A.
SEJARAH SEKOLAH
Sekolah pada
zaman Plato merupakan tempat rekreasi di mana pada zaman itu sekolah hanya di
gunakan sebagai pengisi waktu kosong
untuk bertukar pikiran. Ini di kenal dengan istilah Taman Akademos
(sekolah yang santai). Di mana pendidikan sangat menghargai manusia
(Humaniora/memanusiakan manusia)
Sekolah mulai
diformalkan ketika melihat keahlian yang dihasilkan ternyata di arahkan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga
lebih dicirikan dengan :
- Paradigma Positivisme dimana paradigma sains memandang ilmu itu bebas nilai yang berarti tidak ada subjektifitas manusia untuk lahirnya suatu ilmu.
- Ilmu yang dikembangkan yaitu ilmu-ilmu exacta (dicirikan dengan diceraikannya ilmu-ilmu yang bersifat humaniora dengan exacta).
- Menyebabkan manusia teralienasi (terasingkan oleh diri manusia/merasa asing terhadap diri sendiri).
B.
IDEOLOGI PENDIDIKAN
Ideologi
pendidikan terbagi atas:
1.
Konservatisme Pendidikan
Konservatisme
pendidikan dicirikan dengan :
a.
Ilmu bebas nilai
Contoh : Nuklir
tidak punya kaitan dengan yang lainnya.
b.
Fundamentalisme pendidikan dimana tujuan pendidikan
melestarikan nilai nilai lama yang dianggap agung.
Contoh :
sekolah-sekolah yang berbasis keagamaan
c.
Intelektualisme pendidikan dimana pendidikan diarahkan
untuk mengembangkan potensi didik dan dilaksanakan secara konservatif dalam
artian tidak ada ruang-ruang kritis melihat realitas sebenarnya.
Dimana
pelajar/mahasiswa dianggap sebagai botol kosong yang perlu diisi sehingga
pelajar/mahasiswa hanya sebagai obyek dan guru/dosen sebagai subjek (pusat
kebenaran) dan metode pengajaran yang digunakan yaitu pedagogi (satu arah). Hal
ini menyebabkan hilangnya nilai-nilai kritisme sehingga semakin jauhnya
nilai-nilai kemanusiaan yang mana pada awalnya pendidikan menjunjung
nilai-nilai kemanusiaan (Ilmu Humaniora)
d.
Konservatisme pendidikan dimana nilai-nilai kemapanan
yang ada dalam masyarakat ditarik ke sekolah
Contoh : perengkingan di sekolah memburu
prestise yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2.
Liberalisme
Liberalisme pendidikan
dicirikan dengan:
a.
Ilmu tidak bebas nilai.
Contoh : Nuklir
punya kaitan dengan yang lainnya.
b.
Tujuan pendidikan yaitu bagaimana merubah struktur
nilai yang ada dalam masyarakat baik itu politik, sosial, dan sebagai mana
dengan asumsi sekolah sebagai tempat memanusiakan manusia
c.
Mengangkat derajat individu/mengangkat potensi
kemanusiaan idividu (ideologi kritis dimana manusia kritis terhadap realitas
dan metode yang digunakan yaitu andregogi/dua arah di mana pelajaran sebagai
objek dan pelajar/mahasiswa serta guru/dosen sebagai subjek). Tokoh-tokoh
penganut hal ini diantaranya Paulo Freire dan Mutadha Muthari.
d.
Anarkisme pendidikan (Ivan Illich) dimana dipandang
bahwa sekolah hanya sebagai penjara manusia dengan berdasar bahwa sekolah telah
jauh dari pengertian dasarnya. Sehingga cita-citanya yaitu masyarakat tampa sekolah.
C.
SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA
Sistem
pendidikan Indonesia
pada masa orde baru dilandasi 2 (dua) hal yaitu:
a.
Developmentalisme.
Developmentalisme
berarti pembangunan yang berarti akan dilahirkan tenaga-tenaga ahli untuk
membangun dengan mengutamakan skill sehingga metode pengajaran yang dilakukan
di sekolah-sekolah terbungkus oleh kapitalisme yang dicirikan dengan :
-
Individualisme.
-
Materialisme
-
Kesadaran semu/terberi
-
Keseragaman pola piker
Dan hal ini
memberikan dampak pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Akibat
dari hal tersebut menyebabkan pendidikan semakin jauh dari pengertian
sebelumnya dan wajar saja pendidikan Indonesia tertingal jauh dari
negara-negara lain.
b.
Masyarakat agraris.
Masyarakat
agraris ditandai dengan mentalisme agraris dimana dicirikan dengan :
-
Feodalisme : orang-orang yang memiliki gelar sangat
dihargai. Misalnya gelat kebagsawanan, akademik dan lain-lain.
-
Primordialisme : nilai-nilai kesukuan diutamakan
-
Fanatisme : mengedepankan nilai-nilai simbolik seperti
merasa hebat ketika mendapat peringkat pertama dalam kelas.
Nilai-nilai
diatas diserap ke dalam pendidikan Indinesia dan halini menyebabkan pendidikan Indonesia
mengalami fatalisme. Jadi wajar saja ketika gelar akademik jadi tolak ukur
mahar kawin seorang wanita atau sebalinya,pelajar-pelajar melakukan tawuran,
para mahasiswa berperang antar jurusan/fakultas, peringkat pertama atau index
prestasi yang tinggi jadi suatu kebanggaan.
Hal inilah yang menuntut lahirnya
suatu ideologi pendidikan yang kembali pada dasarnya yaitu memanusiakan
manusia, adanya suasana keterbukaan, kebebasan (inklusifme pendidikan.)
Dimana terbuka ruang-ruang kritis
sehingga cita-cita Plato yang memandang sekolah sebagai tempat rekreasi dapat
kembali sehingga sekolah tidak menakutkan lagi, pelajaran-pelajaran menjadi
hobby bukan suatu keharusan dan ilmu-ilmu yang dihasilkan tidak pernah
menceraikan antara ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu exacta.
0 komentar:
Posting Komentar