Keruntuhan
Teori Evolusi Tentang Dinosaurus
Oleh
: Ardiansyah
Salah
satu cerita yang begitu menarik perhatian kita saat ini
adalah cerita tentang dinosaurus. Karena dinosaurus sudah musnah, maka data
yang digunakan untuk membahas hanya melalui fosil-fosil saja. Kelihatannya
dinosaurus dalam bentuk fosil, memiliki tubuh yang besar sekali dan tampak
menakutkan, sehingga binatang-binatang fosil itu dinamakan sebagai 'Dinosaurus'
oleh seorang Inggris, Richard Owen pada 1842. Kata itu kata komposisi yang
berasal dari kata-kata Yunani, yaitu 'deinos' yang berarti 'menakutkan' dan
'sauros' yang berarti 'kadal', sehingga binatang itu berarti 'kadal raksasa'
yang tergolong dalam jenis reptilia.
Walaupun
telah terbukti secara ilmiah tentang keberadaan dinosaurus di atas permukaan
bumi serta sampai berapa lama binatang tersebut melangsungkan kehidupannya di
bumi, namun terdapat pendapat-pendapat yang berbeda-beda antara para ilmuwan.
Menurut
deskripsi rekaman tentang dinosaurus dalam ensaklopedia Encarta yang dibuat
Microsoft, dinosaurus adalah sejenis reptilia yang sudah musnah dan yang telah
diam di bumi selama selang waktu antara 250 juta tahun sampai 65 juta tahun
yang lalu. Perhitungan umur ini berdasarkan asumsi yang dikemukakan oleh teori
evolusi. Fosil dinosaurus ditemukan pertama kali oleh Dr. Gideon pada tahun
1822, dan kemudian pada tahun 1842 binatang fosil itu dinamakan 'dinosaurus'
yang berarti kadal raksasa.
Pada
akhir zaman abad ke-18, di sebuah lembah yang terletak di dekat Grand Canyon di
Provinsi Arizona, sekelompok pengunjung serta Hubber yang memiliki jabatan
kepala kehormatan Museum Ilmu Purbakala di Oakland menemukan lukisan di batu
yang menunjukkan dinosaurus bersama dengan manusia. Selain hal tersebut di
sungai Paluxi yang terletak di dekat Glen Rose di Texas, fosil jejak kaki
dinosaurus ditemukan bersama-sama dengan fosil jejak kaki manusia. Di sini
timbul pertanyaan, jika dinosaurus hidup di bumi pada masa antara 230 juta
tahun yang lalu dan 65 juta tahun yang lalu seperti yang dikemukakan dalam
teori evolusi, bagaimana manusia dapat menggambarkan lukisan dinosaurus yang belum
pernah dia lihat dan bagaimana fosil jejak kaki dinosaurus itu dapat ditemukan
bersama dengan fosil jejak kaki manusia dalam lapisan tanah yang lama? Karena
itu perkiraan umur fosil yang diperhitungkan menurut evolusi tersebut sangat
sulit dipercayai.
Memasuki
akhir abad ke-20, ilmu pengetahuan tentang kehidupan berkembang secara luar
biasa, sehingga penganalisaan jejak makhluk hidup yang hidup di bumi menjadi
sesuatu yang biasa meski hal tersebut merupakan sesuatu yang lama sekalipun.
Namun, cara pendekatannya sering didasarkan asumsi evolusi, sehingga analisanya
pun sering tergantung pada asumsi teori evolusi. Meskipun pendekatannya
dilakukan dengan cara demikian, hasil pembahasan atau analisa tentang jejak
makhluk hidup di bumi pada masa yang lalu tersebut sering bertentangan secara
langsung dengan suatu hasil analisa yang didapat melalui hipotesis evolusi.
Yang
Pertama di antaranya adalah penemuan tulang dinosaurus yang belum menjadi
fosil. Tyrannosaurus Rex disebut raja dinosaurus. Pada awal tahun 1992
sekelompok ilmuwan dari Universitas Provinsi Montana melaporkan adanya sebagian
dari tulang kaki dalam dinosaurus tersebut yang belum menjadi fosil. [M.
Morell. Science 261, pp. 160-162 (1993)]
Mary
Schweitzer yang sedang belajar dalam program S3 pada waktu itu menemukan sel
darah ketika membahas potongan-potongan tipis dari tulang dinosaurus melalui
mikroskop. Jikalau benar perhitungan usia evolusi, maka tulang tersebut berumur
paling tidak 650 juta tahun. Dalam usia yang begitu tua, bagaimana sel-sel
darah itu masih terdapat di dalam tulang dinosaurus? Hal tersebut benar-benar
membuktikan kesalahan asumsi teori evolusi yang mengatakan bahwa dinosaurus
telah musnah dalam kurun waktu yang sekian juta tahun yang lalu. Sebaliknya
laporan ini membuktikan bahwa dinosaurus punah dalam kurun waktu yang tidak
begitu lama.
