Sabtu, 28 Juni 2014

Pengertian dan Fungsi Plasmid

Plasmid Plasmid adalah molekul DNA ekstrakromosomal berbentuk linear atau sirkular, yang berukuran 1 kb sampai lebih dari 500 kb. Dalam suatu sel bakteri dapat ditemui lebih dari 1 jenis plasmid, dengan jumlah kopi (copy number) yang berbeda-beda. Plasmid yang memiliki jumlah kopi 10-100/sel disebut high copy number plasmid. Sedangkan plasmid yang hanya memiliki 1-4 sel/sel disebut low copy number plasmid. Beberapa plasmid membawa gen-gen yang mengkode transfer plasmid antar sel (plasmid F), gen-gen resistensi terhadap antibiotik (plasmid R), atau membawa gen-gen yang belum jelas fungsinya.

Setiap plasmid dapat bereplikasi secara otonom dalam sel penerima tanpa tergantung pada kromosom, karena mempunyai origin of DNA replication (ori) tersendiri. Ori beberapa plasmid mempunyai spesifitas yang tinggi, sehingga plasmid tersebut hanya dapat bereplikasi pada satu spesies bakteri saja (narrow host range plasmid). Sedang kelompok plasmid yang lain mempunyai ori yang kurang spesifik, sehingga dapat bereplikasi pada beberapa spesies bakteri (broad host range plasmid).

Sebagai elemen genetik yang bereplikasi secara otonom, plasmid dapat digunakan sebagai vektor yang akan disisipi DNA asing. Untuk digunakan sebagai vektor, suatu plasmid harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
  1. Plasmid harus berukuran kecil, karena efisiensi transfer DNA asing dalam plasmid berukuran lebih dari 15 kb akan berkurang secara bermakna.
  2. Plasmid mempunyai situs pengenalan (recognition sites) enzim restriksi yang spesifik, sebagai lokasi penyisipan DNA asing.
  3. Plasmid harus merupakan vektor episomal atau vektor integratif, sehingga dapat mengintegrasikan dirinya dan DNA asing ke salah satu kromosom sel penerima. Pada saat ini, plasmid integratif yang efisien telah tersedia untuk berbagai spesies, termasuk untuk jamur berfilamen seperti Aspergillus nidulans dan Neurospora crassa
  4. Plasmid dapat memiliki beberapa ori, sehingga dapat bereplikasi di beberapa jenis sel penerima. Vektor seperti ini dinamakan shuttle cloning vector, dimana ori pertama umumnya dikenali oleh sel E. coli, sedang ori keduanya dikenali sel penerima yang lain. Selain itu, plasmid dapat memiliki satu broad host range ori, sehingga plasmid tersebut dapat dikenali oleh berbagai mikroorganisme.
  5. Plasmid mempunyai satu atau lebih gen marka seleksi yang digunakan untuk menyeleksi sel penerima yang membawa konstruksi plasmid-DNA asing.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka plasmid alami harus direkayasa secara genetik.

Isolasi DNA Plasmid

BAB I
PENGANTAR
1.1.      Latar Belakang
Plasmid merupakan DNA ekstrakromosom yang dikenal pada bakteri, berutas ganda, dan berbentuk sirkuler (Jusuf, 2001).Plasmid memiliki ukuran yang relatif kecil dan terletak di luar kromosom dalam sel prokariot khususnya bakteri dan sel eukariot tingkat rendah seperti khamir.Plasmid mengalami duplikasi sebelum pembelahan sel inang. Plasmid biasanya digunakan dalam teknologi DNA rekombinan menggunakan Escherichia coli sebagai inang sehingga dalam rekayasa genetika, plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen  tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Pada bakteri Eschericia coli, bahan genetik utamanya terdiri atas sekitar 4.600 kb (4,6 x 106 bp). Plasmid dapat dijadikan sebagai vektordisebabkan  dapat melakukan replikasi, terletak  ekstra kromosom, ditransfer secara stabil, berukuran kecil, susunan DNA sudah diketahui, harus mempunyai jumlah salinan yang banyak di dalam sel inang, memiliki titil Ori, memiliki marker seleksi, memiliki marker kedua yang berguna untuk tanda apabila plasmid disisipkan gen asing, dan memiliki situs retriksi yang unik sebagai tanda untuk menyisipkan gen asing.
Pada dasarnya plasmid merupakan  identitas genetik yang ditemukan secara alami di dalam sel beberapa kelompok prokariot dan eukariot. Dengan teknik rekayasa genetik, sekarang telah dikembangkan plasmid artifisial dengan cara menggabungkan gen-gen dari plasmid alami maupun genom tertentu (Yuwono, 2009).
Pengamatan DNA plasmid dilakukan melalui proses isolasi plasmid, elektroforesis, dan visualisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). Tahapan pengendapan dalam isolasi plasmid adalah pemecahan sel, keluarnya plasmid dari nukleus dan pengendapan atau presipitasi plasmid. Tahapan selanjutnya adalah elektroforesisDNA yaitu teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya dengan menggunakan medan listrik yang ada pada makromolekul misalnya DNA plasmid yang bermuatan negatif (Yuwono, 2009). Gel yang biasanya  digunakan dalam proses elektroforesis adalan agarosae. Elektroforesis biasa digunakan untuk analisa ukuran dan konfirmasi sampel DNA, kuantifikasi DNA, pemisahan dan ekstraksi DNA.


1.2.      Tinjauan Pustaka
Setiap organisme memiliki DNA yang terletak dalam inti sel atau nukleusyang disebut sebagai DNA kromosomal, begitu pula bakteri.Selain DNAkromosomal, bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal.Plasmid merupakanDNA ekstrakromosomal yang berbeda karakternya dengan DNA kromosomal.Bentukplasmid adalah sirkuler double helix dengan ukuran 1 kb sampai lebih dari 200 kb.Pada bakteri jumlah plasmid yang dimiliki bervariasi bahkan sampai ribuan ataupuntidak memiliki plasmid.Plasmid bisa saja tidak terdapat pada bakteri yang biasa sajakarena plasmid tidak mempengaruhi ketahanan hidup bakteri tersebut.Plasmid hanyamemberikan sifat istimewa yang dimiliki oleh bakteri tersebut misalnya resistensiterhadap antibiotik. Beberapa karakteristik dari plasmid yang patut diketahui antaralain: dapat ditransfer ke bakteri lain dan memiliki ORI (Origin of replication)sehingga mampu mereplikasi diri tanpa pengaturan dari DNA kromosom. Replikasidimulai dari titik ORI hingga semua plasmid tereplikasi.
Plasmid merupakan potongan melingkar DNA yang ukuranya kecil (kuranglebih 2000 sampai 10000 pasangan basa) yang berisi informasi genetik yang pentinguntuk pertumbuhan bakteri. Di alam, gen informasi ini sering mengkode protein yangakan membuat bakteri resisten terhadap antibiotik. Plasmid mungkin merupakan hasildari perkembangan heterotrop yang tertutup. Bakteri sering tumbuh pada lingkunganyang sama dengan mold dan fungi dan berkompetisi dengan mereka untukmendapatkan makanan (bahan organik kompleks). Sebagai hasilnya mold dan fungimenghasilkan toksin untuk membunuh bakteri (dalam dunia kedokteran seringdisebut dengan antibiotik) agar menang dalam memperebutkan makanannya.Untuk menanggapi ini bakteri menghasilkan plasmid untuk mempertahankanhidupnya (Jakubowski. 2008).Plasmid adalah DNA untai ganda yang berbentuk sirkuler yang berada diluar DNA kromosomal bakteria.DNA ekstrakromosomal yang terjadi secara alamiah pada bakteria, yeast, dan beberapa sel eukariotik yang berada secara simbiotik maupun parasitik pada sel inang.
Berdasarkan fungsinya plasmid dapat dikelompokkan menjadi:
·         Fertility- F plasmids
Merupakan plasmid yang dapat ditransfer dari satu sel ke sel bakteri lain untuk proses konjugasi. Plasmid ini juga mempunyai kemampuan untuk mentransfer DNA atau gen baik yang terdapat dalam plasmid ataupun dalam kromosom. Plasmid ditemukan antara lain pada Escherichia coli, Pseudomonas sp, dan Streptomyces.
·         Resistance- R plasmids
Mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik atau racun dan inhibitor pertumbuhan lainnya. Plasmid R dapat ditemukan pada Staphylococcus.
·         Plasmid penyandi bacteriocins
Bacteriocins adalah senyawa yang diproduksi oleh bakteri untuk menghambat pertumbuhan atau bakteri lain yang spesises atau galurnya berbeda. Plasmid ini mengandung gen struktural bacteriocins ataupun gen yang mengkode protein yang berperan dalam pemrosesan dan transport bacteriocins. Penamaan plasmid ini tergantung pada organisme yang memproduksinya.Misalnya plasmid Col pada bakteri Escherichia coli yang mengkode colicins.
·         Degradative plasmids
Merupakan plasmid yang mampu mencerna subsansi yang tidak biasa, contoh toluen dan asam salisilat.
·         Virulence plasmids
Merupakan plasmid yang menjadikan bakteri tersebut patogen.
Sedangkan berdasarkan jumlah plasmid di dalam sel dapat dibedakan menjadi:
·         Low copy number plasmid dimana dalam satu sel hanya mengandung satu atau beberapa plasmid saja.
·         High copy number dimana dalam satu sel mengandung banyak plasmid hingga
ribuan. Contohnya bakteri Escherichia coli.
Selain fungsi, plasmid juga memiliki bentuk yang beragam, antara lain:
·         Supercoiled (covalently closed-circular)
DNA plasmid berbentuk sirkular dengan bentuk rantai yang terpilin.
·         Relaxed circular
Kedua ujung DNA menyatu dan berbentuk sirkuler.
·         Supercoiled denature
Kedua ujung DNA menyatu tapi pasangan basanya tidak sempurna.
·         Nicked open circular
Rantai DNA yang terpotong pada salah satu sisi saja.
Berbagai macam bentuk plasmid itu akan mempengaruhi kecepatan migrasi plasmid dalam elektroforesis. Elektroforesis adalah proses migrasi dari fragmen DNA di dalam gel yang direndam dalam larutan penyangga. Urutan migrasi bentuk-bentuk plasmid tersebut dari yang paling cepat adalah supercoiled, supercoiled denaturated, relaxed circular, dan nicked open circular. Bentuk plasmid yang semakin kecil atau ramping akan lebih mudah bergerak melalui pori gel agarose sehingga akan mencapai bagian bawah terlebih dahulu. Perjalanan molekul DNA di dalam gel mengikuti arus listrik, dari kutub negative menuju kutub positif. Semakin besar tegangan arus listrik, perjalanan molekul DNA akan makin cepat, demikian pula sebaliknya. Ada bermacam- macam zat kimia yang digunakan sebagai gel di dalam proses elektrofoesis. Penggunaan jenis gel disesuaikan denga tujuan yang akan dicapai. Ada dua cara elektroforesis, yaitu elektroforesis gel agarose dengan visualisasi menggunakan ethidium bromide dan elektroforesis gel polyacrilamide dengan visualisasi menggunakan silver staining.
Ada berbagai macam kegunaan dari plasmid, dalam rekayasa genetika, plasmid digunakan sebagai vektor untuk kloning DNA. Selain itu plasmid juga banyak digunakan untuk perbanyakan jumlah DNA tertentu sehingga bisa mengekspresikan gen tertentu. Alasan utama pengunaan plasmid ini adalah karena plasmid memiliki peta restriksi, adanya marker sehingga dapat diketahui apakah gen insert masuk atau tidak, memiliki copy number yang besar, dan mudah dimodifikasi sesuai dengan tujuan tertentu. Karena plasmid memiliki fungsi yang bisa dimanfaatkan keuntungannya, maka ada banyak cara yang digunakan untuk mengisolasi plasmid tersebut. Plasmid yang diisolasi berasal dari bakteri. Proses ini dikenal sebagai proses mini preparation karena jumlahnya hanya sekitar 1-20µg. Sedangkan untuk jumlah yang lebih besar (100-200µg) digunakan midi preparation dan maxi preparation untuk jumlah yang lebih besar dari 200 µg.
Inti dari isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehinggasemua organel sel dapat keluar.Sehingga didapatkan DNA kromosomal serta DNAekstrakromosmal (plasmid).Untuk memperoleh plasmid saja harus dilakukanpemurnian dari debris membran sel, organel sel, dan pengotor lainnya. Metode yangdapat digunakan untuk isolasi plasmid antara lain yaitu boiling lysis, lysis withdetergent, mechanical lysis, alkaline lysis, dan enzimatic digestion.


1.3.      Rumusan Masalah
1.      Apakah dapat dilakukan isolasi DNA plasmid dari bakteri Escherichia coli ?
2.      Apakah hasil isolasi DNA plasmid dari bakteri Escherichia coli dapat diidentifikasi dengan elektroforesis Gel Agarose ?
1.4.      Tujuan
1.      Agar mahasiswa mampu mengisolasi DNA plasmid dari bakteri Escherichia coli.
2.      Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi hasil isolasi DNA plasmid dari bakteri Escherichia coli dengan metode Elektroforesis Gel Agarose.
1.5.      Hipotesis
1.      Dapat dilakukan isolasi DNA plasmid dari bakteri Escherichia coli.
2.      Hasil isolasi DNA plasmid dari bakteri Escherichia coli dapat diidentifikasi dengan elektroforesis Gel Agarose.

BAB II
METODE KERJA
A.    Isolasi DNA Plasmid
·         Alat     :
1.      Microcentrifuge ( high speed)
2.      Tabung ependorf 1,5 ml
3.      Rak tabung ependorf
4.      Pipetor /pipetman ukuran 200-1000 μl, 20-200 μl
5.      Tip pipet (warna biru dan kuning)
6.      Sarung tangan
7.      Water bath
8.      Autoclave

·         Bahan :
1.      Kit plasmid  DNA purification (Macherey-Nagel)

·         Cara Kerja :
1.      Menggunakan 1,5 mL kultur E.coli yang telah ditambahkan dalam medium LB + kanamisin selama 18 jam sebagai bahan isolasi plasmid.

Asal Mula Enzim

Enzim adalah suatu getah / cairan yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Mempelajari mengenai enzim terkadang membuat kita rancu / bingung, baik mengenai fungsinya, tempatnya, penghasilnya, bahkan namanya. Nah, berikut adalah tabel enzim yang Insya Allah lengkap dan dapat digunakan untuk mempermudah Anda (khususnya pelajar) dalam menghafalkan berbagai enzim yang ada dalam tubuh.


No.
Nama Enzim
Letak
Fungsi
Penghasil
Mengubah
Menjadi
1.
Ptialin / Amilase
Mulut
Amilum
Maltosa
Kelenjar Ludah
2.
Pepsin
Lambung
Protein
Pepton
Lambung
3.
Renin
Lambung
Mengendapkan kasein susu
Lambung
4.
Amilase
Usus 12 Jari
Maltosa
Glukosa
Pankreas
5.
Tripsin
Usus 12 Jari
Pepton
Asam Amino
Pankreas
6.
Lipase
Usus 12 Jari
Lemak
Asam Lemak & Gliserol
Pankreas
7.
Erepsin
Usus Halus
Pepton
Asam Amino
Usus 12 Jari
8.
Maltase
Usus Halus
Maltosa
Glukosa + Glukosa
Usus Halus
9.
Sukrase
Usus Halus
Sukrosa
Glukosa + Fruktosa
Usus Halus
10.
Laktase
Usus Halus
Laktosa
Glukosa + Galaktosa
Usus Halus

