Hasil penelitian tokoh pendidikan dari USA, John Goodlad
menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses
pembelajaran dan hasil mereka (Trianto, 2005: 36). Pendapat ini jelas dapat
diterima karena ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu
kelas, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh para guru.
Alsan tersebut pun sangat logis karena ketika proses pembelajaran berlangsung,
guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang
menarik siswa sehingga perannya dapat menebarkan motivasi hasil.
Pada
hakikatnya, dalam proses interaksi belajar mengajar, guru adalah sosok yang
memegang peranan penting dalam memberikan pelajaran dan siswa adalah anak yang menerima
pelajaran. Oleh karena itu, kegiatan dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa
diperlukan pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa ini
semua, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara
kondusif dan profesional.
Sedangkan ruh sebuah lembaga pendidikan adalah kualitas
proses belajar-mengajar yang diciptakan dan kualitas produks yang dihasilkan.
Sebuah upaya membangun lembaga pendidikan yang efektif dan bonavid, apapun
bentuknya, menjadi tidak bermakna bila tidak diikuti dengan upaya menciptakan
suasana belajar yang kondusif bagi setiap siswa. Sebab suasana kundusif itu-lah
merupakan bagian dari embrio pendidikan yang akan berakibat pada hasil belajar.
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan siswa, baik secara individual atau-pun kolektif-klasikal,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Semua ini berarti memberi penegasan
bahwa seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi (kecakapan) sebagai
wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas (Djamarah, 2000: 33).
Guru adalah ujung tombak kegiatan pengajaran di sekolah yang
langsung berhadapan dengan peserta didik. Tanpa adanya peranan guru maka
kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan semestinya. Dengan
demikian, keberhasilan suatu pembelajaran berakar kuat pada proses substansial
bagaimana metode dan model pembelajaran yang dikembangkan sehingga mampu
menghasilkan sesuatu yang menakjubkan, terutama dalam mencapai target kunci
membangun manusia yang seutuhnya.
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu
mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif,
afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif,
melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk
kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif
yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan
penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru semestinya
mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara
membelajarkan siswa. Inilah yang menjadi eksistensi guru profesional dibutuhkan
untuk melakukan sebuah terobosan baru bagi proses pembelajaran siswa.
Kemampuan dan kecakapan sangat dituntut bagi seorang
guru.Oleh karenanya, seorang guru harus memiliki kecakapan dan keahlian tentang
keguruan. Kemampuan dan kecakapan merupakan modal dasar bagi seorang
guru dalam melakukan kegiatan atau tugasnya. Mengajar adalah membimbing
kegiatan siswa, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar
siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan
kegiatan belajar, terutama sekali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit,
terutama sekali untuk guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
memfokuskan pada pemahaman dan peningkatan hasil belajar secara baik. Perencanaan pengajaran, pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan kegiatan evaluasi pengajaran merupakan serangkaian
kegiatan dalam mengelola pembelajaran yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang
guru atau sebagai
statndar kompetensi seorang guru. Kompetensi dalam proses interaksi belajar mengajar
dapat pula menjadi alat motivasi ekstrinsik, guna memberikan dorongan dari luar
diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran
yang diajarkan di
sekolah-sekolah umum, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan
Atas mengingat maupun
Sekolah Kejuruan masih
banyak para siswa memperoleh
hasil belajar yang rendah.
0 komentar:
Posting Komentar