Yang
kedua adalah bahwa 'heme containing
compound' atau 'hemohlohin breakdown
products 'yang sebenamya berada di dalam sel darah merah dikeluarkan dari
tulang dinosaurus tersebut. [M. H. Schweitzer et al., Proc. Natl. Acad. Sci.,
USA 94, 6291-6296 (1997)].
Hemoglobin
yang terdapat di dalam sel darah merah adalah pengantar oksigen di dalam hewan
berdarah panas (warm-blooded), namun
yang mengejutkan kita adalah bahwa bagaimana hemoglobin yang seharusnya berada
di hewan berdarah panas terdapat di dalam tulang dinosaurus yang dianggap
reptilia, yaitu hewan berdarah dingin. Dengan diketahuinya bahwa dinosaurus
bertelor, evolusionis berpikir bahwa dinosaurus digolongkan ke dalam reptilia
yang berdarah dingin.
Menurut
teori evolusi, jenis reptilia mengalami proses evolusi, lain berubah menjadi
jenis burung atau mamalia. Jikalau hal ini benar, maka hancurlah fondasi
tentang asumsi evolusi yang mengatakan bahwa jenis dinosaurus melalui evolusi
berubah menjadi burung atau mamalia.
Yang
ketiga adalah membandingkan gen yang diambil dari dinosaurus dengan jenis
makhluk hidup lain. Evolusionis berpikir bahwa dinosaurus termasuk klasifikasi
reptilia yang bertelor yang mengalami evolusi untuk menjadi burung menurut
pohon system evolusi.
Pada
tahun 1994, dilaporkan bahwa DNA dari tulang dinosaurus yang ditemukan di
Provinsi Utah dapat diambil dengan teknik amplikasi DNA (DNA amplification technique).
[S. R. Woodward et al., Science 266, pp 1229-1232 (1994)]
Hasil
analisa susunan struktur DNA (Mitochondrial
Cytochrome b) menunjukkan kemiripan dengan mamalia daripada burung atau
reptilia dari segi homology. Kadang-kadang hasil itu menunjukkan kebersamaan
dengan apa yang dimiliki manusia sampai kadar 88%. Dari hasil analisa tersebut,
kelompok ilmuwan yang menyertai Hedges &Schweitzer mengklaim bahwa gen
manusia terkontaminasi saat percobaan amplikasi DNA dinosaurus itu dilakukan.
Namun, karena percobaan dilakukan secara independen oleh tim penelitian lain,
misalnya tire Henikoff dan tim Allard, mengemukakan juga bahwa dinosaurus lebih
dekat pada mamalia daripada burung, [S.B. Hedges et al., Science 268, p. 1191
(1995), S. Henikoff Science 268, p.1192 (1995), M. W. Allard et al., Science
268, p. 1192 (1995)] maka begitu diragukan kebenaran ilmiah dari asumsi teori
evolusi yang mengatakan bahwa dinosaurus terklasifikasikan untuk menuju ke
jenis burung dalam pohon sistem evolusi.
Walaupun
beberapa laporan mengemukakan secara ilmiah seperti diatas, namun para
evolusionis mempertahankan keyakinannya tentang masa keberadaan dinosaurus,
yakni berada dalam kurun waktu antara 230 juta tahun yang lalu dan 65 juta
tahun yang lalu, selain itu mereka tidak mau mempercayai fakta bahwa manusia
berada bersama dengan dinosaurus pada masa yang sama. Mereka langsung membuat
kesimpulan tentang hasil yang bertentangan dengan hipotesa teori evolusi dengan
mengungkapkan bahwa DNA dinosaurus yang dipakai untuk percobaan terkontaminasikan
oleh manusia.
Sebenarnya
pemikiran bahwa susunan DNA dinosaurus menunjukkan kemiripan dengan burung
berdasarkan asurnsi bahwa Archaeopteryx yang dianggap 'missing link' atau
nenek-moyang burung sedang mengalami transisi dari reptilia ke burung. Asumsi
tersebut salah sama sekali karena fosil-fosil burung biasa pun ditemukan di
dalam lapisan tanah yang sama di mana Archaeopteryx muncul.
Sampai sekarang evolusionis masih
mencari dinosaurus yang berbulu yang kemungkinan dapat menjembatani antara
reptilia dan burung melalui dukungan jurnal 'National Geographic'.
Pada
musim gugur tahun 1999, berita yang mungkin begitu menggembirakan para
evolusionis dilaporkan. Yaitu, pada 15 Oktober 1999, 'National Geographic
Society' menawarkan waktu wawancara kepada para wartawan di Washington D.C.
Mereka melaporkan bahwa fosil dinosaurus yang berbulu ditemukan yang bernama
'Archaoeraptor Liaoningensis'. Laporan tersebut ditulis di dalam magazine
'National Geographic' untuk bulan 11, 1999 dengan judul 'Feathers for T.rex?
New bird-like fossils are missing links in dinosaur evolution".
Menurut
artikel itu, "Binatang yang ditemukan kelihatan badannya seperti ayam
kalkun. Binatang ini adalah benar-benar 'missing link' yang menjembatani untai
evolusi yang terhilang di antara dinosaurus evolution. Makhluk hidup fosil
tersebut hidup di bumi pada waktu antara 140 juta tahun dan 120 juta tahun yang
lalu."
Analisa
demikian dan mekanisme bagi Archaoeraptor tersebut diberikan oleh Steven
Czerkas yang bekerja di "The Dinosaur Museum (Monticello, Utah)" dan
Xinh Xu yang bekerja di "The Institute of Vertebrate Paleontology
(Beijing, China)" dengan dukungan 'National Geographic'. Laporan tersebut
dikira benar secara ilmiah. Kesimpulan tentang jenis Dinosaurus sebagai yang berbulu
dari pembahasan fosilnya, dilakukan oleh Philip J. Curie yang bekerja di 'The
Royal Tyrell Museum of Palaentology (Drumhellern Alberta).
Dengan
demikian begitu luar biasa kejutannya kepada umum dari laporan yang diberitakan
oleh 'National Geographic Society'. Laporan tersebut ditayangkan secara
langsung oleh media massa tanpa tafsiran apapun dan jurnal-jurnal yang
menunjukkan foto fosil itu diterbitkan. Apa lagi sebuah studio radio di Kanada
melakukan wawancara khusus dengan Philip Curie selama beberapa waktu.
Namun,
tidak lama, mimpi evolusi yang masih hijau tersebut mulai hancur. Menjelang
bulan Januari tahun 2000, kepalsuan tentang fosil Archaoeraptor terbongkar.
Pertanyaan-pertanyaan yang sangat tajam dilemparkan oleh Storrs L. Olson yang
bekerja di "Smithonian Institution" sebagai ketua bagian jenis
burung. Pertanyaannya adalah bahwa sesuatu dari fosil tersebut disusun secara
sengaja dan diambil dari binatang-binatang yang lebih dari satu. Akhirnya,
fosil itu dibuktikan sebagai kepalsuan yang dimainkan oleh Xing Xu yang dengan
sengaja menyatukan dua fosil yang berbeda, yaitu fosil dinosaurus dan fosil
burung. Sehingga, sekarang ini ilmuwan yang terkenal, Philip J. Curie yang
bekerja di "The Royal Tyrell Museum of Paleontology" merasa malu
sekali. Oslon dari Smithonian Institution memberi tafsirannya tentang penipuan
itu sebagai berikut: "Sebenarnya origin dinosaurus yang berbulu dan yang
mempunyai dua kaki adalah sesuatu yang diciptakan melalui keyakinannya sendiri
yang sebenarnya hanya merupakan prasangka saja yang dilakukan oleh para ilmuwan
yang memaksakan orang lain untuk menerima idenya melalui Jurnal Nature"
(salah satu jurnal sains yang memimpin ide evolusi) dan juga 'National
Geographic Society' (salah satu asosiasi yang paling merangsang suasana
kepercayaan evolusi kepada umum) agar orang lain mengikuti keyakinan mereka.
Peristiwa
ini benar-benar menunjukkan betapa besar praduga para evolusionis tersebut.
Begitu jelas betapa tidak masuk akal dan betapa tebalnya pakaian yang menutup
pemikiran mereka dengan praduga tentang asumsi bahwa dinosaurus sebagai salah
satu jenis reptilia yang muncul di dunia pada 230 juta tahun yang lalu dan
hidup selama 140 juta tahun sampai dengan 65 juta tahun yang lalu. Sebenarnya
pra-hipotesa tentang terjadinya proses evolusi secara dari reptilia ke burung
dan perkiraan perhitungan umur tidak berdasarkan fakta ilmiah, hanya merupakan
praduga saja. Walaupun sejak munculnya teori evolusi Darwin semua data tentang
dinosaurus diceritakan seperti sesuatu yang membuktikan evolusi, namun hasil
penelitian akhir-akhir ini yang dilakukan dalam bidang ilmu budaya dan
masyarakat membuktikan bahwa hipotesis teori evolusi yang memerlukan banyak
'missing link' tidak masuk akal, sebaliknya hal tersebut mendukung apa yang
tertulis dalam Al Qur'an mengenai penciptaan makhluk hidup, yaitu penciptaan
makhluk hidup yang dilakukan dalam bentuk lengkap sejak awal.
0 komentar:
Posting Komentar