Senin, 23 Juni 2014

VISI DAN MISI KABUPATEN BIMA

V I S I
Visi pembangunan Kabupaten Bima sebagai rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun pertama 2006-2010 dan merupakan bagian dari visi RPJPD Kabupaten Bima Tahun 2006-2025 dirumuskan sebagai berikut:
Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Bima yang maju, mandiri, dan bermartabat berdasarkan nilai Maja Labo Dahu yang religius. Secara spesifik, penjabaran dari visi ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Masyarakat dan daerah Kabupaten Bima adalah seluruh lapisan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Bima yang berada di wilayah Kabupaten Bima;
  2. Kabupaten Bima yang maju ditandai dengan adanya kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan lahir dan batin. Aspek lahiriah, peningkatan pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar. Aspek batiniah ditandai dengan meningkatnya penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pembangunan daerah, semakin mantapnya keimanan dan ketaqwaan masyarakat, serta meningkatnya ketahahanan sosial budaya. Kedua kondisi tersebut diukur berdasarkan peningkatan dalam Pendapatan per Kapita; Angka Kemiskinan; Indeks Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Crime Index. Reaksi-reaksi sosial kemasyakatan perlu ditanggapi dan dijadikan sebagai salah satu perwujudan rasa keadilan masyarakat. Pengukurannya dapat digunakan indikator seperti: tingkat layanan penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas publik, tingkat layanan penyediaan modal usaha produktif bagi masyarakat;
  3. Kabupaten Bima yang mandiri ditandai dengan peningkatan kapasitas penalaran dan fisik manusia yang diukur berdasarkan perubahan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), yang mencakup: Tingkat Pendidikan Penduduk; Tingkat Partisipasi Sekolah; Daya Serap Lembaga Pendidikan Formal; Usia Harapan Hidup Penduduk; Lama Hari Sakit Penduduk; Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Nisbah Sarana Kesehatan per Penduduk. Berkaitan dengan derajat otonomi fiskal, yaitu kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan otonominya berdasarkan penerimaan yang berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah, derajat otonomi fiskal diukur berdasarkan perubahan Indeks Kemampuan Rutin yaitu proporsi dan kontribusi penerimaan yang berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah terhadap penerimaan yang berasal dari pemerintah Propinsi dan Pusat;
  4. Kabupaten Bima yang bermartabat ditandai dengan masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkepribadian luhur dalam segala aspek kehidupan;
  5. Nilai Maja Labo Dahu merupakan falsafah hidup masyarakat Bima dalam menerapkan norma-norma kemasyarakatan dan keagamaan dalam setiap tingkah laku dan perbuatan manusia, yaitu malu jika berbuat kesalahan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma yang ada dan takut kepada Allah sehingga selalu berusaha keras agar mampu menjadi manusia terbaik dalam hidup. Disamping itu, konsepsi Maja Labo Dahu mengandung 4 nilai luhur yaitu: Toho ra ndai sura dou labo dana, Toho ra ndai sura dou marimpa, Renta ba rera kapoda ba ade karawi ba weki , Nggahi rawi pahu;
  6. Kabupaten Bima yang religius ditandai dengan adanya kemajuan dan peningkatan dalam kehidupan beragama, dimana Islam yang merupakan agama mayoritas di wilayah ini dijadikan landasan norma kemasyarakatan untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tetap memperhatikan dan menjaga kerukunan hidup dengan umat beragama lain. Peningkatan aspek batiniah dilaksanakan dengan penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pembangunan daerah dan semakin mantapnya keimanan dan ketaqwaan masyarakat. Hal ini dapat diukur dengan berkurangnya tingkat kejahatan pada masyarakat dalam berbagai bentuk, terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat, dan terciptanya situasi kondusif untuk penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat;
M I S I
Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara proporsional sebagai pelaku dan penikmat pembangunan;
  2. Restrukturisasi lembaga pemerintahan dalam meningkatkan peran dan fungsi strategis aparatur pemerintahan selaku agen pembangunan dan pelayanan prima dalam melaksanakan tugas di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance sehingga tercipta pelayanan publik yang sistematis, profesional, transparan, dan akuntabel;
  3. Menerapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah sesuai tata ruang wilayah Kabupaten dengan mengoptimalkan potensi strategis wilayah secara efisien, efektif, dan terintegrasi terhadap berbagai sumberdaya yang dibutuhkan untuk percepatan pembangunan wilayah kecamatan dengan tetap memperhatikan daya dukung dan dampak lingkungan;
  4. Meningkatkan pengelolaan semua potensi daerah secara profesional berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas serta optimalisasi kemitraan antar pelaku pembangunan dalam meningkatkan kemajuan di segala bidang dengan prioritas dalam bidang pertanian;
  5. Pengelolaan Keuangan Daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah dengan penciptaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara realistis melalui peran aktif tiga domain ekonomi (rakyat, swasta, dan pemerintah);
  6. Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan pengamalan agama bagi seluruh masyarakat.

Mengingat banyaknya permasalahan pokok yang terkait dengan penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah, visi dan misi pembangunan Kabupaten Bima untuk jangka menengah 2006-2010 dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan penting terutama pertimbangan kemampuan keuangan daerah. Namun demikian visi dan misi yang telah ditetapkan tetap mengarah kepada tercapainya tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

Sumber : Pemerintah Kabupaten Bima

Sejarah Terbentuknya Desa Tonggorisa Palibelo Bima, NTB

Desa Tonggorisa satu dari 12 Desa yang ada di Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima yang dimekarkan pada 23 September 2006. Pada awalnya Desa Tonggorisa terdiri dari tiga wilayah dusun yang terpisahkan bukit yaitu Dusun Tonggondoa, Dusun Tonggorisa dan Dusun Ragi.

Kampung Tonggorisa
Kampung Tonggorisa (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Konon cerita, awal mulanya nama Tonggorisa diambil dari nama seorang pengrajin bakulan yang bernama Risa. Hasil kerajinan tangan Risa ini banyak diminati orang pada masanya karena merupakan salah satu perabotan dapur yang sangat vital yang berfungsi sebagai pengaman makanan dari gangguan seperti kucing, tikus atau nyamuk. Perkakas ini dikenal dengan nama Tonggo. Berkat keterampilan tangan Risa, nama kampung Tonggo mulai dikenal di kampung-kampung tetangga lainnya sebagai tempat membeli Tonggo. Karya Risa pun mulai terkenal dari pembeli yang sudah lebih dulu memanfaatkannya.

Bila pengguna ini kedatangan tamu yang sempat melihat dan memperhatikan kegunaan alat ini lalu menanyakan tempat membelinya. Tuan rumah yang sudah merasakan manfaatnya lalu menjawab “Tonggo ini buatan Risa”. Dan lama kelamaan kedua kata ini disebut menjadi satu kesatuan kata yang tak terpisahkan yaitu Tonggorisa. Penggabungan kata-kata seperti ini juga dapat dipengaruhi kebiasaan orang Bima tempo dulu yang bertempat di pelosok pedalaman, cari gampang-gampanya saja menyebutkan sesuatu. Penyebutan Tonggorisa menjadi satu kesatuan bisa juga merupakan dampak dari kebiasaan tersebut.

Pengrajin Bedeg
Pengrajin Bedeg (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Entah, ini ada hubungannya dengan peninggalan keahlian Risa atau mungkin hanya faktor kebetulan saja, namun ini adalah nyata. Kerajinan yang benar-benar tradisional seperti yang dimiliki Risa tempo dulu saat ini masih dilakoni orang Tonggorisa seperti anyaman Bedeg. Kerajinan anyaman bedeg merupakan warisan yang sudah turun temurun bahkan sudah ada sejak ratusan tahun silam. Kerajinan yang bahan utamanya bambu ini sampai saat ini masih ditekuni 30 pengrajin setempat. Bedeg yang diproduksi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat akan tetapi juga masyarakat desa tetangga bahkan pesanan dari kabupaten/kota tetangga.

