke wilayah kekuasaannya. Ikan tersebut menyuruh Ncuhi Tabe menaiki tubuhnya dengan memegang siripnya. Namun Ncuhi Tabe merasa ragu dengan ajakan ikan tersebut, “Saya takut nanti ditengah perjalanan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan didalam diri saya”. Kemudian ikan bangkolo meyakinkan Ncuhi agar meyakini kesaktiannya, “Ncuhi tak perlu takut, asalkan Ncuhi memenuhi syarat yang saya minta”.
“Apa syaratnya?” jawab Ncuhi dengan nada riang. “Suatu waktu jikalau melihat ikan sejenis saya, Ncuhi haram untuk memakannya. Namun apabila perjanjian ini di langgar, maka Ncuhi akan mendapatkan ganjaran yang membuat mu menyesal seumur hidup.” Lanjut ikan tersebut. Akhirnya timbullah kesepakatan antara Ncuhi Tabe dan ikan Bangkolo, tanpa berpikir panjang lagi Ncuhi Tabe memegang sirip ikan itu, maka berangkatlah mereka menyebrangi lautan seberang.
Tidak disangka, sesampai didaratan wilayah kekuasaannya, ternyata Ncuhi Tabe lebih duluan tiba dari pada Ncuhi lain yang menumpangi perahu tadi. Kemudian Ncuhi Tabe berdiri di tepi pantai dan melihat kearah perahu yang datang ternyata para Ncuhi yang pergi meniggalkannya waktu di Ncuhi Lambu, belum sampai didaratan. Beberapa saat kemudian, rombongan dalam perahu tersebut semkin mendekat, dari kejauhan para Ncuhi dalam perahu tersebut merasa bingung dan takut akan kesaktian Ncuhi Tabe. Kemudian mereka berniat untuk minta maaf atas kekhilafan yang mereka perbuat, dengan hati yang tulus Ncuhi Tabe menerima permintaan maaf dari ncuhi-ncuhi tersebut. Sehingga, semakin akrab dan damailah yang terjalin kehidupan mereka.
Dalam menjalani kehidupan yang damai itu, muncullah hubungan asmara antara kedua anak Ncuhi, yaitu Ncuhi Tabe dan Ncuhi Lambu. Setelah beberapa senggang waktu terjalin hubungan yang baik, muncul niat anak Ncuhi Lambu untuk melamar atau meminang kekasihnya yaitu anak Ncuhi Tabe, sampai ada kesepakatan kedua Ncuhi tersebut. Tidak lama kemudian, kira-kira dalam waktu satu bulan dilaksanakanlah acara pernikahan kedua anak Ncuhi itu, dan pada hari pengantaran mahar semua barang dan benda di antar, salah satu barang mahar yang diantar adalah ikan Bangkolo kering. Dalam proses masak memasak, dibagian dapur, ikan bangkolo itu hendak di potong-potong oleh keluarga Ncuhi, namun dengan mengejutkan ikan tersebut tidak bisa terpotong meskipun menggunakan parang dan pisau yang tajam. Sehingga salah satu dari juru masak keluarga Ncuhi tersebut memasukkan ikan itu ke tabe (wajan), yang berukuran sangat besar. Dalam keadaan tidak terpotong, beberapa saat kemudian muncullah kejadian aneh di mana ketika ikan bangkolo kering itu di masukin ke tabe atau dalam bahasa Indonesia disebut wajan, secara spontan ikan itu meloncat keluar tabe dan langsung mengenai anak Ncuhi yang masih kecil yang berdiri di dekat tabe (wajan), dan beberapa saat kemudian tewas seketika, sehingga membuat acara bahagia itu dirundung duka. Melihat kejadian ini, Ncuhi Tabe tidak habis pikir dan mengapa sampai terjadi hal seperti ini.
Dikala duka melanda dihari bahagia itu. Pikir punya pikir, teringatlah oleh Ncuhi Tabe pada suatu saat dimana dirinya berjanji/bersumpah dengan seekor ikan bangkolo yang pernah menolong dirinya dulu. Tanpa ia sadari sumpah dan janji tersebut telah ia langgar.. dan atas kejadian itu munculllah seribu penyesalan dari lubuk hati Ncuhi. Dan dari sumpah yang telah dilanggar tersebut, masyarakat diwilayah kekuasaan Ncuhi Tabe mengalami penyakit kulit seperti, gatal-gatal, panu, dan lain-lain. Sehingga diyakini sampai sekarang, bahwa ikan tersebut sangat keramat dan masyarakat takut untuk memakannya.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar