Minggu, 24 Maret 2013

AKU ANAK KOS



AKU ANAK KOS
 BY : ARDIANSYAH


Kos merupakan tempat impianku untuk istirahat dan menenangkan hati dan pikiranku untuk sejenak, setelah begitu banyak tugas dari kampus yang menumpuk, tapi impian itu sirna seketika disebabkan oleh segelintir orang penghuni kos yang berteriak mondar mandir didepan kamarku tampa alasan yang jelas, aku diam dalam kebingunganku sendiri, sempat aku menegur secara ilmiah, tapi mereka membantah dengan dalil bahwa itu bukan urusan saya karena itu adalah Hak Asasi Manusia (HAM), aku jadi bingung HAM yang bagaimana mereka pahami,,? Apakah HAM itu seperti berteriak didepan kamarnya orang dan apakah HAM itu mengganggu ketenangan orang lain, aku jadi bingung apakah mereka mahasiswa atau penjual Sayur yang setiap pagi berteriak dijalan untuk pelanggannya, apakah mereka tidak pernah baca dan  buku tentang HAM dan social, ataukah mereka tidak pernah mengkaji tentang hal semacam itu, sehingga mereka tidak paham tentang HAM dan SOSIAL, sebagai seorang mahasiswa seharusnya mereka tahu akan hal itu, ataukah mereka memang sengaja bertindak seperti itu, apakah mereka bedalil bahwa Negara yang mereka huni adalah Negara Demokrasi, sehingga mereka bebas mengeluarkan suara tanpa batasan waktu, demokrasi yang bagaimana mereka pahami, aku tambah bingung, kalau Mahasiswa semacam itu apa bedanya dengan tukang sayur yang berteriak “OEE SAYUUURR”

Pembuatan Dibima Akta Kelahiran Makin Mahal

''BIMA DAN DOMPU-SAMA'' PEMBUATAN AKTE KELAHIRAN MASIH JADI MOMOK.
By : Ardiansyah

Kabupaten Bima, Kahaba.- Selembar akte kelahiran sebagai syarat pengakuan resmi negara terhadap eksistensi individu wajib untuk dimiliki oleh seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) rupanya masih menjadi barang mahal bagi sebagian orang. Seperti salah satu laporan yang masuk ke meja redaksi dari warga Boro Kecamatan Sanggar yang mengeluhkan biaya pengurusan Akte Kelahiran (AK) seharga Rp 500 sampai Rp 700 ribu per-akte.

Akte kelahiran merupakan dokumen resmi yang disyaratkan secara administratif dalam berbagai keperluan seperti pendidikan dan melamar kerja. Salah seorang warga Kecamatan Sanggar kepada Kahaba menyampaikan keluhan tentang besarnya biaya pengurusan AK yang diwajibkan pada setiap warga yang membutuhkan.

Harga yang dipatok per dokumen yang berkisar Rp 500 sampai Rp 700 ribu dikatakannya merupakan angka yang tidak sedikit untuk sebagian orang. Tingginya biaya pengurusan itu tentunya akan berdampak pada sulitnya mendapatkan AK bagi masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi.

“Atas mahalnya biaya pengurusan AK tersebut, kami mohon pada Bupati Bima untuk memberikan dispensasi alias keringanan untuk pengurusan AK. Kami juga mengalami keterbatasan pemahaman penyelengaraan sistem dan mekanisme administrasi pemerintahan, “pinta warga itu.

Kepala dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bima, Drs Sirajudin AP MM, yang dihubungi Jumat (22/3/2013) berkaitan dengan keluhan masyarakat tersebut mengaku, sesuai aturan yang berlaku pengurusan Akte Kelahiran sudah lagi menjadi domain pihaknya. Pengadilan Negeri (PN) Raba Bima merupakan institusi yang bertanggung-jawab terkait pengurusan dokumen tersebut, termasuk yang menetapkan tarif yang dikenakan pada masyarakat yang mengajukan permohonan.