Buah Garoso Mbojo Bima
Buah Srikaya Mbojo Bima (Foto:Ronamasa/Ahyar)
Selain dikenal memiliki pengrajin lokal yang hebat tempo dulu, Tonggorisa juga menyimpan lengenda yang dipercaya oleh orang tua-tua tempo dulu. Lengenda Tampode yang berada di ujung barat Tonggorisa dipercaya ada penunggu gaibnya sebagai penjaga pintu masuk kampung Tonggorisa. Konon ceritanya, lengeda Tampode ini menampakan misteriusnya, ketika pada jaman penjajahan, kolonial ingin masuk di kampung ini untuk mencari sesuatu namun tidak berhasil karena tidak menemukan pintu masuk hingga akhirnya nyasar ke wilayah lain. Tidak hanya hal mistik saja, Desa yang jarak tempuh ke Ibukota kabupaten Bima 25 km ini memiliki hasil alam yang khas yaitu Garoso Mbojo (Srikaya Bima). Garoso yang berasal dari perladangan Tonggorisa yang musimnya hanya sekali dalam setahun(sekitar bulan pebruari atau maret), selalu dicari oleh konsumen lokal(Bima)karena rasanya manis dan gurih. Hasil tanaman ini sangat membantu dalam hal pendapatan petani karena disamping pemasarannya yang sangat mudah, harga jualnyapun sangat menguntungkan.

Kerajinan Tangan krupuk Singkong
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Desa yang saat ini berpenduduk 793 KK dengan jumlah jiwa 2.583 jiwa pada awal terbentuknya terdiri dari tiga dusun yaitu Desa Tonggondoa yang berada di ujung barat, dusun Tonggorisa sebagai Ibukota desa dan dusun Ragi berada di ujung paling timur Tonggorisa. Dalam hal penarikan pendapatan desa seperti Pajak Bumi, desa yang ketiga dusunnya di batasi bukit kecil ini menjangkau wilayah hingga pertengahan wilayah Bre Desa Belo Kecamatan Palibelo. Namun sejak tahun 2007 Desa Tonggorisa hanya terdiri dari dua wilayah karena Tonggondoa dimekarkan dan ditetapkan sebagai desa definitif.

Seiring pertumbuhan dan pertambahan penduduk desa dan dibarengi pengembangan pembangunan serta pemetaan wilayah kabupaten Bima, desa yang curah hujan 300 mm kebersamaan kedua wilayah ini tidak bersama lagi. Ragi kemudian oleh pemerintah Kabupaten Bima ditetapkan sebagai Desa definitif pada tahun 2012 berdasarkan Perda Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2012.

Pengrajin krupuk Singkong
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin berkembang tidak menyurutkan warga setempat untuk meninggalkan keterampilan tangan warisan leluhurnya bahkan tetap dipertahankan dan dilestarikan walaupun bentuk kerajinannya berbeda. Ini terlihat dari kemampuan sebagian warga mencari peluang untuk peningkatan pendapatan rumah tangga. Keterampilan baru yang ditekuni dan dikembangkan saat ini adalah pembuatan krupuk Singkong atau Ubi Jalar (impomoea batatas).

Pengrajin krupuk Singkong
Pengrajin krupuk Singkong (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Seiring potensi pasar krupuk yang terus berkembang, pengrajin yang berasal dari salah satu desa dari sembilan desa di Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima belum mampu menyediakan material secara mandiri di wilayah desanya. Faktor keterbatasan kemampuan pengelolaan sumberdaya alam setempat salah satu faktor yang mempengaruhinya. Guna memenuhi material kerajinan yang bahan utamanya singkong ini, pengrajin harus melintas kabupaten lainnya seperti Kabupaten Dompu dan Kota untuk mencarinya. Walaupun jarak yang ditempuh hingga mencapai ratusan km untuk mendapatkan materialnya tidak mengendorkan semangat pengrajin yang saat ini mencapai 150 orang untuk tetap bertahan dengan profesinya. Desa pengrajin krupuk terbesar di kecamatan beribukota Teke yang berletak di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat sampai saat ini belum tersentuh sama sekali oleh pemerintah Kabupaten Bima baik memberikan bantuan permodalan peningkatan usaha maupun apresiasi sebagai motivasi terhadap pengrajin agar terus mengembangkan potensi diri yang telah dimilikinya.

Secara geografis Desa yang dirintis Abu Tua Sude bersama masyarakatnya sejak ratusan tahun silam ini awalnya merupakan bagian dari Kecamatan Belo. Namun setelah terbentuknya Kecamatan Palibelo, desa yang saat ini luas wilayahnya 1.505 Ha berbatas wilayah:
  • Sebelah Barat: Desa Tonggondoa
  • Sebelah Timur: Desa Ragi
  • Sebelah Utara: Desa Nata
  • Sebelah Selatan: Kota Bima
Desa Tonggorisa yang kini sudah terpisah dari tiga wilayah perkampungan terpisahkan masing-masing bukit pada bulan Maret 2012 membeli swadaya sebidang tanah sebagai lokasi kuburan/TPU (Tempat Pemakaman Umum). Dana yang terkumpul sebanyak Rp. 11 juta berasal dari sumbangan sukarela masyarakat untuk membayar sebidang tanah kebun berlokasi sekitar Rade Na'e. Hal ini ditempuh masyarakat Tonggorisa karena sudah mengajukan proposal bantuan dana dari pemerintah kabupaten Bima beberapa kali namun tidak ada kesanggupan hingga pembayaran dilakukan.

Pada bagian akhir Potret Desa Tonggorisa ini penulis akan menyajikan nama-nama pemangku Kepala Pemerintahan Desa (Geralang dan Kepala Desa) Tonggorisa sejak berdirinya hingga saat ini, sebagai berikut:
  1. H. SYAMSUDDIN ( ABU TUA SUDE )
  2. H. ANWAR H. SYAMSUDDIN (40 tahun)
  3. H. HASAN M. HAKIM (1962 – 1970)
  4. H. DRAJAK (1970 - 1978)
  5. H. DRAJAK (1978 - 1986)
  6. H. M. SIDIK H. ANWAR (1986 – 1994)
  7. H. ABDUL RAUF SAMI’UN (1994 – 1995) *
  8. M. DJAFAR H. ANWAR (1995 - 2003)
  9. GUFRAN H. M.SALEH, S.Sos (2003 – 2008)
  10. H. M. SIDIK H. ANWAR (2008 – 2014)
*Penjabat transisi (Sekretaris Desa Tonggorisa)

Adanya Penjabat transisi ini merupakan dampak dari aspirasi sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan generasi kepemimpinan di wilayah Desa Tonggorisa. Pemilihan Kepala Desa Tonggorisa periode ini memang agak memanas dibanding pemilihan periode lainnya. Untuk meredam susuana yang dianggap akan dapat mengancam stabilitas kerukunan masyarakat akhirnya pemerintah mengambil kebijakan untuk mempending sementara pelaksanaan pemilihan.

Dan pada akhirnya keinginan generasi lain belum sepenuhnya mendapat restu dan simpati dari mayoritas penduduk Desa Tonggorisa. Hal ini terbukti hasil pemilihan dimenangkan keturunan kedua dari Abu Tua Sude yaitu M. Djafar H. Anwar sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin Desa Tonggorisa Periode 1995 - 2003. Pada pemilihan kali ini diikuti 3 calon yaitu : 1. H. M. Thayeb Rajak (Tonggondoa), 2. M. Djafar. H. Anwar (Tonggorisa), dan  3. Umar Arsyad (Ragi).

Nara sumber:
  1. Syamsuddin M. Sidik (Aba Syam)
  2. Kamaluddin Mustakim (Uba Kama)
  3. H. M. Thayeb Abdollah (Abu Teo)
  4. Nurdin Muhammad (Ompu Deo)
  5. H. M.Sidik H. Anwar (Abu Sedo)
  6. Mansyur H. Mursalin (Ama Hawa)
Terima kasih atas kujungan anda di desa Tonggorisa. Semoga dapat menambah wawasan nusantara anda.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda