Saat ini, pendidikan
sangat penting bagi kehidupan manusia, manusia membutuhkan pendidikan untuk
menuju taraf hidupnya yang lebih baik. Pendidikan adalah suatu proses perubahan
tingkat laku melalui pembelajaran dan ilmu yang dimilikinya. Tapi, ketika
berbicara di masa lampau, manusia itu terkadang berpikir bahwa pendidikan itu
tidak penting.
Nach .... inilah
dikisahkan dalam drama ini, ada orang tua yang tidak mengerti tujuan pendidikan, malah
mereka mengatakan bahwa pendidikan tidak penting, sehingga dibuat dalam bentuk
drama dengan judul arti sebuah pendidikan oleh Mahasiswa KKN UIN Alauddin
Makassar Angkatan ke-46 Posko 3 Kandoka, yang diperankan oleh:
-
Navi sebagai ayahnya imran
-
Ifah sebagai istri Navi
-
Barak sebagai ayahnya sahra yang
tidak lain adalah sahabat Navi
-
Hera sebagai istri barak
-
Sahra sebagai anak barak yang
masih SMA
-
Imran sebagai putra tunggal dari
keluarga navi dan ifha
-
Ani sebagai pembaca naskah
Selamat menyaksikan
Di sebuah Dusun terpencil
jauh dari perkotaan, hiduplah keluarga yang rukun nan bahagia yang tidak lain
adalah keluarga Navi berserta istrinya. Suatu hari, mereka berbincang-bincang
di teras rumah tentang anaknya yang berada di kota menuntut ilmu.
Ifah :
Pa.... (dengan nada mesra) dah 4 bulan, anak kita belum pulang, saya merasa bagai
sayur tanpa garam. Tidak enak rasanya, keluarga tidak pernah lengkap. Lagian
imran kan anak satu-satunya kita, Pa...
saya kesepian......
Navi :
Ah ... mama. Masa sih kesepian.... kan bapak di sini, ada ji aku mah yang setia
selalu menemanimu heheheh ......
Ifah :
Bukan itu masalah pa....anak kita..... anak kita. Jangan-jangan ada apa-apa ma
dia, napa tidak pernah pulang selama ini, dulu kan setiap 2 bulan dia dah
pulang. Nach ... sekarang dah 4 bulan.
Navi :
Tenang.... tenang mah. Semua akan baik-baik saja.
Ifah :
Ya ... pa, moga-moga tidak terjadi apa-apa.
Di sisi lain juga,
hiduplah keluarga sekina dan warahma bersama anaknya yang bernama barak dan
istri yang bernama Hera yang merupakan sahabat Navi. Ternyata barak minim pengetahuan tentang
pendidikan. Mereka berbincang di kolong rumah bersama anaknya sahra. Sahra adalah seorang belia dan cerdas yang masih
sekolah di SMA.
barak :
Nak .... dah kuliah nanti, bagaimana kalau kamu dinikahkan saja ketika ada
lelaki yang melamar...... ? (sambil tersenyum kepada Anaknya).
Sahra :
pua’ .... aku minta maaf, aku belum mau menikah ..... (wajah muram)
barak :
Loch ..... Napa anakku?? (sambil membelai rambut anaknya)
Sahra :
Belum pua’!! Aku mau lanjut sekolah dulu.
Hera :
pa .... kalau anak belum mau, jangan dipaksakan pa.....
barak : Ah mah.... tidak ada gunanya sekolah. Hanya menghabiskan uang saja
untuk bayar SPP. Coba liat banyak orang bisa dapat kerja tampa sekolah. Coba
liat kakakmu di kampung bisa bekerja di sebuah toko, bisa jadi petani seperti
pua’.
Sahra :
Ah .... pua’ dech. Pua’ ... Justru itu pendidikan sangat dibutuhkan penunjang
kita. Kita bisa mengatur kehidupan kita lebih baik lagi.
Sahra menjelaskan
tentang pendidikan itu namun ayahnya tidak mengerti tujuan pendidikan.
Pada saat itu juga
si Navi bersama istrinya ingin berkunjung ke rumah sahabatnya si Barak yang
kebetulan tetangga dusun di seberang Sungai dan langsung berangkat. Selang
beberapa waktu mereka tiba di rumahnya Barak.
Navi :
(tok ... tok ... tok ......) Assalamu Alaikum .....
Barak dan Sahra :
Waalaikum mussalam ......
Navi :
wah .... bapak sama anak lagi ngapain ???
Barak :
Tidak ... pak. Sahra Ngelotot pengen lanjutkan sekolahnya katanya kehidupan
lebih baik jika pendidikan kita tinggi.
Navi :
oh .... gitu masalahnya ya, gini kalau saya, biarkan saja anaknya lanjut
sekolah untuk melanjutkan cita-cita.
sahra :
(mengangguk-angguk) Ya betul itu pua’. Pua’ aja yang tidak mengerti pendidikan!
Barak :
Nak ... itu aku suruh menikah soalnya demi kebaikanmu juga, nanti keburuh tuami
pua’, kau belum menikah, aku pengen lihat kau bahagia.
Navi :
wan...., saya juga dulu berpikiran seperti itu tapi setelah saya pikir-pikir mungkin
juga pendidikan itu dibutuhkan anak. Lagian kita berdua kan tidak punya
sekolah, tidak bisa membaca. Jadi, apa salahnya kita sekolahkan anak kita .
Barak :
Jadi, .... gimana ini kawan ??
Navi :
Jadi, sekolahkan saja selesaikan sampai dia sarjana.
Akhirnya orang tua Sahra
mengalah. Sahra kelihatan bahagia sekali setelah itu. Selanjutnya setelah tamat
di SMA Sahra melanjutkan ke jenjang S1 di perguruan Tinggi di kota.
Satu tahun kemudian,
Sahra melewati masa kuliah hari demi hari. Suatu hari, dia ke perpustakaan
kampus. Di dalam ruang perpustakaan, dia mengambil beberapa buku untuk
referensi tugas. Tiba-tiba Imran datang dan langsung di dekat meja Sahra.
Imran :
(Sekilas melihat langsung menyapa) hey ......
Sahra :
(sambil kerja tugas) hey juga
Imran :
btw bisa kenalan gak ???
Sahra :
boleh !!! (tunduk lihat buku)
Imran :
Saya Imran (sambil mengajukan tangan ke depan Sahra)
Sahra :
Saya Sara (wajah malu-malu)
Imran :
gi kerja tugas ya?
Sahra : ya ...
nich. Aku pusing kerja ini, aku malas hitung-hitung gini.
Imran :
oh .... coba aku lihat, siapa tau, aku bisa bantu. (sambil mengambil buku
Sahra) oh .... mudah ini ....
Sahra : Kerjakan
Maka pale .... . Btw jurusan apakikah ??
Imran :
(tersenyum) jurusan Matematika ... kita iya ...
Sahra : Jurusan
Bahasa Inggris.
Kemudian cerita di
singkat, akhirnya mereka saling mengenal lebih jauh dan menjalin hubungan
serius. Lanjut cerita, imran mendapat kerja di sebuah instansi dan sahra pun baru
saja wisuda, keduanya akan kembali ke daerah masing-masing. Setiba di rumahnya,
mereka disambut oleh orang tuanya.
Imran : Assalamu alaikum ... pak
Navi :
Waalaikum mussalam ... nak (dengan wajah gembira dan kagum), nak akhirnya kamu
dah berhasil juga?
Imran : Trima kasih, pak berkat doa dan dukungannya saya
berhasil.
Singkat cerita ayah dan anaknya masuk
ke dalam ruang makan dan setelah makan mereka istrirahat. Keesokan harinya,
mereka keluar di teras kemudian berbincang-bincang.
Navi :
Nak ... kan kamu dah dapat kerja. Bagaimana kalau kamu dicarikan jodoh ...
kebetulan bapak punya sahabat di dusun seberang yang punya anak perempuan,
bagaimana kalau kamu dinikahkan nak ....
Imran : oh .... tidak bissaaaa.... jangan, jangan, jangan .....
ini bukan jaman sitti nurbaya. Pokoknya saya tidak setuju dengan perjodohan
ini.
Navi :
Ah .... gitu sih, loch g mau... jangan gitu anakku.
Imran :
Minta maaf pa, saya sudah punya pilihan sendiri.
Imran
tidak mengerti bahwa yang dijodohkannya ada pacarnya sendiri yaitu Sahra.
Disisi lain, di
rumahnya Barak juga terjadi perbincangan. Dengan sangat gembira, mereka
menyambut anaknya.
Hera :
(Sambil mencium pipi anaknya) hey anak dah pulang ??
Barak :
ternyata dah sarjana anakku, tidak sia-sia mencetak kamu (Sambil mencubit pipi
Sahra).
Sahra :
ih ...pua’ dan indo sayang ...... betul
aku dah sarjana.
Hera :
Masuk ..... masuk ... (sambil menarik tangannya).
Barak : tunggu dulu indo .... apanya yang masuk..... hehehe
Hera :
Ah ....pua’, suka bercanda deh.
Setelah
itu mereka istirahat, menenangkan diri karena kecapaian. Dan akhir cerita
keluarga menghubungi sahabatnya untuk menbicarakan perjodohan ini dan kemudian
sahabatnya pun setuju dengan rencana Navi. Cerita singkat, prosesi perjodohan
segera dilaksanakan. Kemudian imran menyetujui kemauan orang tuanya dan
merelakan pilihannya menjadi sebatas kenangan dan Sahra pun menerima perjodohan
itu.
Keluarga
Navi datang ke rumah sahabat itu untuk melamar.
Navi :
tok .... tok ....Assalamu alaikum ...
Barak dan istrinya : Wassalam ...
masuk ...
Navi :
ya makasih....
Barak : Kayaknya penting ini??
Navi :
seperti
itulah kiranya.
Mereka membicarakan
pelamaran itu. Barak memanggil anaknya untuk dipertemukan dengan Imran.
Barak : Sahra .... kesini nak!!
Imran : (langsung berdiri setelah melihat Sahra keluar) Ah ...
napa kamu ada disini ??
Sahra :
(wajah heran) kita sendiri untuk apa kesini ?
Imran : Saya mau melamar calon istri.
Sahra : Siapa calon istrinya??
Imran : oh ... ternyata kamulah calonnya... alhamdulillah...
Ujung cerita Imran dan Sahra bertemu
di plaminan dan kedua keluarga itu bahagia sekali.
By: Ardiansyah, Editor: Andi Nuraini Anti.
0 komentar:
Posting Komentar