Kepada wartawan di ruang kerjanya, ia menjelaskan, sebelumnya pihak Pemkab telah menggelar program pemutihan Akte Kelahiran gratis untuk menjangkau sejumlah masyarakat pelosok yang sama sekali belum dilengkapi dokumen kelahiran itu. Program kerjasama dengan Pengadilan negeri (PN) itu dilaksanakan sesuai dengan Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 tahun 2012 yang meminta kepada Pemerintah Daerah untuk menerbitkan Akte Kelahiran bagi Warga Negara.

Hanya saja dijelaskan Sirajuddin, biaya pengurusan AK bagi warga yang tidak mampu diluar dari cakupan program gratis tersebut, menjadi kewenangan PN. Hal itu lebih diakrenakan jauh dan dekatnya jarak yang mesti ditempuh para hakim PN saat pengesahan rekomendasi pengurusan AK. “Besarnya biaya pengurusan AK tidak ada kaitan dengan kami (Dispencapil), “tegasnya.

Tahun 2012 jelas Sirajudin, jatah sidang PN yang direkomendasi lebih lanjut untuk pengurusan AK, sebanyak 500 orang. Kemudian untuk tahun 2013 ini jelasnya pula, ada 4900 anak yang akan dilakukan sidang keliling oleh PN Raba Bima. Jumlah dimaksud jelasnya, menjadi tidak terpenuhi jika dibanding dengan antrian anak (warga) yang telah mendaftar untuk sidang keliling pengurusan AK, yakni sudah memasuki 10 ribu lebih.

Kuburan Paus

 TAK SENGAJA MENEMUKAN KUBURAN PAUS
BY : ARDIANSYAH

Untuk pertama kalinya, para ilmuwan mengatakan bahwa mereka telah menemukan kerangka paus di dasar laut dekat Antartika. Terletak hampir satu mil di bawah permukaan laut, kuburan tersebut dipenuhi dengan makhluk hidup aneh, termasuk sedikitnya sembilan spesies baru makhluk dasar laut yang kecil, menurut sebuah penelitian terbaru.

Meskipun paus secara alami tenggelam ke dasar laut ketika mereka mati, sangat jarang para ilmuwan menemukan tempat-tempat peristirahatan terakhir mereka, yang dikenal sebagai "kuburan paus." Menemukan salah satunya, biasanya membutuhkan kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh dan sedikit keberuntungan.

"Pada saat ini, satu-satunya cara untuk menemukan kuburan paus adalah dengan menuju tempat tersebut menggunakan kendaraan bawah air," kata peneliti Jon Copley, dari University of Southampton di Inggris, dalam sebuah pernyataan. Tim ini tak sengaja menemukan persebaran tulang 10,7 meter milik paus Minke selatan saat mereka sedang mengeksplorasi kawah bawah laut di dekat South Sandwich Islands.

"Kami baru saja selesai menyelam dengan kendaraan Inggris yang dioperasikan dari jarak jauh, Isis, ketika kami melihat sederetan blok berwarna pucat di kejauhan, ternyata tulang paus di dasar laut," jelas Copley.

Ketika paus mati dan tenggelam ke dasar laut, bangkai mereka menyediakan tambahan gizi dan habitat bagi kehidupan dalam laut. Meskipun daging mereka akan terurai dalam beberapa pekan, tulang paus dapat bertahan sekitar 60 sampai 100 tahun. Bakteri dan makhluk aneh seperti cacing zombie, hewan tanpa mulut dan tanpa mata, makan dari kerangka itu.

"Hewan terbesar di planet juga merupakan bagian dari ekologi laut yang sangat dalam, menyediakan habitat yang kaya makanan dan tempat tinggal bagi hewan bawah laut selama bertahun-tahun setelah kematian mereka," ujar Diva Amon, peneliti lain dari University of Southampton. "Meneliti sisa-sisa paus Minke selatan tersebut memberikan wawasan tentang cara nutrisi didaur ulang di laut, yang secara global mungkin menjadi proses penting di lautan kita."

Kuburan paus Antartika, yang diperkirakan telah berada di dasar laut selama beberapa dekade, telah disurvei menggunakan kamera berdefinisi tinggi. Beberapa sampel dikumpulkan untuk dipelajari di darat. Tim mendapati beberapa spesies baru siput laut dan cacing-cacing yang hidup dari tulang tersebut. Salah satu contohnya adalah spesies baru isopod crustacea, mirip dengan kutu kayu, yang merangkak di atas kerangka itu, menurut pernyataan dari National Oceanography Centre Inggris.

Para peneliti juga menemukan spesies cacing zombie (Osedax) yang belum bisa dideskripsikan, yang bisa membantu para ilmuwan mempelajari bagaimana spesies misterius tersebut, secara mengejutkan, bisa memiliki beraneka ragam jenis dan tersebar luas. (Mereka telah ditemukan dalam kuburan paus di timur dan barat Pasifik serta Atlantik Utara.)

"Salah satu misteri besar yang masih tersisa dari biologi laut dalam adalah bagaimana invertebrata kecil bisa tersebar di antara habitat terisolasi yang disediakan bangkai paus di dasar laut," kata Adrian Glover, seorang peneliti di Natural History Museum di London, dalam sebuah pernyataan.

Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa strategi seks yang dilakukan cacing zombie adalah kunci keberhasilan mereka. Para betina dari spesies Osedax japonica dewasa dengan lebih cepat dan kemudian secara terus-menerus menghasilkan telur yang dibuahi para pejantan, menurut temuan para ilmuwan. Terlebih lagi, larva cacing zombie bisa berenang aktif selama setidaknya 10 hari sebelum menetap di tulang di dasar laut, menurut penelitian baru, yang dijelaskan secara rinci dalam jurnal Naturwissenschaften.

Penelitian tentang kuburan paus baru-baru ini dipublikasikan secara online dalam jurnal ‘Deep-Sea Research II: Topical Studies in Oceanography’.(mr/pt)

Filsafat Ilmu



FILSAFAT ILMU DALAM PERSPEKTIF QUR’AN
BY : ARDIANSYAH

Pendahuluan
Di dalam Al Qur’an  terdapat kata-kata tentang ilmu  dalam berbagai bentuk (‘ilma, ‘ilmi, ‘ilmu, ‘ilman, ‘ilmihi, ‘ilmuha, ‘ilmuhum) terulang sebanyak 99 kali, (Ali Audah, 1997: 278-279). Delapan bentuk ilmu tersebut di atas dalam terjemah Al Qur’an Departemen Agama RI, cetakan Madinah Munawwarah (1990), diartikan dengan: pengetahuan, ilmu, ilmu pengetahuan, kepintaran dan keyakinan. Sedangkan kata ‘ilmu itu sendiri berasal dari bahasa Arab ‘alima = mengetahui, mengerti. Maknanya, seseorang dianggap mengerti karena sudah mengertahui obyek atau fakta lewat pendengaran, penglihatan dan hatinya.
Kata ilmu dalam pengertian teknis operasional ialah  kesadaran tentang realitas. Pengertian ini didapat dari makna-makna ayat yang ada di dalam Al Qur’an. Orang yang memiliki kesadaran tentang realitas lewat pendengaran, penglihatan dan hati akan berfikir rasional dalam menggapai kebenaran (QS. 17 : 36).
"Pengetahuan (‘ilm) boleh merupakan suatu persepsi terhadap esensi segala sesuatu, mahiyat "suatu bentuk persepsi yang bersahaja yang tidak disertai oleh hukum atau boleh merupakan oppersepsi; yaitu hukum bahwa sesuatu hal adalah hal itu" (Ibn Khaldun, 2000: 669).
"Ilmu itu harus dinilai dengan konkrit. Hanya  kekuatan intelektual   yang menguasai yang konkritlah yang kana memberi kemungkinan kecerdasan manusia itu melampaui yang konkrit" (Muhammad Iqbal, 1966, 129).
Menyimak dari pandangan Ibn Khaldun dan Iqbal tentang ilmu, dapat ditarik satu garis lurus bahwa ilmu atau realitas kebenaran akan hadir secara utuh dalam persepsi individu, walaupun dalam pemahaman bisa berbeda atas suatu realitas atau obyek. Kehadiran secara utuh dari suatu obyek terhadap subyek adalah suatu realitas yang tak bisa dielakkan. Inilah yang oleh Iqbal dikatakan bahwa ilmu itu harus dinilai dengan konkrit, yakni ilmu harus bisa terukur kebenarannya.

Sumber Ilmu
Jika ilmu diistilahkan sebagai kesadaran tentang realitas, maka realitas yang paling utama ketika manusia itu lahir adalah alam semesta (mikro kosmos dan makro kosmos). Di alam inilah manusia mulai mendengar, melihat dan merasakan obyek-obyek yang dialaminya berupa suara, bentuk dan perasaan. Alam ini merupakan satu titik kesadaran awal  untuk mengenal realitas terutama diri sendiri. Setelah manusia mengalami kedewasaan dan sempurna akalnya, maka ia mulai berpikir tentang  metarealitas, yakni   suatu kekuatan supernatural yang ikut bermain dan sibuk mengurus proses-proses penciptaan dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Atau dari mati menjadi hidup, kemudian dari hidup menjadi mati (QS.2: 28).
Kehadiran alam fisika sebagai realitas menjadi jembatan untuk melihat sesuatu yang bersifat metafisika yakni Yang Ada di balik fisik dan ciptaan-ciptaan itu. Keragaman alam semesta yang tak terhingga oleh manusia merupakan kenyataan-kenyataan yang tak bisa ditolak begitu saja tanpa argumentasi yang logis, yang berangkat dari kesadaran tentang realitas yang diperoleh dari pendengaran, penglihatan dan hati.
Dengan demikian manusia akan menyadari dengan sendirinya tentang kehariran alam semesta sebagai realitas fisika dan kehadiran Allah SWT sebagai realitas metafisika. Alam fisika sebagai realitas terbuka, sedangkan alam metafisika sebagai realitas tertutup. Alam semesta yakni mikro kosmos dan makro kosmos hadir sebagai realitas untuk mengukuhkan eksistensi Tuhan sebagai pemilik mutlak yang tak pernah punah, sedangkan alam semesta itu sendiri bisa punah sebagai suatu yang nisbi alias tidak kekal.
Alam semesta adalah sumber ilmu yang kedua yang merupakan ciptaan Allah SWT karena sebelum adanya alam semesta, Allah lebih dahulu ada yang tidak berpermulaan dan tak berakhir. Sedangkan alam memiliki permulaan dan masa akhir. Oleh karena itu ilmu dari Allah yang bersifat langsung bersifat absolut, sedangkan ilmu lewat alam semesta bersifat relatif.
"Menurut Al Qur’an, mempelajari kitab alam akan mengungkapkan     rahasia-rahasianya kepada manusia dan menampakkan     koherensi      (keterpaduan), konsistensi dan aturan di dalamnya. Ini akan memungkinkan manusia untuk menggunakan ilmunya sebagai perantara untuk menggali kekayaan-kekayaan dan sumber-sumber yang tersembunyi di dalam alam dan mencapai kesejahteraan material lewat penemuan-penemuan ilmiahnya (Ghulsyani, 1990:54).
Al Qur’an sebagai kitab "tertutup"  yang merupakan kondifikasi wahyu yang menurut teori-teori keilmuan yang tak terhingga penafsirannya sampai hari Qiyamat. Sedangkan alam semesta sebagai kitab "terbuka" yang tak terhingga pula untuk dieksperimen sampai hari Qiyamat. Dua sumber mata air (pengetahuan, ilmu dan teknologi), yang abadi dan tak pernah kering dalam konteks kehidupan keduniaan. Al Qur’an sebagai "kitab tertutup" dan alam semesta sebagai "kitab terbuka" saling memperkuat kedudukannya masing-masing. Artinya, Al Qur’an memuat informasi-informasi tentang material dan struktur alam semesta, sedangkan rahasia-rahasia alam semesta bisa kita cari informasinya lewat Al Qur’an dan alam semesta itu sendiri, karena Al Qur’an merupakan wahyu Allah dan alam adalah ciptaan Allah. Dengan demikian, realitas kebenaran bisa ditemukan di dalam Al Qur’an sekaligus juga bisa ditemukan pada alam semesta karena berasal dari satu sumber yakni Allah SWT Maha Kreatif alias Pencipta.
Selain alam semesta dan Al Qur’an, masih ada satu sumber lagi yakni Hadits yang berupa petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, berdasarkan pemberitahuan atau aplikasi dari petunjuk wahyu kepada    Nabi SAW terutama pengetahuan dan ilmu tentang tata cara beribadah mahdhah yang kita lakukan selama ini seperti; shalat, zakat, puasa, dan haji, lebih banyak kita mendapat model atau contoh langsung dari Rasulullah SAW, yang secara esensial tidak bisa diubah atau ditukar dengan cara-cara yang lain.
Di dalam kitab As-Sunnah Mashdaran li Al-Ma’rifah wa Al-Hadharah, dijelaskan bahwa "Sunnah merupakan sumber kedua setelah Al Qur’an bagi fikih dan hukum Islam. Sunnah juga merupakan sumber bagi da’wah dan bimbingan bagi seorang muslim, ia juga merupakan sumber ilmu pengetahuan religius (keagamaan), humaniora (kemanusiaan), dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka" (Yusuf Al Qardhawy, 1997:101).

Rasionalitas Dan Spiritualitas Dalam Ilmu
Berangkat dari kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan hati, yang kemudian diproses oleh akal untuk menentukan sikap mana yang benar dan mana yang salah terhadap suatu obyek atau relitas. Cara seperti ini bisa disebut sebagai proses rasionalitas dalam ilmu. Sedangkan proses rasionalitas itu mampu mengantarkan seseorang untuk memahami metarsional sehingga muncul suatu kesadaran baru tentang realitas metafisika, yakni apa yang terjadi di balik obyek rasional yang bersifat fisik itu. Kesadaran ini yang disebut sebagai transendensi, di dalam  firman  Allah  (QS. 3: 191), artinya:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.
Bagi orang-orang yang beriman, proses rasionalitas dan spriritualitas dalam ilmu bagaikan keeping mata uang, antara satu sisi dengan sisi yang lain merupakan satu kesatuan yang bermakna. Bila kesadarannya menyentuh realitas alam semesta maka biasanya sekaligus kesadarannya menyentuh alam spiritual dan begitupun sebaliknya.
Hal ini berbeda dengan kalangan yang hanya punya sisi pandangan material alias sekuler. Mereka hanya melihat dan menyadari keutuhan alam semesta dengan paradigma materialistik sebagai suatu proses kebetulan yang memang sudah ada cetak birunya pada alam itu sendiri. Manusia lahir dan kemudian mati adalah siklus alami dalam mata rantai putaran alam semesta. Atas dasar paradigma tersebut, memunculkan kesadaran tentang realitas alam sebagai obyek yang harus dieksploitasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan hedonistis yang sesaat. Alam menjadi laboratorium sebagai tempat uji coba keilmuan atheistic, di mana kesadaran tentang Tuhan atau spiritualitas tidak tampak bahkan sengaja tidak dihadirkan             dalam wacana pengembangan ilmu. Orientasi seperti ini yang oleh Allah dikatakan    dalam Al Qur’an, bukan untuk menambah kesyukuran dan ketakwaan, melainkan   fenomena   alam   semesta  yang diciptakan-Nya itu menambah sempurnanya kekufuran mereka (QS 17: 94-100)

Filsafat Adalah Energi Dan Ilmu Itu Cahaya
Filsafat adalah pemikiran, sedangkan ilmu adalah ‘kebenaran’. Gampangnya, filsafat ilmu adalah pemikiran tentang kebenaran. Apakah benar itu benar? Kalau itu benar maka berapa kadar kebenarannya.? Apakah ukuran-ukuran kebenaran itu? Di mana otoritas kebenaran itu? Dan apakah kebenaran itu abadi?
Tujuan filsafat dan ilmu yakni sama-sama mencari kebenaran. Hanya saja filsafat tidak berhenti pada satu garis kebenaran, tetapi ingin terus mencari kebenaran kedua, ketiga dan seterusnya sampai habis energinya. Sedangkan ilmu kadang sudah merasa cukup puas dengan satu kebenaran dan bila ilmu itu disuntik dengan filsafat alias pemikiran maka ia kan bergerak maju untuk mencari kebenaran yang lain lagi.
Filsafat itu ibarat energi dan ilmu itu umpama mesin listrik. Jika energi dipasok ke turbin mesin, maka mesin akan bekerja menghasilkan setrum yang dipakai untuk menyalakan lampu yang memancarkan cahaya.
Filsafat dan ilmu bahu-membahu mengusung kebenaran, namun kebenaran filsafat dan kebenaran ilmu masih tetap saja bersifat relatif sebagai proses yang tidak pernah selesai. Maksudnya, bahwa  kebenaran yang didapatkan oleh filsafat dan  ilmu tak  pernah  selesai  dan   terus berproses dan menjadi, yang dalam hukum dialektika    (Thesis,  Antithesis,  Sinthesis) dan seterusnya sebagai tanda bahwa manusia, pemikirannya dan ciptaannya bersifat relatif. Sedangkan kebenaran itu sendiri identik dengan Pencipta kebenaran. Oleh karena itu, yang Maha Benar hanyalah Allah SWT (QS 34: 48)
Dalm filsafat illuminasi, "Tuhan kosmos ini adalah Sumber Cahaya, yang dari-Nya wujud diri yang beradiasi memancarkan suatu cahaya yang menyingkap semua wujud, dan ketika tiada lagi dunia privasi, non-wujud, dan kegelapan bersanding dengan dosa. Menurut epistimologi illuminasi, pengetahuan diperoleh ketika tidak ada rintangan antara keduanya. Dan hanya dengan begitu, subyek mengetahui dapat menangkap esensi obyek" (Ziai, 1998: 13)

Penutup
Dalam konteks inilah, menurut hemat kami filsafat ilmu itu kiranya perlu dipelajari atau diajarkan di semua fakultas dan program studi khususnya di lengkungan UIKA, umumnya, di perguruan-perguruan tinggi, pada semester akhir untuk program S1 (sarjana). Karena filsafat ilmu bisa  menjadi modal dasar untuk seorang calon sarjana, bagaimana cara ia mengaktualisasikan pemikirannya dalam menghadapi persoalan-persoalan keilmuan dan kehidupan dari tatanan teoritis sampai pada tataran aplikatif. Wallahua’lam bishshawab.

Daftar Pustaka
Abdul Azhim, Ali, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Perspektif Islam, Penerj. Khalilullah A.M.H, Rosda, Bandung: 1984
Audah, Ali, Konkordasi Qur’an, Litera antar Nusa, Mizan, Bogor, Bandung: 1997
Beerling dkk., Pengantar Filsafat Ilmu, alih bahasa Soedjono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta: 1986.
Departemen Agama RI., Al Qur’an dan Terjemahnya, Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain, Madinah Munawarah: 1411 H.
Ghulsyani, Mahdi, Filsafat Sains Menurut Al Qur’an, penerj. Agus Efendi, Mizan, Bandung: 1990.
Ha’iri Yazdi, Mehdi, Ilmu Hudhuri, penerj. Ahsin Mohamad, Mizan, Bandung: 1994.
Iqbal, Muhammad, Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam, terj. Ali Audah dkk, Tintamas, Jakarta: 1986.
Khaldun, Ibn, Mudaddimah, Penerj. Ahmadie Thaha, Pustaka Firdaus, Jakarta: 2000.
Kartanegara, Mulyadhi, Pengantar Epistemologi Islam, Mizan, Bandung: 2003.
Marasabessy, Yusra, (Kontributor), Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi, Mizan, Bandung: 1987.
Qardhawy, Yusuf, As-Sunnah Sumber IPTEK dan Peradaban, penerj. Setiawan Budi Utomo, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 1998.
Syarif, M.M., (Editor), Para Filosof Muslim, Mizan, Bandung: 1989.
Soemargono, Soedjono, Filsafat Pengetahuan, Nur Cahaya, Yogyakarta: 1983.
Ziai, Hossain, Suhrawardi & Filsafat Illuminasi, Penerj. Afif Muhammad dan Munir, Zaman Wacana Ilmu, Bandung: 1990.

BEHAVIORITIK


TEORI BELAJAR BEHAVIORITIK:
ANALISA DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
by: Ardiansyah


Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman, perubahan perilaku tersebut dapat berupa perubahan yang tidak nampak yaitu dapat berupa bertambahnya pengetahuan maupun yang nampak berupa kemampuan psikomotorik dan afektif. Perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan bukan dinyatakan sebagai hasil belajar, pada waktu lahir tiap individu tidak memiliki karakteristik tertentu seperti refleksi dan respon terhadap kelaparan namun manusia selalu belajar setiap hari belajar untuk makan, berbicara, berjalan dan lain-lain. Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar.
Dalam makalah ini akan dipaparkan konsep dan prinsip pembelajaran berdasar teori belajar behavioristik serta aplikasinya dalam pembelajaran.

A. Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan, dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
• Obyek psikologi adalah tingkah laku
• semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
• mementingkan pembentukan kebiasaan

B. Tokoh-Tokoh Behavioristik
a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Pada awal abad 19 Pavlov mempelajari proses pencernaan pada anjing. Dia memperhatikan perubahan waktu dan kecepatan pengeluaran air liur pada anjing yang sudah dioperasi kelenjar air liurnya sehingga ketika mengeluarkan air liur dapat ditampung dan diobservasi. Pavlov meneliti apakah bunyi bel sebagai stimulus berkondisi dapat menimbulkan air liur sebagai respon berkondisi pada anjing, dan hasilnya adalah :
a) Apabila daging disajikan maka anjing mengeluarkan air liur (alami)
b) Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan dengan daging maka air liur tidak keluar
c) Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara berulang-ulang maka air liur anjing dapat keluar
d) Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine maka anjing tetap mengeluarkan air liur
e) Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus tanpa diikuti oleh daging maka lama-lama air liur tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan)
f) Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu dengan penguatan berupa lampu merah disertai daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan diberikan secara berulang-ulang maka anjing akan mengeluarkan air liur ketika melihat lampu merah walaupun tidak disertai daging karena sudah terbentuk respon berkondisi
Kesimpulan penelitian Pavlov adalah bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar penguatan selektif artinya anjing dapat membedakan stimulus yang disertai penguatan dan yang tidak disertai penguatan. Teori Pavlov ini disebut Classical Conditioning
b. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme
Thorndike menggunakan kucing sebagai hewan percobaan, Thorndike menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluar dari kandang percobaan (Puzzle Box), hasil dari eksperimen Thorndike adalah bahwa kucing dapat keluar dari kandang dengan jalan coba-coba (Trial and Error) Dari percobaan tersebut Thorndike mengemukakan tiga hukum belajar yaitu:
a) Law of readiness. Agar proses belajar mancapai hasil yang baik maka diperlukan adanya kesiapan individu. Apabila individu dapat melakukan sesuatu dengan siap maka dia akan mamperoleh kepuasan, jika terdapat hambatan maka akan menimbulkan kekecewaan.
b) Law of Exercise. Hubungan antara stimulus dengan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan
c) Law of effect. Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan maka akan hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat sebaliknya bila memberikan hasil yang tidak menyenangkan maka hubungan antara stimulus dan respon akan menurun

c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).
Skinner mempelajari gerak non reflek atau yang disengaja melalui percobaan tikus lapar yang dimasukkan dalam skinner box. Berdasar eksperimen tersebut Skinner mengemukakan beberapa prinsip.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

d. Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.

e. Albert Bandura (1925-masih hidup).
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3. Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
C. Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

E.Kesimpulan
Pembelajaran menurut konsep behavioristik adalah upaya membentuk prilaku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan yang sesuai agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan perilaku si belajar. Dalam pelaksanaannya agar pembelajaran ini berhasil maka harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar behavioristik.

D. Daftar Rujukan

• Hana Panggabean. Dr. Phil. Behaviorisme. http://rumahbelajarpsikologi.com
• http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/teori-belajar-behavioristik.doc
• http://haydar85.wordpress.com/2008/07/04/teori-belajar-behavioristik/
• http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-behavioristik.html
• http://kuliahkomunikasi.com/?p=15 Teori Behaviorisme.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda